tirto.id - Konflik antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung hingga Selasa, 17 Mei, memasuki hari ke-83 invasi, menurut laporan The Guardian. Menukil dari The Guardian pula, di hari ke-83 tersebut, delapan orang tewas dan 12 orang terluka setelah Rusia meluncurkan serangan misil ke desa Desna di bagian utara Ukraina, daerah Chernihiv, menurut layanan darurat pemerintah Ukraina.
Di tengah perkembangan konflik, banyak informasi yang kebenarannya dipertanyakan terkait konflik Rusia-Ukraina tersebar di media sosial. Salah satunya adalah unggahan akun Facebook bernama Sport One pada 7 Mei lalu (tautan). Akun tersebut membagikan sebuah video berdurasi 4:07 menit. Deskripsi pada unggahan video itu berbunyi: “Pasca h4ncurnya seluruh pers3njat4an ukr41n4, PBB sepakat akhiri p3r4ng dan men4ngkan rus14”, atau lebih jelasnya, "Pasca hancurnya seluruh persenjataan Ukraina, PBB sepakat akhiri perang dan menangkan Rusia."
Video tersebut memuat narasi bahwa Rusia telah menghancurkan lima gudang amunisi dan 12 markas militer Ukraina, yang diklaim berasal dari Wartakotalive.com, yang juga mengutip dari Tass.com, kantor berita Rusia. Selain deskripsi tertulis soal serangan Rusia ke Ukraina, pada bagian atas dan bawah video itu juga terdapat tulisan seperti deskripsi penyerta video, bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memenangkan Rusia dan sepakat akhiri perang.
Per 17 Mei, video ini telah mendapat reaksi dari 1,4 ribu warganet, dikomentari hingga 116 kali, dan dibagikan hingga 22 ribu kali.
Lalu, bagaimanakah situasi konflik Rusia Ukraina saat ini? Benarkah PBB telah sepakat mengakhiri perang dan memenangkan Rusia?
Penelusuran Fakta
Tirto beberapa kali menuliskan klarifikasi dari misinformasi terkait invasi Rusia ke Ukraina. Pada Maret lalu, tersebar video yang menunjukkan tentara Ukraina mengirimkan pesan terakhir pada keluarganya di tengah perang. Padahal, potongan video tersebut merupakan bagian dari film pendek berjudul “Dialing”. Film tersebut bercerita tentang seorang wanita Irak yang menolak menerima kematian putranya. Tidak dapat menerima bukti yang diberikan di hadapannya, wanita itu melakukan perjalanan di sekitar kota dan mencari telepon genggam untuk menghubungi putranya.
Misinformasi lainnya terkait invasi Rusia ke Ukraina adalah potongan video yang diklaim sebagai serangan Ukraina ke Chechnya, bahwasanya Ukraina memerangi bangsa Chechnya pada 1999 dan membunuh kaum Muslim. Padahal, potongan video merupakan film drama Perancis tahun 2014 berjudul The Search. Film ini memang mengambil latar Perang Chechnya Kedua pada 1999, perang itu sendiri dilakukan dengan Rusia.
Sementara untuk menelusuri kebenaran klaim video unggahan Sport One kali ini, kami memasukkan isi narasi video ke mesin pencarian Google dan menemukan sebuah berita dari Wartakotalive yang berjudul “Jet Tempur Rusia Hancurkan 5 Gudang Amunisi dan 12 Markas Militer Ukraina serta 200 Tentara Zelensky" tertanggal 1 Mei 2022.
Kami menemukan bahwa video tersebut hanya menarasikan hampir kata per kata dari isiberita Wartakotalive tersebut. Seperti isi dari narasi video, berita Wartakotalive menyebut pesawat jet tempur angkatan udara Rusia menyerang dan menghancurkan sedikitnya lima depot atau gudang amunisi Ukraina dan menewaskan lebih dari 200 tentara Ukraina, menurut Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov.
Seperti isi berita Wartakotalive pula, narasi video juga sama sekali tak menjelaskan peran PBB dalam konflik kedua negara.
Potongan artikel Wartakotalive juga menyebut bahwa media tersebut mengutip Tass.com, kantor berita Rusia, untuk berita tersebut. Selanjutnya, dari hasil pencarian kami pada situs Tass.com, kami menemukan artikel berjudul “Russian aircraft eliminate five Ukrainian ammo depots, over 200 nationalists”, atau "Pesawat Rusia menghancurkan lima gudang amunisi, lebih dari 200 nasionalis", tertanggal 1 Mei lalu.
Dapat dikatakan bahwa judul artikel Tass hampir serupa dengan judul berita Wartakota, dan isi berita Wartakota pun merupakan terjemahan dari artikel Tass tersebut.
Artikel Tass juga sama sekali tak membahas peran PBB dalam konflik kedua negara, malah fokus pada detail-detail serangan Rusia terhadap Ukraina.
Sementara itu, dari sisi Ukraina per 30 April malam waktu setempat, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan tentara Ukraina telah menghancurkan lebih dari 1.000 tank Rusia, hampir 200 pesawat Rusia, dan hampir 2.500 kendaraan tempur lapis baja, seperti dinukil dari VOA yang mengutip CNN.
Ukraina juga bukannya kehabisan senjata. Vox memberitakan bahwa Presiden AS Joe Biden telah meminta Kongres AS untuk mengirim 33 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan darurat untuk Ukraina, yang bahkan dinaikkan jumlahnya menjadi 40 miliar dolar AS oleh Dewan Perwakilan Rakyat AS. Menurut Vox, sekitar 60 persen dari bantuan ini dialokasikan untuk bantuan di bidang keamanan.
Perkiraan konservatif jumlah alokasi dana bidang keamanan AS untuk Ukraina, jika permintaan Biden dikabulkan, adalah sekitar 9,8 miliar dolar AS, jauh lebih tinggi dari sekitar 3 miliar dolar AS yang AS telah berikan pada Israel setiap tahun selama 4 dekade.
AS telah mengirim berbagai macam senjata untuk Ukraina, dari misil anti-tank Javelin, sistem roket yang bisa diarahkan menggunakan laser, dan lain-lain.
Sementara itu, PBB menganggap serangan Rusia ke Ukraina, yang pertamakali dilancarkan pada 23 Februari malam menuju 24 Februari, sebagai pelanggaran terhadap integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina. Hal ini juga disebut bertentangan dengan prinsip-prinsip Piagam PBB.
Pada 24 Maret, Majelis Umum PBB menuntut perlindungan sipil dan akses kemanusiaan di Ukraina, dan juga mengkritik Rusia karena menciptakan situasi kemanusiaan yang "mengerikan". Majelis Umum PBB juga pada 2 Maret telah mengadopsi resolusi yang mengutuk agresi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.
Sementara itu, Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengadopsi resolusi pada 4 Maret yang mendesak penarikan pasukan Rusia dan kelompok bersenjata yang didukung Rusia dari seluruh wilayah Ukraina secara "cepat dan dapat diverifikasi".
Beragam langkah juga terus dilakukan PBB untuk menyelesaikan konflik kedua negara. Menurut informasi terbaru pada 26 April, PBB telah menaikkan permintaan darurat untuk bantuan kemanusiaan ke Ukraina menjadi sebesar 2,25 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Dengan bantuan donor sebesar 980 juta dolar, PBB telah memberikan bantuan kemanusiaan kepada 3,4 juta orang di Ukraina. PBB memperkirakan jumlah orang di Ukraina yang membutuhkan bantuan kemanusiaan telah meningkat dari 12 juta menjadi 15,7 juta.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang dilakukan, dan juga menyoroti langkah-langkah yang dilakukan PBB, tidak benar bahwa PBB mengakhiri perang Rusia terhadap Ukraina dan memenangkan Rusia. Berdasarkan langkah-langkah yang diambil PBB, tercantum di laman resmi organisasi itu, PBB juga terus aktif membantu korban dari invasi Rusia ke Ukraina dan mengutuk aksi Rusia tersebut. Ukraina juga bukannya telah kehabisan senjata, karena negara seperti AS pun masih akan mengirim lebih banyak bantuan untuk Ukraina.
Meski informasi soal serangan Rusia ke Ukraina yang dikutip dalam video dapat diverifikasi melalui kantor berita Tass, deskripsi video dan unggahan mengenai PBB tidak akurat, sehingga unggahan ini bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
==============
Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id atau nomor aduan WhatsApp +6287777979487. Apabila terdapat sanggahan atau pun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.
Editor: Farida Susanty