tirto.id - McDonald’s atau McD yang ada di Israel dikabarkan menyumbang ribuan makanan bagi tentara Israel Defense Force (IDF) dalam konfliknya dengan Hamas Palestina.
Hal ini membuat banyak orang di seluruh dunia mulai melakukan gerakan boikot terhadap restoran cepat saji tersebut.
Dalam pernyataannya, McD Israel mengungkapkan bahwa mereka telah mendonasikan 4.000 makanan kepada rumah sakit dan unit militer. Mereka juga berniat untuk menyumbang makanan tersebut setiap hari kepada tentara yang ada di medan perang.
Tak hanya itu, McD Israel juga akan memberikan diskon khusus hingga 50 persen bagi tentara Israel yang datang untuk makan di Mcd. Mereka bahkan menyiapkan lima restoran yang khusus dibuka demi tujuan tersebut.
Seperti yang diketahui, konflik Israel-Palestina kembali memanas setelah Hamas melakukan serangan dadakan pada Sabtu, 7 Oktober 2023.
Tak lama setelah itu, pihak Israel pun melakukan serangan balasan dan mengepung Gaza yang dianggap sebagai markas Hamas.
Diperkirakan ada 1 juta warga Gaza yang telah mengungsi dalam seminggu terakhir sejak konflik dengan Israel kembali pecah. Kondisi Gaza yang terkepung pun terus mencekam dan persediaan air berkurang.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya pipa air yang rusak akibat serangan dari Israel. Listrik pun sudah padam sehingga pompa air tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Sementara itu, pihak Israel terus melanjutkan serangan tanpa henti. Mereka meningkatkan kekuatan militer dengan mengerahkan tank dan senjata di perbatasan Gaza.
Akibat dari konflik ini, setidaknya ada 2.670 warga Palestina yang sudah menjadi korban dan seperempatnya adalah anak-anak. Sedangkan warga Israel yang menjadi korban akibat serangan Hamas sudah mencapai 1.400 orang, termasuk 286 tentara.
Menanggapi konflik yang terjadi di Gaza, Perdana Menteri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan pada Al Jazeera bahwa pihaknya tidak akan terus menjadi pangamat saja dan mungkin akan segera mengambil tindakan.
Ia juga memberi peringatan kepada Israel maupun Amerika Serikat bahwa mereka akan mengalami kerugian besar jika konfik ini berlanjut dan terus membesar.
Fakta-Fakta McDonald' Lakukan Donasi ke Israel
Berikut ini sejumlah fakta mengenai donasi yang dilakukan McDonald’s kepada tentara Israel:
1. Gerakan boikot McD
Setelah berita donasi makanan dari McD untuk Israel ini menyebar, banyak orang mulai menyuarakan gerakan boikot kepada restoran cepat saji tersebut. Di Pakistan misalnya, muncul tagar #BoycottMcDonalds sebagai bentuk kecaman untuk McD.
Sementara di Lebanon, warga pendukung Palestina dikabarkan menyerang salah satu outlet McD yang berlokasi di Sidon. Beruntung, serangan yang terjadi pada 13 Oktober lalu itu tidak menimbulkan korban jiwa.
2. Donasi untuk IDF hanya dilakukan oleh McD Israel
Sumbangan makanan untuk tentara Israel faktanya hanya dilakukan secara sepihak oleh McD Israel dan bukan kebijakan yang dibuat oleh McDonald’s itu sendiri.
Menyusul serangan di Sidon, McD Lebanon sempat memberikan klarifikasi bahwa apa pun aksi yang dilakukan oleh McD Israel tidak mewakili pandangan dari McD Lebanon. Mereka juga menegaskan bahwa McD Lebanon sama sekali tidak terlibat dalam aksi donasi yang dilakukan oleh McD Israel.
Pernyataan serupa juga dikeluarkan oleh pihak McD di beberapa negara lain. Contohnya McD di Oman, Uni Emirat Arab, Turki, hingga Kuwait yang menyatakan bahwa mereka tidak sejalan atau satu pikiran dengan McD Israel.
3. McD negara lain sumbangkan uang untuk Gaza
Kontras dengan apa yang dilakukan oleh McD Israel, McDonald’s di beberapa negara justru memberikan dukungan kepada Palestina. McD Oman misalnya, pihak mereka mendukung Gaza dengan memberikan donasi sebesar 100.000 dolar untuk membantu masyarakat Gaza.
McDonald's di Uni Emirat Arab pun memberikan donasi sebesar 1 juta AED sebagai bentuk dukungan ke Gaza. Hal serupa juga dilakukan oleh McD Turki yang menyumbangkan uang 1 juta dolar untuk rakyat Gaza yang menjadi korban perang, terutama wanita, anak-anak, dan orang tua.
Sementara itu, McDonald’s di Kuwait diketahui telah memberikan sumbangan uang sebanyak 250.000 dolar untuk Gaza.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari