Menuju konten utama
Periksa Fakta

Benarkah Klaim Konsumsi Rumput Fatimah Lancarkan Persalinan?

Secara umum, dunia medis melarang penggunaan rumput Fatimah untuk wanita hamil karena bisa membahayakan ibu dan janin.

Benarkah Klaim Konsumsi Rumput Fatimah Lancarkan Persalinan?
Header Periksa Fakta Rumput Fatimah. tirto.id/Fuad

tirto.id - Penggunaan tanaman herbal sebagai pengobatan alternatif kerap memunculkan perdebatan. Salah satu tanaman herbal yang kembali ramai diperbincangkan di media sosial adalah soal pemanfaatan akar rumput Fatimah untuk melancarkan persalinan.

Sabtu (4/2/2023) akun @Askrlfess mengunggah sebuah foto tangkapan layar perbincangan mengenai penggunaan rumput Fatimah pada ibu hamil. "[Askrl] Ini akar rumput Fatimah ga sih,jadi takut Ya Allah😭 Ini mertuaku ngasih aku gituan aku kudu gimana," bunyi pesan penyerta foto.

Sampai Kamis (9/2/2023), unggahan tersebut sudah dilihat sebanyak 2,6 juta kali, mendapat retweet 1.746 kali dan disukai sebanyak 17 ribu kali. Tidak hanya di Twitter, klaim terkait rumput Fatimah ini juga tersebar di Facebook.

Periksa Fakta Rumput Fatimah

Periksa Fakta Rumput Fatimah. foto/hotline periksa fakta tirto

Melihat reaksi dan komentar yang ada, pendapat masyarakat pun terbagi antara yang menyarankan konsumsi dan mengingatkan akan bahayanya.

Lalu, bagaimana kebenarannya terkait penggunaan rebusan akar rumput Fatimah untuk membantu persalinan?

Pemeriksaan Fakta

Melansir dari artikel yang ditulis oleh dr. Dyan Mega Inderawati di Klikdokter, rumput Fatimah, atau dalam bahasa latin disebut Labisia pumila, merupakan tanaman mirip rerumputan yang berasal dari Malaysia. Walaupun berasal dari Malaysia, tumbuhan ini juga diketahui banyak tumbuh di pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

Oleh sebagian orang, tanaman ini kemudian banyak digunakan dalam bentuk kering. Baru tanaman ini kemudian direbus atau direndam dalam air dan dikonsumsi sebagai jamu. Tidak hanya dipercaya berkhasiat untuk kesehatan, jamu rumput Fatimah juga sering diberikan pada wanita yang akan melahirkan.

Ada cukup banyak penelitian yang memeriksa khasiat dari rumput Fatimah. Salah satunya adalah artikel penelitian yang ditulis oleh Desiyani Nani dan dipublikasikan di Jurnal Keperawatan Soedirman tahun 2009.

Penelitian tersebut menemukan bahwa air rendaman rumput Fatimah dapat meningkatkan frekuensi kontraksi otot uterus. Namun, perlu dicatat bahwa simpulan penelitian ini didapat dari eksperimen laboratorium pada tikus galur Sprague Dawley betina. Oleh sebab itu, peneliti menulis bahwa ibu hamil yang hendak mengkonsumsi air rendaman rumput Fatimah ini perlu waspada.

"Mengonsumsi air rendaman rumput Fatimah bagi ibu hamil menjelang persalinan sejauh hasil penelitian belum dapat dinyatakan aman," bunyi bagian saran dari jurnal tersebut.

Selain itu, peneliti menyatakan bahwa uji klinis lebih lanjut perlu dilakukan untuk menyatakan rendaman rumput Fatimah dapat benar-benar aman untuk dikonsumsi untuk memperlancar persalinan.

Senada,penelitian lain dilakukan oleh Heny Astutik, dkk dan dipublikasikan tahun 2019 menemukan bahwa penggunaan rumput Fatimah dapat meningkatkan kadar prostaglandin yang penting dalam dimulainya proses persalinan serta perkembangan tahap-tahap persalinan. Meski begitu, peneliti juga menyebut perlu penelitian lebih lanjut tentang tanaman ini untuk mengevaluasi aktivitasnya pada protein kontraktil, mengingat subjek penelitian mereka juga adalah tikus.

Memang, konsumsi rumput Fatimah ini dapat merangsang aktivitas hormon oksitosin. Hormon ini yang menimbulkan kontraksi dan mempercepat proses persalinan, seperti dilansir dari artikel Alodokter yang ditinjau oleh dr. Kevin Adrian.

Namun, artikel Alodokter juga menyebutkan bahwa meskipun rumput Fatimah diklaim dapat digunakan sebagai obat alami untuk induksi persalinan, faktanya kandungan oksitosin pada rumput Fatimah belum jelas kadarnya dan justru bisa berbahaya untuk kehamilan dan persalinan.

Jika dikonsumsi berlebihan atau terlalu sering, rumput Fatimah bisa menimbulkan beragam bahaya bagi ibu dan janin, seperti risiko keguguran, persalinan prematur dan janin cacat, hingga keracunan pada janin.

Artikel di Alodokter juga menyebut bahwa rumput Fatimah mungkin bisa dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kesehatan pada wanita yang tidak hamil, misalnya untuk meringankan gejala menopause atau sindrom pramenstruasi.

Namun, tanaman ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui. Hal ini dikarenakan belum ada studi yang membuktikan bahwa rumput Fatimah aman dikonsumsi dan bermanfaat untuk kehamilan serta proses persalinan dan menyusui.

Artikel dari KlikDokter juga menyebut temuan serupa. Kadar zat aktif dalam rumput Fatimah ini disebut sulit diukur dan bervariasi. Sehingga dosis amannya juga sulit diukur.

Efek kontraksi yang tidak terukur ini tidak hanya berbahaya bagi ibu, tapi juga mengancam keselamatan bayi. Karena dosis amannya tidak diketahui, penggunaan rumput Fatimah dapat mengakibatkan rahim berkontraksi dengan berlebih, yang akhirnya bisa menyebabkan dinding rahim mengalami robekan. Apabila sudah robek, dapat mengakibatkan perdarahan hebat.

Simpulan dari artikel Klikdokter adalah bahwa secara umum, dunia medis melarang penggunaan rumput Fatimah untuk wanita hamil. Alih-alih melancarkan persalinan, ramuan tradisional ini justru dapat mengancam keselamatan ibu dan janin.

Kesimpulan

Berdasar penelusuran fakta, penggunaan rumput Fatimah memang bisa merangsang aktivitas hormon oksitosin yang menimbulkan kontraksi dan mempercepat proses persalinan. Namun, faktanya kandungan oksitosin pada rumput Fatimah belum jelas kadarnya dan justru bisa berbahaya untuk kehamilan dan persalinan.

Jika dikonsumsi berlebihan atau terlalu sering, rumput Fatimah bisa menimbulkan beragam bahaya bagi ibu dan janin, seperti risiko keguguran, persalinan prematur dan janin cacat, hingga keracunan pada janin.

Oleh karena itu, secara umum, dunia medis melarang penggunaan rumput Fatimah untuk wanita hamil karena bisa membahayakan ibu dan janin.

Informasi mengenai akar rumput Fatimah dapat melancarkan proses persalinan periode bersifat missing context atau dapat menyesatkan tanpa tambahan informasi/konteks yang sesuai.

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Alfons Yoshio Hartanto

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Alfons Yoshio Hartanto
Editor: Farida Susanty