Menuju konten utama

Benarkah COVID-19 Bisa Menyebabkan Rambut Rontok?

Menurut ahli penyakit menular Amesh A. Adalja, MD, kerontokan rambut ini dinilai tidak mengherankan.

Benarkah COVID-19 Bisa Menyebabkan Rambut Rontok?
Ilustrasi rambut rontok. foto/istockphoto

tirto.id - Rambut rontok dilaporkan menjadi salah satu efek samping COVID-19. Dr. Esther Freeman yang bertanggung jawab dalam Dermatology COVID-19 Registry, database manifestasi dermatologis COVID-19 yang berisi 1.000 kasus dari 38 negara mengatakan bahwa semakin banyak orang yang pulih dari COVID-19 melaporkan rambut rontok, dikutip dari Antara.

Menurut ahli penyakit menular Amesh A. Adalja, MD, yang juga peneliti senior di Johns Hopkins Center for Health Security di Maryland, Amerika Serikat, kerontokan rambut ini dinilai tidak mengherankan.

Ia juga menyebut fenomena kerontokan rambut ini sebagai mekanisme telogen effluvium.

“Setelah mengalami stres fisiologis, ada kondisi yang berdampak pada siklus pertumbuhan folikel rambut. Ini disebut telogen effluvium, dan dapat dilihat juga setelah seseorang terkena penyakit lain termasuk malaria dan tuberculosis,” ungkap Adalja dikuti dari Health.

Pada umumnya, telogen effluvium terjadi sekitar tiga bulan setelah infeksi sebuah penyakit, baik kepada pria maupun wanita.

Sementara itu, Dermatolog Angelo Landriscina, MD, mengatakan bahwa jenis kerontokan rambut tersebut dapat terjadi setelah stres yang tidak hanya disebabkan oleh penyakit parah, namun juga pembedahan atau pemicu stres psikologis lain yang serius.

Untuk memahami telogen effluvium ini, ada baiknya memahami siklus pertumbuhan rambut sebagaimana diungkapkan Landriscina.

“Pada waktu tertentu, 85-90 persen rambut berada dalam fase yang disebut anagen atau fase pertumbuhan,” kara Landriscina.

“Sedangkan 1-2 persen berada dalam fase transisi yang disebut centagen. Hingga 10 persen rambut berada dalam fase telogen atau fase istirahat, yaitu fase di mana rambut biasanya rontok. Dalam telogen effluvium, bagian rambut yang lebih besar dari biasanya bergerak ke fase telogen dan rontok,” lanjutnya.

Kehilangan 50 hingga 100 helai rambut per hari adalah hal yang biasa menurut American Academy of Dermatology.

Akan tetapi, bila kerontokan lebih dari 100 helai dan terjadi secara signifikan, kondisi tersebut dapat didiagnosis sebagai telogen effluvium.

Meski tidak ada bukti mekanisme khusus COVID-19 memicu kerontokan rambut, penyakit serius apapun dapat menyebabkan telogen effluvium dan COVID-19 pasti termasuk dalam kategori tersebut.

Meskipun rambut rontok tersebut hanya bersifat sementara, orang-orang yang mengalaminya bisa stres.

Untuk mengatasinya, News Medical menyarankan Anda untuk mengonsumsi nutrisi yang tepat terutama makanan yang kaya zat besi dan vitamin D.

Lebih lanjut, suplemen rambut rontok juga dapat membantu memulihkan kesehatan rambut dan mengurangi rontok.

Telogen effluvium tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak melibatkan gejala lain seperti gagal dan bersisik.

Namun, para pasien yang mengalaminya bisa merasakan gejala lain seperti sensasi terbakar pada kulit kepala yang perlu ditinjau lanjut oleh dokter kulit.

Baca juga artikel terkait DAMPAK COVID-19 atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari