Menuju konten utama

Beda Vaksin AstraZeneca, Pfizer, Sinovac: Efikasi Hingga Cara Kerja

Ketahui perbedaan antara vaksin AstraZeneca, Pfizer, dan Sinovac berdasarkan efikasi, kandungan, dan cara kerja. 

Beda Vaksin AstraZeneca, Pfizer, Sinovac: Efikasi Hingga Cara Kerja
Ilustrasi vaksin Covid-19. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Vaksin COVID-19 AstraZeneca telah tiba di Indonesia, Senin, 8 Maret 2021 lalu dan sudah mendapat izin penggunaan darurat (emergency use of authorization) dati Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Pemerintah Indonesia memang telah memesan vaksin AstraZeneca dan Pfizer untuk melengkapi kebutuhan vaksin dalam negeri. Dalam rapat yang disiarkan pada Youtube DPR RI, disebutkan bahwa kedua vaksin tersebut rencananya akan didatangkan dalam periode paling lambat April 2021 hingga Februari 2022. Hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk menyelesaikan program vaksinasi nasional dalam waktu 15 bulan.

Sejauh ini vaksin yang digunakan oleh pemerintah Indonesia dalam program vaksinasi adalah vaksin Sinovac atau Coronavac. Lalu, apa yang membedakan antara vaksin AstraZeneca dan Pfizer?

Berikut perbedaan antara vaksin AstraZeneca, Pfizer, dan Sinovac berdasarkan efikasi, kandungan, dan cara kerja.

Vaksin AstraZeneca

Vaksin ChAdOx1 nCoV-19 atau AstraZeneca merupakan vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan asal Inggris-Swedia, AstraZeneca bersama dengan Universitas Oxford. Selain telah digunakan di Inggris, vaksin ini juga telah diresmikan di India, dengan nama Covishield.

1.Efikasi AstraZeneca

Melansir dari New York Times, vaksin kembangan AstraZeneca-Oxford ini diklaim memiliki kemanjuran atau efikasi sebesar 82,4 persen. Vaksin ini diberikan dua dosis dalam jangka waktu 12 minggu.

2.Kandungan AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca mengandung instruksi genetik DNA untai ganda (adenovirus) virus corona. Dengan adanya instruksi genetik ini, AstraZeneca mampu membentuk paku-paku protein yang menyelubungi badan virus seperti virus corona. Paku-paku protein itu disebut dengan spike. Vaksin ini merupakan modifikasi dari adenovirus simpanse yang bisa masuk ke sel namun tidak bisa bereplikasi.

3.Cara kerja AstraZeneca

Saat disuntikkan kepada penerima, vaksin ini akan bekerja dengan menabrak sel dan menempelkan protein yang ada di permukaannya. Sel kemudian menelan vaksin dan vaksin mulai bergerak ke ruangan penyimpanan DNA sel. Vaksin kemudian mendorong DNA-nya ke dalam nukleus agar dapat dibaca oleh sel dan disalin ke dalam molekul yang disebut mRNA.

Berkat informasi yang diterima oleh mRNA, sel tubuh penerima kemudian mampu meniru patogen dan membuat protein spike yang berfungsi memicu respons imun.

Menurut Medical News Today, cara kerja jenis vaksin ini memungkinkan tubuh penerimanya mengembangkan imunitas terhadap virus yang sama secara spesifik tanpa perlu mengalami infeksi virus yang sejenis, dalam hal ini virus corona.

Vaksin Pfizer

Comirnaty atau yang dikenal juga sebagai Pfizer, merupakan vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi AS (Pfizer) dan perusahaan bioteknologi Jerman (BioNTech). Vaksin ini telah digunakan oleh sejumlah negara seperti Inggris, AS, Uni Eropa, Kanada, Bahrain, Arab Saudi, dan 40 negara lainnya. Vaksin ini merupakan vaksin pertama yang divalidasi oleh WHO untuk penggunaan darurat.

1.Efikasi Pfizer

Center of Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa Pfizer memiliki tingkat efikasi mencapai 95 persen. Untuk mencapai efikasi tersebut, Pfizer akan disuntikkan dalam dua dosis dengan jangka waktu tiga minggu. Dalam distribusinya, Pfizer memerlukan ruang penyimpanan dengan suhu -70 derajat celcius.

2.Kandungan Pfizer

Berbeda dengan AstraZeneca, Pfizer menggunakan mRNA yang bekerja dengan mengajari sel tubuh untuk membuat protein dari virus corona penyebab COVID-19. Protein yang dibuat oleh sel inilah yang memicu respons imun dan membentuk antibodi.

Selain mRNA, Food and Drug Administration (FDA) juga mencatat vaksin ini mengandung sejumlah lemak, garam, gula, dan bebas dari bahan-bahan alergen seperti telur dan latex.

3.Cara kerja Pfizer

MRNA yang terkandung dalam vaksin Pfizer bertugas memberi petunjuk pada sel-sel tubuh penerima tentang cara membuat protein spike seperti pada virus corona. Protein spike tersebut akan menempel dan memasuki sel inang penerimanya. Kemudian, sistem kekebalan tubuh penerima akan memproses informasi tersebut dan mulai membangun respons kekebalan.

Jika sewaktu-waktu penerima tertular virus corona penyebab COVID-19, informasi ini akan berguna untuk merespons virus dan melindungi tubuh dari virus. Hal ini membantu penerima vaksin agar tidak jatuh sakit akibat COVID-19 di kemudian hari.

Menurut Healthline, keseluruhan proses kekebalan ini akan berlangsung selama dua minggu setelah dosis kedua vaksin diterima. Sehingga masih ada kemungkinan penerima tertular virus corona dan jatuh sakit apabila terpapar sebelum vaksin bekerja.

Vaksin Sinovac

CoronaVac atau Sinovac merupakan vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan Tiongkok Sinovac. Sinovac merupakan vaksin virus corona pertama yang masuk dan mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) Badan POM Indonesia.

1.Efikasi Sinovac

Uji klinik fase 3 yang dilakukan di Bandung menunjukkan bahwa Sinovac memiliki tingkat efikasi mencapai 65,3 persen. Sementara dalam uji klinik di Turki dan Brazil, efikasi vaksin Sinovac mencapai 91,25 persen dan 75 persen. Sinovac disuntikkan pada penerima dalam dua dosis dengan rentang waktu 14 sampai 29 hari.

2.Kandungan Sinovac

New York Times mencatat bahwa Sinovac mengandung virus corona yang telah dilemahkan. Virus corona tersebut ditumbuhkan di sel ginjal monyet dalam jumlah besar.

Virus corona tersebut disiram dengan bahan kimia yang disebut beta-propiolactone agar mati dan tidak bisa bereplikasi. Meskipun virus tersebut terbunuh, protein spike yang menyelubungi badan virus tetap utuh.

Virus corona yang sudah mati tersebut kemudian dicampur dengan senyawa berbasis aluminium yang disebut adjuvan. Senyawa ini berfungsi merangsang sistem kekebalan dan meningkatkan respons terhadap vaksin.

3.Cara kerja Sinovac

Setelah disuntikkan ke dalam tubuh, virus yang sudah dimatikan itu akan memicu sel imunitas bernama Antigen-presenting cell (APC). Sel tersebut kemudian merobek badan virus corona yang sudah mati dibantu dengan sel T sebagai pendeteksi fragmen virus.

Jika menemukan kecocokan, sel T menjadi aktif dan membantu merekrut sel kekebalan lain salah satunya sel B untuk memerangi virus. Sel B bekerja dengan menempelkan proteinnya pada fragmen virus corona.

Setelah protein menempel, sel B akan mengaktifkan antibodi yang berfungsi memblokir dan mencegah virus agar tidak menginfeksi tubuh penerima. Sel B juga bertugas mengingat virus vaksin untuk mengantisipasi apabila tubuh terinfeksi virus yang sama dikemudian hari.

Baca juga artikel terkait VAKSIN PFIZER atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari