Menuju konten utama

Beda Kongsi PDIP-PKB di Pilkada Jateng-Jabar Berlanjut ke Jatim?

PKB merasa mayoritas masyarakat Jawa Tengan menginginkan perubahan kepemimpinan.

Beda Kongsi PDIP-PKB di Pilkada Jateng-Jabar Berlanjut ke Jatim?
Bakal Calon Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama Ketua DPW PKB Jawa Barat Syaiful Huda, disaksikan Ketua DPW Partai Nasdem Jawa Barat Saan Mustopa menunjukkan 9 poin agenda Jabar Lahir Batin, saat pemberikan SK dukungan PKB di Kantor DPW PKB Jawa Barat, Bandung, Jawa Barat, Senin (8/1/2018). ANTARA FOTO/Novrian Arbi

tirto.id -

Koalisi PDI Perjuangan dan PKB di Pilkada Jawa Timur (Jatim) tidak berlanjut di Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Barat (Jabar). Alih-alih mendukung Ganjar Pranowo—petahana yang dijagokan PDI Perjuangan di Jawa Tengah—PKB lebih memilih bergabung dalam koalisi Gerindra, PAN, dan PKS mengusung pasangan Sudirman Said dan Ida Fauziyah.

"Semua sudah oke," kata Ketua Desk Pilkada PKB Daniel Johan saat dikonfirmasi Tirto tentang paket pasangan Sudirman-Ida di Pilkada Jawa Tengah, Selasa (9/1).

Ida Fauziyah ialah politikus senior PKB yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Fatayat Nahdlatul Ulama. Bagi Wakil Sekretaris Jendral DPP PKB Jazilul Fawaid, pasangan Sudirman-Ida paling realistis memenangi Pilkada Jateng. Sebab mayoritas masyarakat Jateng dinilai menghendaki perubahan kepemimpinan.

"Anginnya masyarakat di Jateng angin perubahan," kata Jazilul di Kompleks Parlemen Senayan.

Jazilul mengakui popularitas Sudirman-Ida masih di bawah Ganjar. Namun ia percaya masih ada waktu bagi PKB dan parta-partai koalisi lainnya bersosialisasi mengatasi persoalan ini. Apalagi Sudirman dan Ida merupakan tokoh yang berakar langsung dari Jateng.

"Pak Sudirman orang Jateng asli dan mantan menteri. Mbak Ida ini mantan ketua Fatayat NU. Di Jateng suara NU itu besar," kata Jazilul.

Selain itu, kata Jazilul, Ida merepresentasikan keterwakilan perempuan di pilkada yang saat ini didominasi laki-laki.
"Kalau nanti ada Bu Ida mewakili Sudirman Said sebagai unsur perempuan walaupun ini tidak bicara gender, tapi bisa memberikan harapan baru untuk Jateng sesuai tagline Pak Sudirman," kata Jazilul.

Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon pun membenarkan potensi memasangkan Sudirman-Ida di Pilkada Jateng. "Arahnya memang ke situ kemarin. Ada nama Bu Ida. Kalau enggak salah nanti diumumkan. Tunggu saja," kata Fadli.

Berebut Suara Nahdliyin

Pentingnya merebut suara nahdliyin juga menjadi alasan PDI Perjuangan berkoalisi dengan PPP menggandeng Taj Yasin sebagai calon wakil gubernur di Pilkada Jateng.

"PDIP ada permintaan dari tokoh agama dan ulama, ayo PDIP bareng dengan kelompok yang dari agama, kiai NU. Kemudian kami gabung serahkan ke partai untuk pilih, lalu ketemulah dengan Gus Yasin,” kata Ganjar di kantor DPP PDIP Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (7/1).

Taj Yasin ialah putera dari KH Maimoen Zubair alias Mbah Moen. Mbah Moen kini menjabat sebagai mustasyar PBNU, sebuah jabatan penasihat di kepengurusan NU. Mbah Moen juga dihormati di kalangan nahdliyyin. Ia juga merupakan satu dari sedikit kiai sepuh NU yang disegani di Jawa Tengah.

KH Maimoen Zubair juga menjabat sebagai ketua majelis syariah DPP PPP. Sebuah jabatan ketua penasihat yang setara dengan Ketua Dewan Syuro di PKB dan PKS. Pengaruh besar Mbah Moen juga terlihat ketika anaknya, Taj Yasin, sempat "diperebutkan" oleh Sudirman dan Ganjar.

Kendati PKB lebih diidentikkan dengan NU, tapi suara nahdliyin sebenarnya tidak monolitik. PPP adalah salah satu partai yang juga banyak menampung dan mengakomodasi kader-kader NU. Secara historis, NU bahkan pernah bergabung dengan PPP di zaman Orde Baru.

PDIP dan PKB Berseberangan di Jawa Barat

Beda kongsi PDI Perjuangan-PKB juga terjadi di Pilkada Jabar. Di wilayah yang disebut-sebut sebagai salah satu kunci memenangi pilpres 2014 ini, PDI Perjuangan lebih memilih mengajukan pasangan TB Hasanuddin dan Anton Charliyan ketimbang bergabung dengan koalisi PKB, Nasdem, PPP, dan Hanura mendukung Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum.

Jazilul menjelaskan partainya memiliki kalkulasi politik sendiri dalam memenangi pilkada. Ia mengatakan Ridwan Kamil merupakan calon dengan elektabilitas paling tinggi dibandingkan calon gubernur lain. Sehingga potensi memenangkan Ridwan dinilai PKB paling masuk akal ketimbang mendukung TB Hasanuddin-Anton Charliyan dari PDI Perjuangan.

"PDIP maunya mengusung sendiri. Ya, silakan," kata Jazilul.

Jazilul menekankan pentingnya memenangkan pilkada di tiga provinsi Jawa. Menurutnya Jawa merupakan kunci bagi PKB menjuarai Pemilu 2019. Atau paling tidak menempatkan PKB sebagai posisi tiga besar dalam perolehan suara Pemilu Legislatif 2019.

"Saya kira semua partai juga ke arah 2019. Kami juga begitu," kata Jazilul.

Di luar obsesi meraih suara terbanyak di pemilu legislatif, PKB saat ini juga sedang getol-getolnya mengampanyekan ketua umum mereka, Muhaimin Iskandar, sebagai calon Wakil Presiden 2019. Di pelbagai wilayah sudah banyak spanduk dan baliho bertuliskan Muhaimin sebagai Cawapres 2019. Sehingga memenangkan sejumlah Pilkada di Jawa juga menjadi penting.
"Ya, secara tidak langsung [mempersiapkan Muhaimin cawapres]. Tetap PKB ingin setiap koalisi yang dibangun ini juga untuk mencitrakan memberikan perubahan," kata Jazilul.

Ketua DPP PDIPAndreas Pareira tak memungkiri setiap partai ingin memenangi Pilkada 2018 demi memuluskan jalan kemenangan di Pemilu 2019. Sehingga, menurutnya, wajar bila antara satu daerah dengan daerah lainnya masing-masing partai memiliki pilihan politik yang berbeda, bahkan di antara partai koalisi pemerintah.

"Tidak ada selama ini koalisi permanen. Yang ada adalah kerjasama antarpartai yang sifatnya temporer. Semua partai lakukan hal yang sama untuk mencapai kemenangan," kata Andreas.
Andreas pun menyatakan di Pilkada Jateng dan Jabar PDIP telah mempunyai pertimbangan sendiri untuk mencapai kemenangan. Menurutnya, pasangan yang diusung PDIP di dua provinsi tersebut sudah dipertimbangkan secara matang.

"Pak Ganjar itu, kan, petahana. Kader kami yang kinerjanya sudah terbukti," kata Andreas.

Potensi Pecah Kongsi PDIP-PKB di Jatim

Beda kongsi antara PDI Perjuangan dan PKB di Pilkada Jabar dan Jateng bukan tak mungkin merembes ke Jatim. Pasangan Syaifullah Yusuf atau Gus Ipul dan Abdullah Azwar Anas yang diusung PDI Perjuangan-PKB berpotensi pecah seiring permohonan pengunduran diri Anas.

Kendati Azwar Anas sudah mengembalikan mandat dukungan yang ia terima dari PDIP dalam Pilgub Jawa Timur 2018, namun PDIP masih belum secara resmi menyatakan menerima pengembalian mandat itu. Peredaran foto-foto panas yang diduga adalah foto Azwar Anas tidak membuat PDIP langsung seketika menarik dukungan kepada Azwar.

Daniel Johan dari PKB bahkan sempat mengultimatum PDIP agar segera menetapkan pengganti Anas maksimal hari ini (9/1). Gus Ipul semalam (8/1) pun telah bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri untuk menyampaikan pesan para kiai Jatim perihal sosok pengganti Anas.

Peluang pecah kongsi ini dibaca cepat oleh PAN, PKS, dan Gerindra. Mereka mengajukan dua nama calon wakil gubernur pendamping Gus Ipul yakni Bupati Bojonegoro Suyoto dan Moekhlas Siddik. PKB juga sudah terbuka dengan kemungkinan dukungan dari ketiga partai tersebut.

Meski begitu tak semua internal PKB mengamini potensi pecah kongsi mereka dengan PDIP di Pilkada Jatim. "Komitmen kami masih sama untuk Pilgub Jatim," kata Jazilul.
PKB, kata Jazilul, telah menyerahkan sepenuhnya kepada PDIP perihal nama pengganti Anas dan percaya bahwa pilihan partai berlambang banteng itu sebagai yang terbaik. Meskipun, menurutnya, akan lebih pas kalau pendamping Gus Ipul adalah wanita.

"Kayak di Jateng itulah. Laki-laki dan perempuan," kata Jazilul.

Keinginan PKB itu dijawab enteng oleh Ketua DPP PKB Andreas Pareira. "Kalau enggak nanti, ya, besok [diumumkan]. Pokoknya kalau laki-laki ganteng, kalau perempuan cantik," kata Andreas.

Baca juga artikel terkait PILKADA SERENTAK 2018 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Jay Akbar