Menuju konten utama

Bareskrim Polri Selidiki Penyebab Kelangkaan LPG 3 Kg

Indikasi kelangkaan elpiji 3 kg disebabkan adanya kepanikan dari masyarakat, salah satunya terkait rencana distribusi tertutup gas bersubsidi yang dicanangkan berlaku pada 2018.

Bareskrim Polri Selidiki Penyebab Kelangkaan LPG 3 Kg
Sejumlah warga mengantre membeli gas subsidi tiga kilogram saat digelar operasi pasar Pertamina, di Kawasan Sukahati, Cibinong, Kabupaten Bogor, Selasa (5/12/2017). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya.

tirto.id - LPG atau elpiji 3 kilogram di sejumlah daerah, seperti Bogor dan Depok di Jawa Barat, Jakarta, Malang di Jawa Timur, dan Sumatera Barat mengalami kelangkaan dalam sepekan terakhir. Akibat kelangkaan tersebut membuat harga elpiji tiga kilogram meroket.

Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Pol Agung Setya mengatakan, pihaknya akan menyelidiki penyebab terjadinya kelangkaan peredaran tabung gas elpiji tiga kilogram bersubsidi di masyarakat.

“Kami akan koordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk mengidentifikasi apakah ada penyimpangan yang membuat terjadi kelangkaan,” kata Brigjen Agung, di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, seperti dikutip Antara, Jumat (8/12/2017).

Pihaknya pun meminta masyarakat mampu agar tidak menggunakan tabung gas elpiji tiga kilogram dan beralih pada tabung gas elpiji dua belas kilogram.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero) Muchamad Iskandar menyebutkan, indikasi kelangkaan elpiji 3 kg disebabkan adanya kepanikan dari masyarakat, salah satunya terkait rencana distribusi tertutup gas bersubsidi yang dicanangkan berlaku pada 2018.

“Rencana untuk distribusi tertutup itu, pemerintah sudah menggemborkan untuk tahun 2018. Jadi sempat memancing konsumen masyarakat agak panik sehingga stok tabung kosong yang ada di dapur dikeluarkan semua,” kata Iskandar saat menggelar konferensi pers, di kantornya, Jakarta, pada Jumat.

Iskandar menjelaskan dengan kepanikan tersebut, banyak masyarakat yang mengisi dua sampai tiga tabung untuk persediaan di rumah sehingga permintaan elpiji 3 kilogram meningkat pesat. Tingginya permintaan terhadap elpiji bersubsidi ini juga akibat penggunaan yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

Hal tersebut diperkuat dengan adanya temuan di lapangan bahwa gas bersubsidi ini digunakan oleh pengusaha rumah makan, laundry, genset, dan rumah tangga mampu.

Pertamina membantah munculnya isu pengurangan pasokan elpiji bersubsidi karena distribusi pada awal Desember pun ditingkatkan menjadi 21 ribu metrik ton per hari menjelang libur Natal 2017 dan Tahun Baru 2018.

Iskandar memaparkan tidak ada pergerakan penurunan pasokan sama sekali mengingat penyaluran gas subsidi dari Juli sampai November sekitar 20,2 ribu sampai 20,3 ribu metrik ton per hari.

“Tidak benar kalau ada isu pengurangan, kadang-kadang diplintir subsidi dikurangi. Desember kita tingkatkan 21 ribu untuk harian," kata Iskandar.

Iskandar menegaskan, Pertamina tetap menjamin ketersediaan elpiji 3 kg bersubsidi dan mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir jika terjadi kekurangan gas.

Berdasarkan data penyaluran harian elpiji 3 kg bersubsidi, hingga akhir November 2017, realisasi penyaluran telah mencapai 5,750 juta MT, atau 93 persen dari kuota yang ditetapkan pada APBN-P 2017 sebesar 6,199 juta MT.

Sampai dengan akhir Desember 2017, penyaluran elpiji 3 kg bersubsidi diperkirakan akan melebihi kuota sekitar 1,6 persen di atas kuota APBN-P 2017 tersebut.

Baca juga artikel terkait KELANGKAAN ELPIJI atau tulisan lainnya dari Abdul Aziz

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Abdul Aziz
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz