Menuju konten utama

Bantah Jokowi, Faisal Basri: Investasi Besar Tapi Hasilnya Kecil

Faisal Basri menyatakan investasi di Indonesia sebenarnya sudah besar. Namun, dampak investasi terhadap pertumbuhan ekonomi tidak signifikan. 

Bantah Jokowi, Faisal Basri: Investasi Besar Tapi Hasilnya Kecil
Faisal Basri saat menunjukkan gula pasir produksi PT Angels Production yang merupakan pabrik rafinasi dalam sebuah diskusi di ITS Tower, Jakarta pada Senin (14/1/2019). tirto.id/Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri membantah pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyatakan bahwa investasi di tanah air belum 'nendang'.

Faisal mengatakan nilai investasi di Indonesia yang setara dengan 32 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) bukan angka yang kecil.

Menurut Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) tersebut, jika dibandingikan negara-negara lain di ASEAN, nilai investasi tersebut cukup tinggi, bahkan termasuk 16 besar dunia.

“Pertumbuhan kredit dobel digit dalam 13 bulan terakhir. Investasi Cina di Indonesia naik dari nomor 44 ke 26 di tahun 2019," ujar Faisal dalam diskusi 'Menjawab Tantangan Pengelolaan Pelabuhan di Indonesia dalam Perspektif Ekonomi dan Hukum' di Jakarta pada Selasa (23/7/2019).

"Investasi enggak 'nendang' masa? Saya agak takut Pak Jokowi salah diagnosis. Investasi enggak kecil, tapi hasilnya kecil,” tambah Faisal.

Dia mencontohkan kendati tumbuh pesat, investasi tidak kunjung mendorong pertumbuhan ekonomi RI menyentuh angka 7 persen selama 5 tahun terakhir. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi stagnan di angka 5 persen.

Faisal menduga proyek infrastruktur yang menyerap investasi tidak memberikan dampak maksimal terhadap perekonomian nasional. Alhasil, dampak ekonomi yang diinginkan pemerintah terkesan tak kunjung tercapai meski aliran modal sudah besar.

Dia berpendapat demikian karena kapasitas pendanaan pemerintah untuk pembiayaan infrastruktur selama ini terbatas sehingga harus mengandalkan investasi. Selain itu, menurut dia, pemerintah mudah tergoda untuk mengandalkan utang BUMN untuk pembiayaan proyek infrastruktur.

“Berarti kita membangunnya tidak efisien. Untuk membangun satu barang butuh banyak modal. Uang kita terbatas dan jadinya utang-utang terus,” ucap Faisal.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Addi M Idhom