Menuju konten utama

Bantah Harvard, Kemenkes Jelaskan Cara RI Deteksi Corona

Balitbang Kemenkes membantah pendapat peneliti Universitas Harvard bahwa Indonesia seharusnya sudah terpapar Virus Corona.

Bantah Harvard, Kemenkes Jelaskan Cara RI Deteksi Corona
Ilustrasi Virus corona. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kementerian Kesehatan membantah pendapat peneliti Universitas Harvard kalau Indonesia seharusnya sudah terpapar Virus Corona.

Kepala Balitbang Kementerian Kesehatan Siswanto mengatakan, Harvard menggunakan pendekatan matematis sehingga tidak selamanya bisa menjadi kenyataan.

"Pada dasarnya penelitian Harvard adalah model matematik. Model matematik untuk memprediksi bisa terjadi bisa nggak," kata Siswanto di kantor Staf Kepresidenan, Jakarta, Senin (11/2/2019).

Dalam penelitian Harvard, prediksi dinamika virus Corona bisa dilihat dari volume seseorang lalu lalang di suatu daerah.

Kemudian, Harvard menggunakan garis-garis lalu-lalang itu dengan metode tertentu. "Lalu ada garis begini, menurut garis itu kira-kira di Indonesia harusnya ada sekitar 6 kasus atau berapa kasus," kata Siswanto.

Ada pun alasan Indonesia belum terinfeksi corona, imbuhnya, disebabkan karena ada 3 unsur dalam penanganan virus Corona.

Pertama adalah penanganan pasien yang disebut suspect sudah tepat atau belum. Kemudian apakah ada pengambilan cairan atau spesimen penyakit.

Lalu bagaimana cara penanganan spesimen untuk dibawa ke laboratorium guna analisa akurat atau tidaknya spesimen tersebut.

Menurut Siswanto, Corona merupakan virus baru muncul di dunia dan baru Menginfeksi manusia seperti H5N1 atau Virus flu burung, virus Mers atau flu onta hingga SARS.

Berkaca dari kemunculan penyakit baru tersebut, pemerintah lewat Permenkes nomor 658 tahun 2009 menunjuk Lab Balitbang untuk menangani virus baru.

Lab pun sudah memiliki peralatan memadai untuk menangani virus tersebut dan pemeriksaannya menggunakan pendekatan biomolekuler yakni pendekatan dari Genomic sehingga pemeriksaan menggunaan PCR atau Polymerase Chain Reaction.

"Jadi artinya dengan suatu penggandaan DNA atau RNA apakah betul itu adalah RNA dari nCov, begitu ya," tuturnya.

Siswanto menlanjutkan, pemeriksaan di lab Kementerian Kesehatan juga berbeda dengan di lab Prodia.

Pertama, RNA diekstraksi terlebih dahulu kemudian ditambah dengan cairan laboratorium. Kemudian, cairan campuran itu dimasukkan ke mesin PCR kurang lebih 2 jam.

Lantaran itu itu, Indonesia bisa menangani virus Corona karena bisa menangani virus lain. "Kita mampu karena kita sudah pengalaman dalam flu burung hingga Mers Cov," ucap Siswanto.

Berdasarkan pendekatan tersebut, Siswanto mengaku seharusnya ada 6 tahapan. Namun, ia berpendapat publik seharusnya bersyukur tidak ada kasus Virus Corona di Indonesia.

"Menurut saya ya kita bersyukur. Jangan dipaksa supaya sepakbola terus gol dan kita sudah teliti dengan benar. Itu hanya prediksi dengan model matematik," kata Siswanto.

Baca juga artikel terkait KEMENKES atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Hendra Friana