Menuju konten utama

Bangunnya Sel-Sel Tidur ISIS Setelah Kericuhan di Mako Brimob

Kericuhan di Rutan Mako Brimob diklaim jadi "pemantik" sel-sel jaringan ISIS melakukan teror susulan.

Bangunnya Sel-Sel Tidur ISIS Setelah Kericuhan di Mako Brimob
Petugas kepolisian berjaga di sekitar lokasi ledakan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018). ANTARA FOTO/Moch Asim

tirto.id - Muhammad Jibriel Abdul Rahman, mantan terpidana kasus pemboman Hotel JW Marriot 2009, menyebut ledakan bom bunuh diri yang terjadi pagi tadi di tiga gereja di Surabaya merupakan rentetan yang berkaitan dengan kericuhan narapidana teroris di Rutan Salemba Cabang Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, beberapa hari lalu. Ia mengklaim jika aksi lanjutan ini dilakukan oleh kelompok ISIS di Indonesia.

"Kalau dilihat cara kerja teknik pengeboman ini dilakukan, saya bisa pastikan itu ISIS," ujar Jibriel kepada Tirto melalui sambungan telepon, Minggu (13/5). Ia menegaskan jaringan ini kembali eksis karena kericuhan menewaskan lima anggota polisi dianggap sebuah keberhasilan.

“Sebuah kode aksi yang harus mereka lakukan karena dari kepolisian, kan, mati. Mereka merasa sukses," ujar Jibriel.

Karena klaim ini, kata Jibriel, mereka yang seideologi dengan ISIS kemudian menyusun rencana susulan. Pola-pola ini bisa dilihat dari rentetan aksi yang terjadi setelah kericuhan di Rutan Mako Brimob. Pertama, penusukan anggota kepolisian sehari setelah kejadian di Mako, kemudian berlanjut aksi bom bunuh diri hari ini.

"Karena dilihat ada polisi di depan gereja atau gereja-gereja ini sebenarnya sebagai target mereka. Itu sama saja seperti di Suriah juga, kan? Gereja-gereja diledakkan dan lain-lain, tapi dalam Islam diharamkan," kata Jibriel. Ia menduga akan ada aksi lanjutan kelompok-kelompok ini untuk melakukan teror di Indonesia.

Eksistensi ISIS Menjelang Bulan Ramadan

Beberapa tahun ini, ISIS melakukan pola serangan serupa dan mengidentifikasi eksitensinya dengan menebar teror. Tahun lalu, misalnya, ISIS melakukan aksi serangan teror di beberapa negara. Serangan itu terjadi dari awal Ramadan dan berlangsung di beberapa negara, menewaskan puluhan orang.

Misalnya, serangan bom pada konser Ariana Grande di Manchester. Serangan teror berlanjut di London pada 3 Juni 2017 -- yang juga diklaim oleh ISIS.

Aksi itu masih terus berlanjut. Kelompok ini menyasar patroli militer Aljazair di hari yang sama, melukai empat polisi dan menghancurkan dua kendaraan patroli. Pada hari keempat Ramadan, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas ledakan bom di Bagdad. Aksi itu menewaskan puluhan dan melukai ratusan orang.

Kini pola-pola itu terjadi di Indonesia. Setelah kejadian berdarah di Mako Brimob, yang berakhir tragis bagi lima polisi yang tewas mengenaskan, menurut Jibriel kelompok ISIS di Indonesia melakukan teror susulan.

Menurut Jibriel, teror bom bunuh diri di tiga gereja--dengan korban sementara 10 orang--merupakan "kode" kelompok ISIS menjelang bulan Ramadan. “Apa yang terjadi di kemarin itu, bagi anak-anak ISIS, sebuah kode sebelum Ramadan,” ujar Jibriel.

Ia mengatakan, di Indonesia, aksi kelompok ini dilakukan secara spontan. Tindakan itu sebagai usaha membuktikan mereka masih eksis dan sewaktu-waktu bisa melakukan serangan, menurut Jibriel.

"Jadi seolah-olah ini sudah rentetan. Ini untuk menunjukkan eksistensi," kata Jibriel. Ia meminta kepolisian waspada atas teror susulan yang bisa saja dilakukan oleh kelompok ini.

BIN: 'Memanfaatkan' Kericuhan di Rutan Mako Brimob

Analisa Jibriel ihwal pola-pola yang dilakukan ISIS senada dengan yang diutarakan Wawan Purwanto, jubir Badan Intelijen Negara (BIN).

Menurut Wawan, kelompok ini memanfaatkan kericuhan di Rutan Mako Brimob untuk melakukan teror lanjutan. Wawan mengatakan, selepas kericuhan yang menewaskan lima polisi, jejaring kelompok ini bergerak melancarkan teror. Di Indonesia, kelompok ini menyasar Kepolisian yang dianggap sebagai "thagut" oleh ISIS.

“Dia cari sasaran alternatif karena yang disasar itu Polri," ujar Wawan melalui telepon kepada Tirto, hari ini. Ia menegaskan, selain polisi, kelompok ini mencari “gereja yang menjadi sasaran alternatif lain.”

Di Indonesia, kata Wawan, jaringan ISIS bekerja dengan nama Jamaah Ansharut Daulah. Jaringan ini, kata Wawan, berbaiat dengan Abu Bakar Al-Baghdadi pada 2014 dan mulai eksis melakukan serangkaian teror di Indonesia. Jaringan ISIS, sebagaimana analisis BIN, mulai bergerak ketika kericuhan di Rutan Mako Brimob terjadi pada pertengahan pekan lalu.

“Kami sudah sampaikan bahwa akan ada serangan bergelombang dimulai tanggal 11 Mei itu," kata Wawan. "Mereka masih akan tetap mempersiapkan rencana serangan itu. Maka, seluruh aparat diminta berjaga-jaga."

Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri, menyebut serangan bom yang terjadi pagi tadi di tiga gereja di Surabaya memang dilakukan kelompok JAD, kelompok lokal yang terafiliasi dengan ISIS.

Jaringan ini, kata Setyo, mulai bergerak dari sejumlah wilayah dan diidentifikasi akan melakukan serangkaian teror di berbagai wilayah.

“Mereka ini kelompok JAD Jabodetabek, termasuk Bandung. Sekarang mereka bergerak bersama,” ujar Setyo.

Baca juga artikel terkait TEROR BOM GEREJA SURABAYA atau tulisan lainnya dari Arbi Sumandoyo

tirto.id - Hukum
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Zen RS