Menuju konten utama

Bangun PLTA 9.000 MW di Kaltara, Indonesia Bisa Ekspor Listrik

Bila total kapasitas PLTA Kayan di Kalatra sebsar 9.000 MW sudah berfungsi diperkirakan dapat mengekspor kelebihan daya listrik ke Malaysia.

Bangun PLTA 9.000 MW di Kaltara, Indonesia Bisa Ekspor Listrik
Air mengalir dari Waduk Jatigede di Sumedang, Jawa Barat, Kamis (6/4). Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 2 x 55 Mega Watt (MW) yang memanfaatkan air dari Waduk Jatigede yang dibangun dengan luas lahan kurang lebih 141.53 Ha itu pembangunannya hingga kini telah mencapai 19,04 persen dan ditargetkan selesai pada 2019. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc/17.

tirto.id - Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan di Kalimantan Utara diproyeksikan menjadi salah satu sumber energi baru terbarukan (EBT) terbesar.

Direktur Operastional Kayan Hidro Energy (KHE), Kharony menjelaskan dengan kapasitas itu, PLTA Kayan yang sudah beroperasi dapat memenuhi kebutuhan listrik Kalimantan yang selama ini masih mengimpor dari Malaysia.

"Sebenarnya Kayan ini menyumbang listrik terbesar karena programnya EBT, kalau jalan sesuai target sumbang EBT terutama utuk kelistrikan Kalimantan umum. Sekarang ini Indonesia masih impor (listrik dari Malaysia), "ucap Kharony dalam konferensi pers di JW Marriott, Jakarta, Rabu (21/8/2019).

Untuk saat ini, Kharony mengatakan, PLTA Kayan membidik pelaku usaha yang bergerak di smelter. Salah satunya PT Inalum.

Namun selain Inalum, Kharony menyebutkan masih ada sejumlah perusahaan lain yang turut bergerak di bidang smelster dan sudah masuk sebagai daftar pengguna potensial dari listrik ini.

Pengguna industri diprediksi akan memakan sekitar 70 persen dari total kapasitas yang tersedia. Sisanya sebanyak 30 persen akan dialirkan bagi kebutuhan listrik di Kalimantan secara umum.

Namun, bila total kapasitas 9000 MW sudah berfungsi, ia menargetkan kebutuhan listrik ini bisa sampai melakukan ekspor ke Malaysia.

Dengan demikian dalam beberapa waktu ke depan Indonesia, kata Kharony, dapat membalik keadaan dari semula mengimpor menjadi mengekspor.

"Malaysia sisi utara listriknya masih kurang, nanti ekspor ke sana. Bisa supply kelistrikan di Kalimantan," ucap Kharony.

Adapun investasi yang dibutuhkan untuk proyek ini mencapai USD 2,3 juta hingga USD 2,7 juta per MW.

Kharony menyebutkan proyek ini sudah memiliki investor dan dananya juga sudah siap. Kedua investor yang turut terlibat adalah Powerchina dan Central Asia Capital ltd.

Ketika ditanya mengenai keterkaitan proyek ini dengan KTT Belt and Road Initiative (BRI) di Cina, Kharony tak membantahnya. Namun, ia memastikan proyek ini sudah berjalan jauh sebelum KTT BRI digelar di Cina.

Baca juga artikel terkait PLTA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali