tirto.id - Fakta baru terungkap dalam kasus pembunuhan Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (53) dan M. Adi Pradana alias Dana (23) yang dilakukan Aulia Kusuma (45). Pembunuhan terhadap suami dan anak tiri ini ternyata tak hanya dilatari persoalan utang belaka, melainkan karena akumulasi persoalan rumah tangga.
Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Suyudi Ario Seto menerangkan Aulia sempat membuat sejumlah rencana sebelum akhirnya menghabisi Edi dan Dana dengan cara dibekap kemudian dibakar.
Menurut Suyudi, Aulia awalnya berkeluh kesah kepada TN, pembantu rumah tangganya, ihwal utangnya senilai Rp10 miliar ke bank. Ia pun hendak menjual rumah yang mereka tempati di Lebak Bulus buat menutupi utang itu. Namun, keinginan Aulia ditolak Edi.
Penolakan Edi ini bikin Aulia mengkal. Ia lantas berpikir membunuh Edi dan Dana dengan minta bantuan TN. Menurut Suyudi, Aulia berpikir jika Edi dan Dana meninggal, hak waris akan jatuh kepadanya.
TN yang mendengar keluhan Aulia, lantas merekomendasikan RD, suaminya, buat membantu melancarkan rencana pembunuhan ini. Aulia kemudian meminta RD mencarikan dukun untuk menyantet Edi.
"Tapi suami tersangka tidak berhasil disantet," kata Suyudi saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (2/9/2019).
Aulia tak menyerah. Kata Suyudi, Aulia kemudian meminta RD mencari senjata api sekaligus eksekutor penembak Edi dan Dana. Ia juga menyediakan duit Rp25 juta buat bayaran calon pembunuh.
"RD berangkat ke Yogyakarta mencari orang, tapi enggak berhasil lagi. Lalu [Aulia] menambah uang Rp10 juta. Karena kemahalan makanya tidak jadi," ujar Suyudi.
Kendala ini tak lantas bikin Aulia mundur lantaran rencana pembunuhan ini sudah kadung tercetus. Ia maju dengan skenario lain: mengumpulkan Kevin alias Geovani Kevin (25), anak dari mantan suami pertamanya, TN, dan RD untuk mengatur ulang rencana pembunuhan.
Dalam pertemuan yang digelar di apartemen Kevin di bilangan Kalibatan, Jakarta Selatan, RD merekomendasikan AP, Kusmawanto Agus (24), dan M. Nur Sahid Sugeng (24) buat menjadi eksekutor. Namun, kata Suyudi, AP tak turut serta dalam eksekusi pembunuhan itu karena kesurupan saat hendak menuju ke lokasi kejadian.
Agus dan Sahid merupakan petani asal Lampung. keduanya datang ke Jakarta lantaran awalnya ditawari bekerja sebagai pembersih gudang di rumah Aulia. Tapi Aulia malah mengajaknya membunuh dengan iming-iming Rp200 juta per orang.
"Mereka baru menerima Rp10 juta," ujar Suyudi.
Dimulai dengan Minum Jus Tomat
Jumat malam, 23 Agustus 2019, menjadi malam terakhir bagi Edi dan Dana. Kebiasaan Edi, Dana, dan Aulia meminum jus tomat sebelum tidur, jadi pintu masuk Aulia melancarkan aksinya. Aulia mencampur jus tomat itu dengan 30 obat tidur yang sudah ia gerus sebelumnya. Jus campuran obat tidur itu lantas dihidangkan Aulia kepada Edi.
Pada waktu yang hampir bersamaan, kata Suyudi, Kevin, Agus, dan Sahid masuk ke rumah lewat garasi. Mereka lantas diam di kamar Kevin yang berada di lantai 2.
Sesaat sesudah jus dihidangkan, Edi menegaknya tanpa curiga. Pelan tapi pasti, reaksi obat mulai bikin Edi mengantuk. Ia lantas terlelap di kamarnya yang berada di lantai 1.
"Sekitar pukul 20.30 WIB, mulailah AK beraksi," ujar Suyudi.
Aulia lantas memanggil Agus dan Sahid. Ketiganya berbagi peran: Aulia membekap Edi dengan kain yang telah bercampur obat bius, Sahid memegang perut korban, dan Agus memegang kaki. Namun, Edi sempat berontak dan mencakar lengan Aulia.
Upaya Edi berontak dari bekapan tak membuahkan hasil karena Agus dan Sahid kian kuat menarik kaki dan tangan korban. Aulia yang tadinya membekap, langsung mengikat Edi dengan sumbu kompor yang telah dipersiapkan sebelumnya.
"Korban diduga meninggal di kamar," ujarnya.
Hampir dua setengah jam berselang, Dana tak tahu bapaknya sudah meninggal. Ia pun tak menaruh curiga saat bertemu Kevin di lantai 2 rumahnya. Sama seperti Edi, Dana pun menegak jus tomat campur obat tidur yang tersedia di kulkas. Namun karena rasanya pahit, ia urung menghabiskan.
Melihat Dana tampak tak terpengaruh obat tidur, Kevin mengajaknya mengicip minuman keras yang lagi-lagi sudah tercampur obat tidur. Mereka larut dalam musik dan menari bersama, hingga Dana tak sadarkan diri.
Kevin kemudian memberi kode kepada Aulia, Sahid dan Agus buat naik ke lantai 2. Secara cepat, kata Suyudi, apa yang terjadi pada Edi terjadi pula pada Dana. Bedanya Dana tak sempat melawan sehingga langsung tewas di tempat.
Muslihat Aulia
Selepas suami dan anak tirinya tewas, Aulia lantas bikin skema seolah-olah keduanya meninggal karena kecelakaan. Ia kemudian berencana membakar rumah beserta dua mayat itu.
Dengan dibantu Kevin, Aulia menyiapkan kain yang basah dengan bensin dan obat nyamuk. Masing-masing berjumlah tiga dan diletakkan di kamar Edi, ruang tengah, dan garasi dekat mobil.
Menurut Suyudi, Aulia merencanakan kedua mayat diangkut ke garasi dan diletakkan dekat mobil. Asumsinya, kata Suyudi, jika rumah terbakar, mobil meledak, dan mayat itu pun akan ikut terbakar.
"Namun, Sahid berubah pikiran. Ia tiba-tiba tidak tega. Lalu mematikan dua titik api di ruang tengah dan garasi dengan ludah," ujar Suyudi.
Tindakan Sahid ternyata mengubah rencana secara keseluruhan. Aulia pun kemudian mengizinkan Agus dan Sahid pulang ke Lampung. Artinya, rencana pembunuhan dengan seolah-olah kecelakaan, gagal. Kedua mayat masih tersimpan.
Pada keesokan harinya, 24 Agustus 2019. Aulia kembali bekerja di toko miliknya di ITC Cempaka Putih sedangkan Kevin kembali ke apartemennya.
Namun, satu dari tiga obat nyamuk yang dipasang malam sebelumnya ternyata belum padam. Benda itu tersimpan dan menyala di kamar Edi, sekaligus menjadi satu-satunya titik, yang membakar rumah Lebak Bulus itu.
"AK mendapatkan telepon dari tetangganya, rumahnya kebakaran. AK yang masih di toko terus pulang tapi rumah sudah padam oleh 4 unit mobil damkar," ujarnya.
Aulia sempat ditawari menginap di rumah tetangganya yang bersimpati, namun ia memilih menetap di apartemen Kevin. Esok harinya, keduanya datang ke rumah dan lantas membawa kedua mayat itu ke suatu tempat dengan mobil yang dikendarai Kevin. Sementara itu, Aulia mengendarai mobil lainnya.
Awalnya, mereka berencana menuju ke Parung, tapi Aulia mengubah rencana dan mengarahkan mobil ke daerah Sukabumi. Di tengah jalan, Aulia menginstruksikan Kevin memarkirkan mobil berisi dua jenazah di bibir jurang. Mereka bikin skenario kecelakaan denhan membakar mobil dan mendorongnya ke jurang.
Nahasnya, rencana kedua itu tidak mulus. Kevin malah terbakar saat coba membakar dua mayat itu.
"GK membakarnya saat mereka berada di dalam mobil. Ketika bensin disiramkan dan api dinyalakan, mobil malah meledak. GK ikut terbakar dan mengalami luka," ujarnya.
Singkat cerita, mereka semua pun akhirnya ditangkap. Dan terancam kena pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati, atau penjara seumur hidup, atau penjara minimal 20 tahun.
Namun, untuk pihak-pihak seperti TN, RD, AP, dan dukun santet tersebut masih dalam pendalaman polisi.
"Semua orang yang ikut berperan dalam perencanaan ini, akan kami mintai keterangan," tutupnya.
Jangan Hakimi Saya, Tolong!
Kasus pembunuhan ini memang mirip sinetron. Dan memang dari opera sabun itulah Aulia mendapat inspirasi menghabisi nyawa Edi dan Dana.
"Mungkin karena kebanyakan nonton sinetron," ujar Aulia saat ditemui di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (3/9/2019).
Utang memang jadi awal masalah rumah tangga Aulia. Namun, perlakuan Edi dan Dana terhadap Aulia selama inilah yang sebenarnya jadi sumber masalah.
Dalam usia pernikahan delapan tahun, Aulia mengakui dirinyalah yang selama ini membiayai kehidupan rumah tangga, karena Edi tidak punya penghasilan.
"Saya mohon orang-orang yang pernah bekerja dengan saya untuk menjadi saksi, bahwa Edi tidak pernah bekerja. Yang cari uang itu saya," ujarnya.
Ia pun menerangkan awal mula punya utang Rp10 miliar. Menurut dia, utang itu didapat karena ia tadinya hendak membuka restoran. Namun, Aulia tak menggunakan nama Edi saat mengajukan pinjaman.
"Karena namanya sudah diblacklist di bank-bank," ujar ibu tiga anak ini.
Setelah pengajuan utang selesai dan uang cair, Aulia mendaku, Edi lepas tangan. Edi menyerahkan pelunasan utang sepenuhnya pada Aulia, padahal peminjaman itu dilakukan atas usul Edi.
Aulia mengaku pernah mencoba meminta bantuan Edi, tapi ditolak. "Dia enggak mau tahu gimana caranya. Bahkan dia bilang soal nikahi saya karena aset-aset bakal disita," ujarnya sembari sesegukan.
Aulia mencoba segala cara buat melunasi utang: mengandalkan kartu kredit, menjual mobil anaknya, meminjam uang kepada saudaranya agar rumah yang menjadi jaminan itu tidak tergadaikan. Namun, tetap saja upaya-upaya itu tak mampu menutup lubang masalah.
Ia lantas menyarankan Edi menjual salah satu rumahnya, rumah yang mereka tempati. Namun, Edi bersikeras menolak.
"Kata Edi 'apa-apaan, sih, lu. Main jual jual aset gue, seenaknya, aja. Kalau lu punya utang, tanggung sendiri'. Dia sama sekali enggak merasa, selama ini sebagai suami tanggung jawabnya apa?" ujarnya.
Selain bermasalah dengan Edi. Aulia juga punya masalah dengan Dana. Meski awalnya hubungan mereka baik-baik saja, Dana berubah sikap setelah tersandung kasus narkoba. Dari situ, Aulia kerap diperlakukan buruk.
"Saya punya bukti chat-nya Dana pernah ancam mau bunuh saya," ujarnya.
Akumulasi persoalan dalam keluarga plus utang memicu Aulia merencanakan pembunuhan itu. Niat itu melintas saat lebaran tahun ini. Ia sudah kehilangan rasa kesadaran lantaran uangnya kian menipis saban hari.
Di tengah kondisi kritis itu, Edi malah menuding Kevin yang dibelikan mobil dan apartemen sebagai sumber masalah keuangan mereka. Tudingan ini bikin perasaan Aulia terluka, lantaran bagaimana pun, Kevin adalah anak pertamanya dari suami pertamanya.
Momen itulah yang bikin Aulia haqul yakin menghabisi nyawa Edi dan Dana. Dan, rencana itu akhirnya ia ceritakan kepada TN, pembantu rumah tangganya, yang kerap diperlakukan tak manusiawi oleh Edi.
"Saya membunuh mereka, karena saya pikir simple saja. Dengan Edi dan Dana enggak ada, rumah itu enggak bisa kesita bank. Sisanya juga enggak banyak. Setelah itu saya bisa hidup damai dengan Reina. Itu saja," ujarnya.
"Saya ngomong seperti ini bukan untuk membela diri. Tolong jangan judge saya. Coba kalian menjadi saya satu hari saja."
===
PEMBERITAHUAN
Pada Kamis (5/9/2019) pukul 11.22, kami melakukan sedikit penyuntingan naskah dengan mengganti kata lewat menjadi meninggal.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Maya Saputri