Menuju konten utama

Bahrun Naim: Bocorkan Data BNPT Hingga Ajarkan Rakit Bom Nuklir

Bahrun Naim membagikan hadiah lebaran berupa kursus singkat membuat bom nuklir.

Bahrun Naim: Bocorkan Data BNPT Hingga Ajarkan Rakit Bom Nuklir
Korban serangan "Bom Thamrin" yang merupakan anggota kepolisian, Aiptu Denny Maheu, melakukan tabur bunga di lokasi kejadian di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Sabtu (14/1). Aksi tabur bunga dilakukan dalam rangka memperingati satu tahun kejadian aksi terorisme "Bom Thamrin". ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/kye/17

tirto.id - “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, telah gugur syahid saudara kita mujahid Bahrun Naim di Abu Hammam pada tanggal 30 November,” pesan berantai ini mulai berseliweran di sosial media sejak Senin, 4 Desember 2017.

Beredar kabar di berbagai media sosial bahwa Bahrun Naim, terduga dalang sejumlah serangan teror di Indonesia sekaligus pemimpin jaringan ISIS di Asia Tenggara telah tewas.

Sydney Jones, Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) mengatakan kepada Tirto bahwa ada tiga faksi kepemimpinan ISIS di Indonesia: Abu Jandal alias Salim Attamimi, Bahrumsyah, dan Bahrun Naim.

Jika Abu Jandal dan Bahrumsyah merupakan sosok narsistik yang sering muncul di video, Naim sebaliknya. Ia pemalu. Setelah pergi ke Suriah pada pertengahan 2015, dan membangun jaringan ISIS di Indonesia, Naim sama sekali tidak pernah menampakkan wajahnya dalam video.

Tidak muncul di video bukan berarti dia tak populer. Dibandingkan dengan Abu Jandal dan Bahrumsyah, Naim lebih terkenal di kalangan simpatisan ISIS yang aktif di grup Telegram. Ustaz BN, begitu Ia lazim dipanggil.

Baca juga: Telegram Barang Panas Baru Favorit Teroris

Ia populer sebab selalu eksis di media sosial. Ia membuka komunikasi dua arah dengan siapapun lewat chatbot di telegram. Pada Mei 2017, Tirto sempat iseng bertanya lewat chatbot ini kepada Bahrun Naim kenapa dia mengajarkan simpatisannya membuat peledak high explosive. Tak disangka, Naim membalasnya pada 24 Juni 2017.

"Saya hanya membuat tulisan, namun media sekuler yang mempublikasikan secara luas, termasuk kepolisian yang mem-blow up kasus-kasus sehingga banyak yang akhirnya mempelajari bahan peledak jenis tersebut.”

"Kalau 15 tahun lalu, banyak kaum muslimin yang belum paham tentang ilmu peledakan. Khususnya yang high explosive. Saat ini, banyak kaum muslimin sudah memahami dan memiliki kemampuan membuat peledak high explosive, bahkan dengan peralatan sederhana, dan bahan yang mudah ditemukan. Sungguh Allah membalikkan makar musuh-musuh-Nya," jawab Naim.

Naim pun seringkali membagikan tutorial mulai dari merakit bom, kontra spionase sampai hacking jaringan komputer. Kumpulan tulisan itu kemudian ia rangkum dalam buku berjudul Catatan Bahrun Naim: Sebuah Perjalanan, Rahasia.

Buku setebal 335 halaman ini terbagi jadi 6 sub-bab: Alam pemikiran, teknologi, eksplosif, strategi perang, operasi-operasi dan inteligensia.

Meski setiap pembahasannya tidak detail, buku ini sudah cukup jadi buku panduan bagi simpatisan ISIS melakukan aksi teror. Naim mengajarkan dari hulu sampai hilir bagaimana aksi teror bisa dilakukan.

Untuk pendanaan misalnya, ia mengajarkan tata cara melakukan hacking dan carding. Agar mengelabui aparat keamanan, Naim memberi tahu cara berkomunikasi yang aman.

Sebagai sarjana lulusan teknik informatika, kemampuan Naim meretas suatu sistem tidak bisa dianggap remeh. "Dia memang jago di bidang siber. Dia memanfaatkan dunia maya untuk merekrut dan mencari dana," ucap Pengamat terorisme yang punya relasi dengan jaringan Jamaah Islamiyah, Muhammad Jibriel kepada Tirto.

Salah satu kemampuan meretas Naim yang tak pernah terekspos adalah saat dia meretas situs Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Tak tanggung, Naim berhasil meretas file yang berisikan data pegawai baru BNPT lengkap dengan nama, alamat rumah, alamat email, asal kampus, jabatan di BNPT dan informasi penting lainnya. Hasil retasan ini kemudian dibagikannya di Telegram. Ia menyebut data retasan ini sebagai "killing list".

Peretasan yang dilakukan Bahrun Naim ini merupakan aib bagi aparat keamanan Indonesia. Sebab data ini ia rilis pada Agustus 2016--saat dirinya sudah populer dan masuk dalam daftar pencarian orang karena diduga jadi dalang aksi Bom Thamrin yang meledak enam bulan sebelumnya--. Apa yang dilakukan Naim dengan situs BNPT sebetulnya amat mudah. Ia mengeksplorasinya dengan teknik Google Dork.

Dari bom panci sampai bom nuklir

Maraknya aksi lone-wolf disertai serangan bom panci yang menyebar di seluruh Indonesia tak lepas dari peran Naim menyebarkan informasi pembuatan bom ini.

Saat mengamankan bom panci yang diamankan di Bintara Jaya, Bekasi pada Desember lalu, Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar kala itu, memaparkan sang perakit bom Khafid bin Antoni alias Toni bin Rifai, 22, asal Ngawi mendapatkan tutorial secara langsung dari Bahrun Naim.

Hal sama juga dialami Yayat Cahdiyat, pelaku bom panci Jalan Pandawa, Bandung dan Dian Yulia Novi dan suaminya, Muhammad Nur Solihin yang hendak meledakkan diri di depan Istana Kepresidenan.

Dalam beberapa tulisan di Telegram, Naim memposisikan diri sebagai ahli peledak. Tidak hanya mengajarkan bom berdaya ledak tinggi seperti RDX, TATP atau bom panci, ia pun mengajarkan cara membikin peledak dari bahan mudah didapat seperti bola ping pong, thinner, obat-obatan seperti aspirin, gula cangkang telur dan cuka.

Tirto sempat menyodorkan beberapa artikel Naim ini kepada Ali Fauzi, adik kandung dari Amrozi dan Ali Imron, terpidana Bom Bali I yang telah dihukum mati.

Sama seperti kakak-kakaknya, Ali Fauzi merupakan ahli bom organisasi Jamaah Islamiyah, ia sempat dididik Taliban di Afghanistan saat perang melawan Soviet 1990-an. Keahliannya ini membuat ia jadi pengajar di Kamp Abu Bakar, Mindanao, Filipina Selatan. Kini ia dirangkul pemerintah untuk memerangi radikalisme.

Kepada Tirto, Ali mengakui kemampuan Naim boleh juga. Namun kata dia, apa yang dipapar Naim itu terlalu sederhana. Kenyataanya membuat bom, sekalipun itu bom berdaya ledak rendah amatlah sulit dan tidak segampang di tulisan Naim.

"Membuat bom itu perlu kemampuan khusus. Dan jam terbang juga. Enggak bisa seenaknya sekali bikin langsung jadi. Apalagi kalau buatnya autodidak." katanya.

"Ya wajar saja kalau banyak eksperimen yang gagal kalau polanya seperti ini," ucap Ali merujuk aksi Agus Wiguna di Bandung yang bomnya keburu meledak diluar rencana pada Juli lalu.

Selain jenis bom-bom yang lumrah dibikin, pada 24 Juni lalu, Naim membagikan tutorial disebutnya sebagai hadiah lebaran. "Hadiah lebaran. Semoga dinikmati dengan baik. Barokallah fiekum," kata Naim di akun chatbot-nya.

Dan hadiah lebaran yang dimaksud adalah kursus singkat membikin bom nuklir. Ia menyebut bahan-bahan pembikin bom nuklir ini bisa didapatkan dengan secara ganpang. "Setelah antum mendapatkan deuterium, tritium, thorium, dan lithium. Maka secara umum, antum berpotensi menciptakan sebuah bom nuklir," katanya.

Dalam sub-bab tanya jawab, ketika ditanyakan "Dapatkah bom nuklir ini diaplikasikan sebagai bom ransel?" dengan enteng Naim menjawab "Bom ransel yang berisi maksimal 10kg TATP, memerlukan Uranium-233 seberat 500gram. Dengan booster deuterium-tritium sebesar 2gram. Dan lithium-deuteride seberat 50cc. Secara teori, bom ransel berisi uranium dapat dibuat. Secara perhitungan, ledakan yang dihasilkan dapat mencapai Namun bobot casing, dll dapat mencapai 20kg lebih."

Baca juga artikel terkait BAHRUN NAIM atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Hukum
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Mufti Sholih