tirto.id - Kabar kematian petinggi ISIS Bahrun Naim, menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius, justru perlu diwaspadai, sebab dapat menjadi penyesatan informasi dalam aspek pemberantasan terorisme.
"Sampai sekarang kami belum bisa menentukan apakah yang bersangkutan tewas," kata Suhardi saat konferensi pers di Yogyakarta, Jumat (8/12/2017) malam, seperti diberitakan Antara.
Menurut Suhardi, hingga saat ini BNPT masih melakukan penelusuran kebenaran informasi tersebut bersama Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
"Kepolisian Republik Indonesia (Polri) juga sudah membuka saluran yang sama untuk menelusuri informasi itu," kata mantan Kabareskrim itu.
"Kita jangan terpancing, seperti Abu Jandal dulu juga demikian. Kita harus cek dan recek. Bisa saja nanti semacam penyesatan," tambahnya.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menegaskan bahwa kematian Muhammad Bahrun Naim Anggi Tamtomo alias Bahrun Naim belum bisa dipastikan hingga ada informasi dari lembaga terkait atau orang-orang yang melihat dengan mata kepala sendiri secara langsung.
Kejadiannya yang diperkirakan berada di luar negeri membuat Polri tak bisa segera memastikan. Ia takut kabar meninggal ini hanya hoax untuk tujuan tertentu. "Bisa ini dia benar-benar meninggal, bisa tidak. (kalau tidak) Ini trik dia supaya tidak dikejar," ujar Tito Karnavian, Selasa (5/12/2017).
Tito tak mau buru-buru menyimpulkan. Ia sedang meminta sumber terpercaya dari Rusia, Amerika, Arab, atau Inggris. "Tapi sampai saat ini sudah dicek Densus 88, intelijen lain, mereka belum mengkonfirmasi," ujarnya.
Kapolri menambahkan bahwa Polri sudah berusaha untuk mencari subjek penyebar informasi kematian Bahrun Naim yang pertama. Tapi ia tak mau memaparkan hasilnya karena takut diketahui oleh penyebar.
Sebelumnya, Polri mengetahui kabar kematian Bahrun Naim melalui media sosial.
Bahrun Naim disebut-sebut sebagai dalang aksi teror bom Thamrin, Jakarta Pusat, pada Januari 2016. Bahrun yang kerap disebut sebagai pimpinan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) ini merupakan perekrut sejumlah teroris dari Indonesia.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri