Menuju konten utama

Bahaya di Balik Kursi

Duduk terlalu lama lebih bahaya daripada merokok. Kebiasaan ini juga membunuh lebih banyak daripada HIV, dan punya risiko kematian lebih tinggi daripada paralayang, kata seorang ilmuwan. Diam-diam, kita memelihara kematian di kursi kita.

Bahaya di Balik Kursi
Ilustrasi Terlalu banyak duduk mengancam nyawa. [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Jason kedatangan karyawan magang baru di kantornya, sebuah perusahaan pakaian cepat saji berbasis daring. Uniknya, si karyawan magang ini adalah kakek-kakek berusia 70 tahun bernama Ben. Dalam film "The Intern", besutan Sutradara Amerika Nancy Meyers itu, hubungan kerja antara generasi X dan generasi milenial diadu baik-buruknya. Jason, diperankan Adam Divine, dan gengnya digambarkan santai, inovatif, dan mudah depresi karena hal sepele. Sementara Ben yang diperankan Robert deNiero berpenampilan rapi, bersahabat, bijaksana, dan konvensional.

Ben bekerja di sebuah perusahaan yang dibangun dan digerakan oleh milenial, ia harus membiasakan diri. Saran pertama datang dari Jason, “Jangan terlalu sering duduk di kursimu,” katanya pada Ben di hari pertama kerja. “Tahu kan, orang-orang zaman ini menyebut duduk terlalu lama sebagai rokok yang baru.”

Sindiran Jason tak berlebihan. Kemungkinan besar dia membaca buku Dokter James Levine, Bangun! Ini Alasan Kursimu Sedang Membunuhmu dan Apa Saja yang Bisa Kau Lakukan tentangnya. Salah satu Direktur Klinik Mayo sekaligus Peneliti Obesitas dari Universitas Arizona ini menemukan sejumlah fakta mengejutkan tentang duduk yang terlalu lama. Salah satunya, ia memicu risiko diabetes dan obesitas secara radikal.

“Duduk terlalu lama lebih bahaya daripada merokok. Membunuh lebih banyak daripada HIV, dan punya risiko kematian lebih tinggi daripada paralayang,” katanya dalam wawancara The Lost Angeles Times.

Penelitian 2014 ini bukan studi satu-satunya. Dalam Journal of the American College of Cardiology edisi Juni 2013, diketahui bahwa perempuan yang duduk selama 10 jam atau lebih dalam sehari berisiko tinggi terkena gangguan jantung, dibanding perempuan yang duduk hanya lima jam. Ini disebabkan saat duduk, darah mengalir lebih lambat dan membakar lemak lebih sedikit. Akibatnya, asam lemak lebih mudah menyumbat jantung Anda. Tak hanya merusak jantung, pada 2012 Diabelotogia menemukan kerusakan pankreas pada orang-orang yang sering duduk lama. Kerusakan ini memicu pankreas memproduksi lebih banyak insulin dalam tubuh yang justru menyebabkan diabetes.

Infografik Penyakit dari Kebiasaan Duduk

Efek paling populer dari kelebihan dosis duduk yang dirasakan 9,4 populasi dunia adalah masalah punggung. Sebab duduk lebih banyak memberikan tekanan pada tulang belakang daripada saat berdiri. Diperkirakan 40 persennya, duduk terlalu lama di depan komputer setiap hari. Jangan sepelekan masalah punggung ini, karena Amerika sampai mengeluarkan $86 juta setiap tahunnya karena masalah ini.

Selain punggung, leher tegang juga dialami 10 persen penduduk bumi akibat duduk berlebihan. Lainnya adalah nyeri varises, yang dialami 25 persen perempuan dan 15 persen pria.

Fakta mengerikan lainnya, duduk terlalu lama juga memicu sejumlah kanker. Dalam Inaugural Active Working Summit Januari 2015 lalu di Amerika, Ahli Kesehatan Rory Heath menerangkan dalam presentasinya: duduk berlebihan berisiko menimbulkan kanker paru-paru sampai 54 persen, kanker kandungan sampai 66 persen, kanker usus besar sampai 30 persen. Mekanismenya belum jelas bagaimana, tapi ada kaitannya dengan produksi insulin yang meningkatkan pertumbuhan sel atau karena berkurangnya produksi anti-oksidan dalam tubuh ketika jarang bergerak. Alasan lain munculnya kanker, dikaitkan dengan bertambahnya berat badan dan perubahan kimiawi terkait dalam tubuh. Misalnya perubahan hormon, disfungsi metabolis atau hal lain yang memicu kanker.

Tak habis di situ, duduk terlalu lama juga bisa memangkas usia. Penelitian tahun 2012 menyebutkan, mengurangi waktu duduk dalam sehari menjadi rata-rata tiga jam dapat meningkatkan harapan hidup hingga dua tahun. Studi lain dari British Journal of Sports Medicine bilang, setiap jam menonton televisi setelah berumur 25 tahun akan mengurangi harapan hidup hingga hampir 22 menit. Dibandingkan mereka yang tidak, mereka yang menonton televisi rata-rata 6 jam per hari akan mengurangi 4,8 tahun hidupnya.

Jason beruntung karena bekerja di kantor milenial. Duduk di kubikel berjam-jam bukanlah budaya kerja di kantornya. Itu sebabnya, enak saja menasihati Ben yang dulunya biasa kerja berjam-jam dalam kubikel.

Sementara, dalam penelitian terbaru di International Journal of Sports and Exercise Medicine, hanya 1 persen dari 144 partisipan yang mengaku duduk terlalu lama berdampak pada kesehatan mereka. Sebanyak 24 persennya mengaku duduk yang lama sebanding dengan waktu istirahatnya, 55 persen merasa tak ada pengaruh, dan 48 persen merasa kesehatannya baik-baik saja. Bahkan 16 persen merasa hidupnya sangat sehat, dan tak terpengaruh dari duduk berlebihan yang dilakukannya di kantor. Padahal para partisipan menghabiskan waktunya dengan duduk sampai 80 persen dari waktunya bekerja.

Ini berarti tak banyak orang sadar, kalau kursinya sedang memperpendek umur mereka.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Aulia Adam

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aulia Adam
Penulis: Aulia Adam
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti