tirto.id - Selain disiplin untuk menerapkan 3 M (menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker), vaksin Covid-19 berperan penting dalam pengendalian pandemi di Indonesia. Namun bagaimana sebenarnya tahapan vaksin Covid-19 ini didistribusikan, disimpan, hingga sampai penyuntikan?
Pakar imunisasi dr Elizabeth Jane Soepardi, M.P.H menjelaskan hal itu dalam wawancara dengan Anggota Tim Komunikasi Satgas Covid-19 Reisa Broto Asmoro sebagaimana disampaikan dalam video YouTube BNPB.
Menurut Jane, semua vaksin Covid-19 akan diproduksi massal di Bio Farma Bandung. Bio Farma ini sudah memiliki armada untuk penerima vaksin dan mendistribusikannya ke depo-depo penyimpanan vaksin yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
“Nah, jadi kita sudah punya depo-depo vaksin. Provinsi sudah punya cold room, yakni lemari es yang besar sekali yang bisa menyimpan vaksin selama 3 sampai 6 bulan,” jelas Jane.
Perlu diketahui bahwa untuk vaksin sensitif beku disimpan pada suhu 2 sampai 8 derajat celcius sehingga tidak sampai membeku. Sedangkan vaksin yang sensitif panas disimpan pada suhun 15 sampai dengan 25 derajat celcius.
Secara bertahap, vaksin dari provinsi tersebut nantinya dikirim ke kabupaten-kabupaten dan kota di Indonesia. Dari daerah kemudian, vaksin akan dikirimkan ke berbagai Puskesmas dan rumah sakit setempat.
Sampai di fasilitas kesehatan, vaksin ini harus ditempatkan pada lemari es khusus (bukan lemari es makanan biasa) dengan suhu antara 2-8 derajat celcius. Pada saat vaksin keluar dari tempat lemari es pun harus cepat masuk ke tempat sementara.
Tempat sementara yang dimaksud adalah vaccine carrier. Vaccine carrier ini adalah alat alat untuk mengirim/membawa vaksin dari Puskesmas ke Posyandu atau tempat pelayanan imunisasi lain yang dapat mempertahankan suhu 2-8 derajat celcius.
Menurut dokter Jane, untuk tetap menjaga kualitas vaksin, idealnya pelayanan imunisasi ini harus dijadwalkan secara jelas baik waktu maupun tempatnya. Selain itu petugas yang memberikan pelayanan dan masyarakat yang menerima vaksin harus tahu digelarnya imunisasi. Sehingga pada waktu pemberian imunisasi bisa berjalan tertib dan teratur.
“Jadi dari jauh-jauh sebelumnya itu sudah mengerti betul [tentang program imunisasi ini],” jelas dokter Jane, seraya menambahkan bahwa pelayanan maksimal satu orang dalam waktu 10 menit mulai dari pendaftaran sampai penyuntikan.
Dokter Reisa menimpali bahwa dengan pengetahuan yang lebih lengkap tentang seluk beluk vaksin, diharapkan masyarakat berperan aktif mendukung program vaksinasi. “Tak kenal maka tak kebal,” tutup Reisa.
----
Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan BNPB dalam rangka kampanye pencegahan Covid-19.
Editor: Iswara N Raditya