Menuju konten utama
26 Juni 1997

Bagaimana Harry Potter Menyihir Anak-Anak di Seluruh Dunia?

Kumpulan mantra.
Lembar-lembar terbuka, 
Alohomora!

Bagaimana Harry Potter Menyihir Anak-Anak di Seluruh Dunia?
Harry Potter, penyihir dari Hogwarts. tirto.id/Sabit

tirto.id - Adegan yang saya ingat betul dari buku Harry Potter and the Philosopher's Stone adalah ketika Harry mendapat undangan dari sekolah sihir Hogwarts dan berbelanja keperluan sekolah di Diagon Alley. Harry diantar Rubeus Hagrid berbelanja tongkat sihir, buku sekolah, dan peralatan lain. Ini jadi adegan favorit saya di seri pertama Harry Potter. Alasannya sederhana: saya juga kepingin mendapat undangan untuk sekolah di Hogwarts seperti Harry.

Perkenalan pertama saya dengan Harry Potter adalah saat saya kelas 4 SD. Saya langsung menyelesaikan tiga seri awal dalam hitungan hari. Saya selalu tak sabar menunggu seri selanjutnya terbit dan selalu mengiba pada ibu untuk memesankan seri keempat, lima, enam, dan tujuh dari jauh hari.

Ketujuh buku tersebut mengubah persepsi awal saya terhadap buku yang njelimet, membingungkan, dan bikin bosan. Harry Potter penuh dengan sihir, dan mantranya bekerja dengan baik: saya jadi keranjingan membaca.

Harry Potter dan Literasi Anak

Pada 26 Juni 1997, tepat hari ini 21 tahun lalu, Bloomsbury menerbitkan seri pertama, Harry Potter and the Philosopher's Stone, dan mencetaknya sebanyak 500 eksemplar. Joanne K. Rowling, seorang ibu tunggal dari Edinburgh, penulis novel tersebut, akhirnya mendapat kesempatan menerbitkan karya pertamanya. Sebelum itu, 12 penerbit menolak naskahnya lantaran dianggap terlalu panjang.

Dua puluh satu tahun kemudian, per Januari 2018, tujuh jilid novel yang terdiri dari 1.100.086 kata tersebut telah terjual sebanyak 500 juta kopi di seluruh dunia dalam 80 bahasa. Ini membuat Rowling memperoleh pendapatan sebanyak 95 juta dolar pada 2017.

Novel-novel Harry Potter mewakili beberapa genre sastra. Tidak hanya fantasi, tetapi juga romansa, petualangan, thriller, pulp fiction, misteri, gothic, dan fiksi detektif yang digabung jadi satu. Kompleksitas dan kekayaan topik yang dibahas dalam novel juga membuat Harry Potter menarik bagi anak-anak maupun orang dewasa.

Harry Potter menunjukkan kepada saya bahwa membaca bisa sangat menyenangkan. Ini mendorong saya untuk membaca buku karya penulis lain. Tak cuma saya yang mengalaminya, tetapi juga jutaan anak lain di seluruh dunia, bahkan para dewasa muda. Terbukti, pada 2004, di tengah-tengah fenomena Harry Potter, penjualan buku anak non-Potter naik sebesar 2 persen per tahun.

Sejak itu, pasar buku anak secara keseluruhan telah mengalami peningkatan penjualan dengan total 52 persen (4 persen per tahun) hingga 2016. Padahal, sebelum kemunculan Harry Potter, penjualan bacaan anak-anak semakin menurun.