tirto.id - Penamaan Surah Yusuf diambil dari nama salah satu nabi yakni Nabi Yusuf as. Itu sejalan dengan isi kandungannya yang menceritakan tentang kehidupan dan proses dakwah beliau. Lantas, bagaimana bacaan Surat Yusuf ayat 28 bahasa Arab, tulisan Latin, beserta artinya?
Nabi Yusuf merupakan salah satu putra dari Nabi Ya'qub. Beliau merupakan salah satu putra kesayangan, selain saudaranya, Bunyamin. Keduanya adalah anak urutan terakhir dalam keluarga Nabi Ya'qub.
Namun, kehidupan Nabi Yusuf penuh dengan cobaan dari Allah Swt. Di masa mudanya, Nabi Yusuf hendak disingkirkan oleh saudara-saudaranya akibat cemburu. Mereka menganggap ayahnya, Nabi Ya'qub, telah salah memberikan kasih sayang berlebih pada Yusuf dan Bunyamin.
Cobaan lain yang diberikan Allah kepada Nabi Yusuf berkaitan dengan parasnya. Ketampanan yang dimilikinya telah membuat banyak wanita jatuh cinta. Tidak terkecuali istri penguasa Mesir--dijuluki sebagai Al Aziz--saat itu.
Pada suatu hari, Nabi Yusuf diajak oleh istri penguasa Mesir itu untuk memenuhi nafsu birahinya. Dia bahkan mengancam bakal mencelakai jika menolak.
Atas izin Allah, Nabi Yusuf berhasil melepaskan diri darinya. Namun, dia malah difitnah dengan tuduhan hendak berbuat mesum dengan istri penguasa. Allah pun kembali menyelamatkannya dan kisahnya termuat dalam beberapa ayat di dalam surah Yusuf.
Bacaan Surah Yusuf Ayat 28 Arab, Latin, dan Kandungannya
فَلَمَّا رَاٰ قَمِيْصَهٗ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ اِنَّهٗ مِنْ كَيْدِكُنَّ ۗاِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيْمٌ
Latin: Falammā ra'ā qamīṣahū qudda min duburin qāla innahū min kaidikunn(a), inna kaidakunna ‘aẓīm(un).
Artinya: "Maka, ketika melihat bajunya (Yusuf) koyak di bagian belakang, dia [suami perempuan itu] berkata, 'Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu [hai kaum wanita]. Tipu dayamu benar-benar hebat.'" (QS. Yusuf:28)
Surah Yusuf ayat 28 menjelaskan terkait fitnah yang dilontarkan istri penguasa Mesir kepadanya. Yusuf difitnah menggoda istri raja dan hendak mempersetubuhinya, padahal yang terjadi adalah sebaliknya.
Ayat 28 surah Yusuf sebenarnya masih satu kesatuan dengan beberapa ayat sebelumnya yang dimulai dari ayat 23. Dikisahkan bahwa saat itu istri penguasa Mesir tidak mau berhenti menggoda Nabi Yusuf agar mau berbuat tidak senonoh dengannya. Sang istri ini merasa posisinya kuat lantaran Nabi Yusuf saat itu adalah seorang budak. Tugas budak yaitu melaksanakan keinginan dan perintah tuannya.
Istri raja itu lantas mengancam Nabi Yusuf akan mencelakainya bila menolak perintah. Nabi Yusuf bersikukuh menolaknya sembari mengingatkan bahwa perbuatan zina melanggar agama. Beliau juga tidak mau mengkhianati dan merusak kehormatan tuannya--suami si perempuan--yang sudah berjasa dan berbuat baik.
Yusuf berusaha menuju pintu untuk keluar, tapi perempuan itu mencegahnya. Dia menarik bagian belakang baju Yusuf hingga robek. Tak disangka, raja telah berdiri di luar pintu tersebut.
Seketika istri raja mencari alasan untuk membela diri. “Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu selain dipenjarakan atau [dihukum dengan] siksa yang pedih?” kata perempuan itu.
Yusuf pun mengelak tuduhan itu dengan mengatakan bahwa dia dalam posisi digoda. Lalu, seorang saksi dari keluarga istri raja memberikan saran untuk menemukan solusinya.
“Jika bajunya koyak di bagian depan, perempuan itu benar dan dia [Yusuf] termasuk orang-orang yang berdusta," katanya. "Jika bajunya koyak di bagian belakang, perempuan itulah yang berdusta dan dia (Yusuf) termasuk orang-orang yang jujur," tambahnya.
Raja mengikuti saran itu. Benarlah apa yang dikatakan saksi, Yusuf orang jujur karena pakaiannya terkoyak di sisi belakang. Sang raja memberikan pernyataan menohok pada istrinya yang telah berbuat zalim.
"Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu [hai kaum wanita]. Tipu dayamu benar-benar hebat," tegas raja.
Atas izin Allah, Nabi Yusuf diberikan iman yang kuat dan mampu berpaling dari perbuatan buruk dan keji tersebut. Beliau telah menunjukkan dirinya sebagai hamba terpilih dalam mengemban risalah Allah dan senantiasa taat kepada-Nya.
Cerita Nabi Yusuf menjadi sepenggal kisah tentang pentingnya mempertahankan iman di kala mendapat cobaan sangat berat sekalipun. Bagi kaum pria, godaan wanita memang ditakdirkan sebagai cobaan berat. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sampai memberikan peringatan terkait hal itu.
“Aku tidak meninggalkan satu godaan pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 2740)
Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim berpendapat, godaan wanita yang dimaksud tersebut bisa juga berasal dari istri yang sah sekalipun. Seorang istri yang membuat suaminya menjauh dari Allah juga termasuk sebagai godaan berat bagi suaminya.
Bagi pria, keberadaan wanita menjadi sesuatu yang indah baginya. Sunnatullah bahwa pria memiliki kecenderungan pada wanita termuat dalam firman Allah berikut ini:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita.” (QS. Ali Imran: 14)
Sejak zaman terdahulu, wanita telah menjadi fitnah pertama yang menjadikan kaum pada suatu masa hancur. Rasulullah menyampaikan hal tersebut pada hadisnya:
“Waspadalah dengan dunia, begitu pula dengan godaan wanita. Karena cobaan yang menimpa Bani Israil pertama kalinya adalah karena sebab godaan wanita.” (HR. Muslim no. 2742).
Dengan demikian, pria perlu menjaga syahwatnya dengan benar sesuai petunjuk Allah. Islam telah memberikan berbagai solusi tentang hal itu. Di antaranya seperti menjaga pandangan mata; melarang berduaan (khalwat) dengan wanita yang tidak sah, bercampur baur laki-laki dan perempuan (ikhtilat); berpuasa; serta menikah agar syahwat terjaga.
Asbabun Nuzul Surah Yusuf
Surah Yusuf menceritakan berbagai keadaan yang dialami oleh Nabi Yusuf semasa hidupnya. Beliau dikenal sangat tampan dan diberikan kemampuan oleh Allah untuk mampu menakwilkan mimpi. Berbagai peristiwa penuh hikmah hadir di Surah Yusuf untuk memberi pelajaran hidup, petunjuk, dan rahmat bagi umat yang beriman.
Ali bin Ahmad Al-Wahidi dalam buku Asbab An-Nuzul menyebutkan, turunnya Surah Yusuf pertama kali terjadi ketika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berkumpul dengan para sahabat. Menurut riwayat Aun ibn Abdullah, kala itu para sahabat sedang bosan dan malas. Mereka lalu meminta Nabi untuk memberikan hadits yang bisa membangkitkan semangat.
Allah kemudian menurunkan ayat yang berbunyi "allahu nazzala ahsanal hadiits". Setelah mendengarkan, para sahabat kembali bersemangat. Suatu hari, semangat mereka menurun lagi dan meminta Nabi untuk menyemangati mereka.
Pada permintaan kedua ini, para sahabat menginginkan yang lebih dari sebelumnya yaitu al qashash (kisah-kisah). Kemudian, berdasarkan penjelasan dalam laman resmi UIN Antasari, Allah menurunkan firman seperti yang tertuang dalam ayat 3 Surah Yusuf yakni "nahnu naquhhu 'alaika ahsanal qashashi".
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Fadli Nasrudin