Menuju konten utama

Bacaan Surah Al-Ghasyiyah yang Dibaca Imam Saat Sholat Idul Fitri

Bacaan Surah al-Ghasyiyah dapat menjadi salah satu pilihan untuk dibaca imam shalat Idul Fitri. Surah al-Ghasyiyah dibaca pada rakaat kedua, berpasangan dengan Surah al-A'la pada rakaat pertama.

Ilustrasi Salat. foto/istockphoto

tirto.id - Surah al-Ghasyiyah adalah surah ke-88 dalam Al-Qur'an. Surah yang tergolong surah Makkiyah (diturunkan di Makkah) ini terdiri dari 26 ayat. Surah al-Ghasyiyah termasuk salah satu surah pilihan dibaca oleh imam dalam salat Idulfitri.

Pada Syawal, umat Islam disunahkan untuk menggelar salat Idulfitri. Biasanya, salat Id dilangsungkan di masjid, mushola, tanah lapang, atau tempat-tempat lainnya yang bisa menampung jamaah dalam jumlah banyak. Namun, terkait dampak pandemi COVID-19 di Indonesia, terdapat beberapa perlakukan khusus untuk salat Id tersebut.

Dalam fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) Nomor 28 Tahun 2020 tentang Panduan Kaifiat Takbir dan Shalat Idul Fitri Saat Pandemi Covid-19, di antaranya dijelaskan, salat Idulfitri boleh dilaksanakan di tempat-tempat seperti disebutkan di atas apabila berada di kawasan yang sudah terkendali atau bebas COVID-19.

Sementara untuk kawasan yang belum terkendali COVID-19, salat Idulfitri tersebut boleh dilangsungkan di rumah dengan cara berjamaah atau sendiri.

Meskipun demikian, salat yang dikerjakan di masjid maupun di rumah harus tetap melaksanakan protokol kesehatan dan mencegah adanya potensi penularan. Antara lain dengan cara memperpendek bacaan salat dan isi khotbah.

Untuk menggelar salat Idulfitri pada umumnya, dianjurkan menggunakan surah Al-A‘la untuk rakaat pertama dan Surah Al-Ghasyiyah pada rakaat kedua. Keduanya dibaca setelah surah Al-Fatihah.

Mengutip laman NU Online, membaca kedua surah tersebut pada saat pelaksanaan salat Idulfitri merupakan kesunahan tersendiri.

Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu' Syarhul Muhadzdzab menuliskan,"Dan tetap pada riwayat An-Nu‘man bin Basyir bahwa Rasulullah saw. pada salat id membaca ‘Sabbihisma rabbika’ (Surat Al-A‘lā) dan ‘Hal atāka hadītsul ghāsyiyah’ (Surat Al-Ghasyiyah). Keduanya merupakan sunah. Wallahu a’lam,".

Berikut Bacaan Surah Al-Ghasyiyah.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

هَلْ اَتٰىكَ حَدِيْثُ الْغَاشِيَةِۗ - ١

hal atāka ḥadīṡul-gāsyiyah

وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ خَاشِعَةٌ ۙ - ٢

wujụhuy yauma`iżin khāsyi'ah

عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ ۙ - ٣

'āmilatun nāṣibah

تَصْلٰى نَارًا حَامِيَةً ۙ - ٤

taṣlā nāran ḥāmiyah

تُسْقٰى مِنْ عَيْنٍ اٰنِيَةٍ ۗ - ٥

tusqā min 'ainin āniyah

لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ اِلَّا مِنْ ضَرِيْعٍۙ - ٦

laisa lahum ṭa'āmun illā min ḍarī'

لَّا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِيْ مِنْ جُوْعٍۗ - ٧

lā yusminu wa lā yugnī min jụ'

وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاعِمَةٌ ۙ - ٨

wujụhuy yauma`iżin nā'imah

لِّسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ ۙ - ٩

lisa'yihā rāḍiyah

فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍۙ - ١٠

fī jannatin 'āliyah

لَّا تَسْمَعُ فِيْهَا لَاغِيَةً ۗ - ١١

lā tasma'u fīhā lāgiyah

فِيْهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ ۘ - ١٢

fīhā 'ainun jāriyah

فِيْهَا سُرُرٌ مَّرْفُوْعَةٌ ۙ - ١٣

fīhā sururum marfụ'ah

وَّاَكْوَابٌ مَّوْضُوْعَةٌ ۙ - ١٤

wa akwābum mauḍụ'ah

وَّنَمَارِقُ مَصْفُوْفَةٌ ۙ - ١٥

wa namāriqu maṣfụfah

وَّزَرَابِيُّ مَبْثُوْثَةٌ ۗ - ١٦

wa zarābiyyu mabṡụṡah

اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ - ١٧

a fa lā yanẓurụna ilal-ibili kaifa khuliqat

وَاِلَى السَّمَاۤءِ كَيْفَ رُفِعَتْۗ - ١٨

wa ilas-samā`i kaifa rufi'at

وَاِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْۗ - ١٩

wa ilal-jibāli kaifa nuṣibat

وَاِلَى الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْۗ - ٢٠

wa ilal-arḍi kaifa suṭiḥat

فَذَكِّرْۗ اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكِّرٌۙ - ٢١

fa żakkir, innamā anta mużakkir

لَّسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍۙ - ٢٢

lasta 'alaihim bimuṣaiṭir

اِلَّا مَنْ تَوَلّٰى وَكَفَرَۙ - ٢٣

illā man tawallā wa kafar

فَيُعَذِّبُهُ اللّٰهُ الْعَذَابَ الْاَكْبَرَۗ - ٢٤

fa yu'ażżibuhullāhul-'ażābal-akbar

اِنَّ اِلَيْنَآ اِيَابَهُمْ - ٢٥

inna ilainā iyābahum

ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ ࣖ - ٢٦

ṡumma inna 'alainā ḥisābahum

Artinya:

Sudahkah sampai kepadamu berita tentang (hari Kiamat)?

Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk terhina,

(karena) bekerja keras lagi kepayahan,

mereka memasuki api yang sangat panas (neraka),

diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas.

Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri,

yang tidak menggemukkan dan tidak menghilangkan lapar.

Pada hari itu banyak (pula) wajah yang berseri-seri,

merasa senang karena usahanya (sendiri),

(mereka) dalam surga yang tinggi,

di sana (kamu) tidak mendengar perkataan yang tidak berguna.

Di sana ada mata air yang mengalir.

Di sana ada dipan-dipan yang ditinggikan,

dan gelas-gelas yang tersedia (di dekatnya),

dan bantal-bantal sandaran yang tersusun,

dan permadani-permadani yang terhampar.

Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan?

dan langit, bagaimana ditinggikan?

Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan?

Dan bumi bagaimana dihamparkan?

Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan.

Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka,

kecuali (jika ada) orang yang berpaling dan kafir,

maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar.

Sungguh, kepada Kamilah mereka kembali,

kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kamilah membuat perhitungan atas mereka.

Baca juga artikel terkait BULAN RAMADHAN atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Fitra Firdaus
-->