Menuju konten utama

Bacaan Niat Puasa 10 Muharam, Asyura Jatuh pada 8 Agustus 2022

Bacaan Niat Puasa 10 Muharram atau Asyura, Keutamaan, beserta Dalil dan Hukumnya.

Bacaan Niat Puasa 10 Muharam, Asyura Jatuh pada 8 Agustus 2022
Ilustrasi Islam. foto/Istockphoto

tirto.id - Bacaan niat puasa 10 Muharram adalah bacaan doa ketika seseorang meniatkan puasa Asyura.

Muharam termasuk bulan yang dimuliakan. Sebagaimana dilansir nu.or.id saking mulianya, bulan ini dijuluki dengan syahrullah (bulan Allah). Muharam dikatakan mulia karena di dalamnya terdapat amalan sunah yang sangat dianjurkan untuk melakukannya.

Dalam hadis riwayat Muslim disebutkan sebagai berikut. “Puasa yang paling utama setelah Ramadan ialah puasa di bulan Allah, Muharam.”

Tahun Baru Islam, 1 Muharam jatuh pada 30 Juli 2022 (menurut pemerintah). Dalam bahasa Arab, "tasua" artinya sembilan (angka 9). Maksudnya, puasa Tasua adalah puasa yang dilakukan pada 9 Muharam dalam penanggalan hijriah.

Maka dari itu, puasa Tasua jatuh pada tanggal 7 Agustus 2022.

Kapan jadwal puasa Asyura, yang termasuk puasa sunnah di bulan Muharram? Pada bulan Muharram, umat Islam disunnahkan untuk berpuasa ketika hari-hari tertentu. Salah satunya adalah puasa Asyura pada setiap tanggal 10 bulan Muharram.

Tahun baru Islam 2022 atau tanggal 1 Muharram 1444 H akan jatuh pada tanggal 30 Juli 2022 (menurut pemerintah). Sementara, puasa Asyura jatuh pada 10 Muharam setiap tahunnya. Sehingga pada 2022 ini, puasa Asyura jatuh pada tanggal 8 Agustus 2022.

Keutamaan puasa Asyura, dijelaskan dalam Hadis yang diriwayatkan Abu Qatadah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas," (HR Muslim).

Dalam Hadis lainnya, Imam Abu Daud meriwayatkan dari Abu Qatadah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Puasa di hari Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu."

Bacaan Niat Puasa 10 Muharram atau Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Bacaan latin:Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati asyura lillahi ta‘ala.

Artinya: "Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT."

Jika niat puasa Asyura tersebut diucapkan setelah terbitnya fajar, maka lafalnya adalah sebagai berikut.

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ عَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Bacaan latinnya:"Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’i sunnati asyura lillahi ta‘ala."

Artinya, "Aku berniat puasa sunah Asyura pada hari ini karena Allah SWT."

Amalan lainnya adalah muhasabah atau introspeksi diri. Hal ini penting dilakukan oleh setiap muslim.

Rasulullah bersabda: "Orang yang cerdas adalah orang yang menghitung-hitung amal baik (dan selalu merasa kurang) dan beramal saleh sebagai persiapan menghadapi kematian".

Pergantian tahun tentu bukan hanya sekedar menjadi pergantian kalender saja, namun juga dapat menjadi peringatan bagi umat islam mengenai amalan apa yang sudah dilakukan pada tahun lalu, dan apa yang akan dilakukan besok.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18).

Ayat ini memperingatkan untuk mengevaluasi perbuatan yang telah dilakukan di masa lalu agar amalan yang dilakukan di masa depan semakin meningkat, sebagai bekal di hari akhir.

Di samping amalan-amalan yang dapat dilakukan pada bulan Muharam, ada beberapa keutamaan bulan Muharam.

Para ulama menyatakan bahwa penyandingan sesuatu dengan lafaz jalalah (lafaz Allah) memiliki makna pemuliaan.

"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya terdapat empat bulan haram." (Q.S. at Taubah :36).

Dalam hadis yang dari sahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati: 3 bulan berturut-turut; DzulQo’dah, Zulhijah, Muharam dan Rajab Mudhar, yang terdapat di antara bulan Jumada tsaniah dan Syaban.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pada keempat bulan inilah Allah melarang kaum muslimin untuk berperang dan juga melakukan maksiat dan dosa, walaupun bukan berarti berbuat maksiat dibolehkan pada bulan-bulan lainnya. Namun memang lebih ditekankan untuk menghindari maksiat pada bulan ini.

Kemudian keutamaan lain pada bulan ini adalah mengenang hijrah Rasulullah saw. Bulan Muharam juga memperingati hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah pada akhir bulan Shafar, dan tiba di Madinah pada awal bulan Rabiul Awal.

Sesampainya di Madinah, Rasulullah dan pengikutnya memulai babak baru perjuangan islam. Perjuangan demi perjuangan mulai dilakukan Rasululllah untuk menyampaikan wahyu Allah dan mendidik manusia yang beradab.

Bersedekah di Bulan Muharram

Bersedekah termasuk salah satu ibadah sunah yang dianjurkan pada bulan Muharram. Sebagai tahun baru bagi umat Islam, Muharram sudah dianggap layaknya hari raya. Oleh sebab itu, untuk merayakannya dapat dilakukan dengan cara bersedekah.

Seperti ditulis oleh Rikza Chamami dalam "Kemuliaan Bulan Muharram Menurut KH Sholeh Darat." Dalam kitab Lathaifut Thaharah wa Asrarus Shalah karangan KH Sholeh Darat, disebutkan: "Bahwa awal Muharram adalah tahun barunya seluruh umat Islam. Adapun tanggal 10 Muharram adalah 'Hari Raya' yang digunakan untuk bergembira dengan shadaqah."

"Hari raya ini adalah untuk mensyukuri nikmat Allah, bukan hari raya dengan shalat. Tetapi hari raya dengan pakaian rapi dan memberikan makanan kepada para faqir," demikian penjelasan di kitab karya KH Sholeh Darat.

Selain puasa dan sedekah, beberapa ibadah sunah lain yang dianjurkan untuk diperbanyak selama bulan Muharram adalah salat, menyambung silaturahmi, membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 1.000 kali, dan lain sebagainya. Anjuran ini dijelaskan dalam kitab Kanzun Naja was Surur Fi Ad'iyyati Tasyrahus Shudur karya As-Syaikh Abdul Hamid.

Baca juga artikel terkait MUHARRAM atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Addi M Idhom