tirto.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah meluncurkan uji coba biodiesel dengan campuran 30 persen Fatty Acid Methyl Esters (FAME) atau B30.
Direktur Eksekutif Institute Essential Services and Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengatakan, pemerintah perlu mengantisipasi kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah.
Saat harga minyak sawit mentah naik, menurut Fabby, program pemerintah ini bisa terkendala pembiayaan.
"Persoalannya kembali ke harga. Dengan sekarang harga CPO agak rendah, produsen memasok dalam negeri masih mau. Kan harga rata-rata hari ini di bawah 6 bulan lalu. Kalau harga meningkat bagaimana," ucap Fabby saat dihubungi reporter Tirto, Jumat (14/6/2019).
Menurut dia, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memang dapat memberi subsidi pada kebutuhan domestik.
Namun, lanjut dia, sumber pendanaan BPDPKS bisa tidak cukup saat peningkatan harga terjadi, seiring dengan peningkatan volume CPO yang digunakan untuk B30. BPDPKS selama ini memperoleh dana dari pajak ekspor CPO.
Dampak dari kenaikan harga dan dana BPDPKS tak cukup, Pertamina atau Kementerian ESDM yang kena getahnya.
"Kalau sisi pasokan sih harusnya tidak ada kendala. Dari sisi fasilitas pengolahan FAME juga. Jadi harga [CPO] yang harus dipastikan," ucap Fabby.
"Pertanyaannya cukup tidak penerimaan pajak ekspor itu untuk subsidi CPO. Atau gak bisa jadi beban Pertamina dan pemerintah juga. Harusnya pemerintah sudah menghitung," imbuh dia.
Terkait fluktuasi persoalan harga sempat disampaikan oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan. Ia meminta Asosiasi Produsen Bio Fuel Indonesia (Aprobi) berkomitmen menyalurkan FAME terutama jika suatu saat harga minyak kelapa sawit membaik.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali