Menuju konten utama

Awal Pekan, Nilai Tukar Ditutup Melemah ke Level Rp15.129 per USD

Nilai tukar Rupiah ditutup melemah 92 poin di level Rp15.129 per dolar AS setelah sikap hawkish Federal Reserve.

Awal Pekan, Nilai Tukar Ditutup Melemah ke Level Rp15.129 per USD
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (2/4/2020). ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.

tirto.id - Nilai tukar Rupiah ditutup melemah 92 poin di level Rp15.129 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level Rp15.037 per dolar AS. Dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya, setelah sikap hawkish Federal Reserve.

"Kemudian, para pedagang meragukan keberlanjutan rencana ekonomi pemerintah Inggris yang baru," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, Jakarta, Senin (26/9/2022).

Kekhawatiran pasar terhadap potensi resesi kian mengemuka setelah Federal Reserve mengerek suku bunga acuan di kisaran 3,00 hingga 3,25 persen.

The Fed, dengan sinyal hawkish-nya, mengisyaratkan kenaikan suku bunga hingga 4,6 persen pada tahun depan. Hal ini semakin membebani ekonomi dunia bahwa tren suku bunga bakal mendorong AS ke dalam perlambatan pertumbuhan.

Dari sisi internal, Ibrahim menilai, keputusan Bank Indonesia pekan lalu menaikkan suku bunga acuan cukup mengejutkan bagi pelaku pasar.

Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen, diikuti kenaikan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 3,50 persen, dan kenaikan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 5,00 persen.

"Dikatakan keputusan itu cukup mengejutkan, karena mayoritas ekonom memperkirakan kenaikan BI rate hanya sebesar 25 bps menjadi 4 persen. Pun demikian dengan besaran kenaikan Deposit facility dan Lending facility yang masing-masing sebesar 25 bps," jelas Ibrahim.

Secara umum latar belakang dan dasar pertimbangan kenaikan BI rate sebesar 50 bps, boleh dikatakan di luar kebiasaan karena biasanya kenaikan hanya 25 bps, dapat diterima dan logis.

"Salah satu tujuan utamanya adalah jelas untuk mengendalikan laju inflasi agar tidak berada jauh di luar koridor ekspektasi dan target inflasi yang 2-4 persen di akhir tahun ini," jelas Ibrahim,

Bila akhirnya realisasi inflasi tahunan akan melampaui sasaran yang batas atasnya 4 persen, pelampauannya tidak berlebihan atau eksesif sehingga berpotensi mendistorsi roda perekonomian nasional.

Dengan keputusan yang terbilang upfront loading atau front loaded ini, maka stance BI yang ahead the curve ingin menegaskan bahwa BI sejatinya sudah mengambil langkah setapak di depan (forward looking oriented) untuk melandaikan laju inflasi ke sasaran pada pertengahan 2023 nanti sesuai targetnya yang 2 hingga 4 persen.

"Maka, kenaikan BI rate sebesar 50 bps ini memberikan isyarat bahwa BI benar-benar melakukan asesment yang sangat hati-hati dan terukur dengan melihat perkembangan dinamika domestik (internal) dan internasional (eksternal), walaupun melanggar etika survei yang dibuat oleh para ekonom," tandas Ibrahim.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR RUPIAH MELEMAH atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang