Indeks Tulisan
Horison, Lahirnya Juru Bicara Budaya (Orde) Baru
Salah satu pembiayaan Horison disokong oleh Congress for Cultural Freedom (CCF) yang menerima duit dari CIA, sebagai bagian dari perang melawan komunisme.
Yudhistira ANM Massardi, Anak Muda yang Ogah Mengekor Para Tetua
Sajak Sikat Gigi karya Yudhistira Massardi ditolak para penyair senior. Itulah potret keangkuhan yang selalu hadir tiap generasi dan ia menolak membebek.
Parakitri, Menulis Kusni Kasdut & Mengkritik Orde Baru via Kolom
Selain menulis kisah hidup Kusni Kasdut--pejuang yang kecewa terhadap kondisi setelah kemerdekaan--Parakitri juga menjadi musuh Orde Baru lewat kolomnya.
Kala Hatta Bersepakat dengan Semaoen, Nasionalis yang Menyamar
Kesepakatan untuk membentuk partai nasional baru di Hindia Belanda gagal terlaksana setelah Josef Stalin meradang dan meminta Semaoen membatalkannya.
Dua Mahasiswa UI Mencalonkan Ali Sadikin sebagai Presiden
Mereka ingin menembus kebekuan politik dan mencegah Soeharto menjadi presiden seumur hidup.
Ignas Kleden dan Cahaya Kecendekiawanan
Setelah batal jadi rohaniawan, Ignas Kleden pindah ke Jakarta dan menjadi cendekiawan yang "jejak pikirannya adalah cahaya."
Merayakan Keragaman Singapura di Hawker Centre
Bicara soal hawker centre di Singapura, mulanya adalah luberan pedagang jalanan sejak awal abad ke-20 dan mengganggu.
Asmara Nababan, Pejuang HAM dengan Tas Kumal dan Sepatu Sandal
Dua periode di Komnas HAM, Asmara Nababan berkali-kali terlibat dalam penegakan hukum pada konflik di Aceh dan Timor Timur.
Intisari, Terobosan Usai Dua Pemberedelan
Intisari terbit pertama pada 17 Agustus 1963. Hitam putih dan tidak bersampul. Dimensi 14 x 17,5 cm--seperti layaknya Reader’s Digest. Tebal 128 halaman.
Mahasiswa Indonesia dan Amarah Suci dari Jalan Tamblong
Mahasiswa Indonesia terbit pertama kali pada 19 Juni 1966. Formatnya tabloid hitam putih, setebal delapan halaman.
Malam Belum Tiba di Shakespeare and Company
Sylvia Beach menjadikan Shakespeare and Company sebagai toko buku untuk mencari kesenangan.
Mochtar Pabottingi dan Masa "Muda, Beda, Berbahaya" di Yogya
Sambil kuliah, Mochtar Pabottingi bergaul dengan para seniman. Di Malioboro biasa mereka berhimpun.
Dick Hartoko, Sang Juru Tafsir Zaman dari Kaki Merapi
Dick adalah Pemimpin Redaksi Basis. Ia memimpin sejak 1957, enam tahun sejak majalah kebudayaan yang berkantor di Kota Gudeg itu terbit.
Tan Malaka dan Wasiat Politik Sukarno-Hatta
Sukarno pernah berpesan: bila Sukarno-Hatta dibunuh atau ditangkap Sekutu, Tan Malaka yang menjadi pengganti, meneruskan perjuangan.
Sidney Sheldon, Jawara Novel Thriller di Usia Senja
Sidney Sheldon kelak menjadi salah satu penulis fiksi dengan karya paling banyak diterjemahkan dari bahasa asli, bahasa Inggris.
Sjahrir, Malari, dan Sang Pusaran Air
Saat ditahan sejak 17 Januari 1974, Sjahrir sebenarnya tengah menunggu keberangkatan ke Amerika Serikat.
Sebelum Arief Budiman Menjadi Cendekiawan "Kiri" Kenamaan
Ketika meletus pergolakan pada 1965-1966, Arief mulai masuk ke ranah politik meski belum terlalu menonjol. Soe Hok Gie lebih di depan.
Jalan Pena Soe Hok Gie
Gie adalah sosok yang mencemplungkan diri dalam persoalan-persoalan bangsa. Ia bukan sosok yang menekuni buku-buku di ketinggian menara gading.
Cerita Sederhana Jadi Mak Nyus di Tangan Bondan Winarno
Tulisan-tulisan pertama Bondan Winarno di media massa bukan kisah kuliner atau cerita perjalanan. Ia menulis cerpen.
Arswendo Atmowiloto, Stamina Berkarya, dan Tiga Kata Bertuah
Arswendo Atmowiloto adalah sosok di balik sangat banyak karya – cerpen, esai, puisi, sandiwara, novel, skenario sinetron/film.