Kami menggunakan cookie untuk mengumpulkan dan menyimpan informasi tentang interaksi Anda dengan situs web Kami. Kami juga membagikan informasi penggunaan situs Kami oleh Anda dengan mitra iklan dan analitik. Data interaksi tersebut akan Kami gunakan sebagai bahan analisa untuk membuat produk/layanan terbaik sesuai preferensi pengguna.
Indeks Tulisan

Ekspansi Kerajaan Mataram Kuno ke Timur di Era Dyah Balitung
Di era Rakai Watukura Dyah Balitung, Kerajaan Mataram Kuno yang sering digambarkan lemah lembut dan konservatif, bertransformasi menjadi ekspansionis.

Sailendra dan Prasasti Melayu Kuno di Tanah Jawa
Lewat Prasasti Sojomerto, para peneliti meyakini bahwa tempat leluhur raja-raja Jawa diperkirakan berada di sekitar Kendal, Batang, dan Semarang.

Sang Pujangga Menjadi Rawayan Sunda Kuno dan Baru
Sebagai pujangga, lewat karya-karyanya, Kai Raga seolah menjadi jembatan antara ingatan tentang Sunda lama dengan Sunda kiwari yang telah bersalin rupa.

Lahirnya Zaman Menak, Identitas Sunda Baru
Setelah Kerajaan Sunda runtuh, Jawa bagian barat silih berganti dikuasai kerajaan Islam sebelum akhirnya jatuh ke tangan VOC.

Runtuhnya Kerajaan Sunda: Pemimpin Buruk & Serbuan Wong Pasisir
Serbuan hegemoni baru dari pesisir utara Jawa, juga buruknya kepemimpinan raja-raja sepeninggal Surawisesa, membuat Kerajaan Sunda akhirnya ambruk.

Pengembalian Kekuasaan dari Sriwijaya ke Kerajaan Sunda-Galuh
Setelah berabad-abad hanya ada sumber sejarah yang sumir, titik terang tentang Kerajaan Sunda mulai muncul dengan kehadiran naskah Carita Parahyangan.

Kala Sriwijaya Menghukum Tarumanegara
Lewat Prasasti Kota Kapur, Sriwijaya mengutuk siapa saja yang berkhianat kepada mereka, juga persiapan bala tentara yang hendak menyerang Bhumi Jawa.

Kampanye Purnawarman dan Skenario Tanjung Priok
Setelah menaklukkan wilayah pergunungan, Purnawarman membangun saluran air dan daerah pesisir untuk memperlancar suplai komoditas dari pedalaman.

Prasasti Kebantenan, Bukti Cinta Siliwangi kepada Para Wiku
Prasasti Kabantenan di antaranya memuat larangan memungut pajak dari wilayah tertentu dan peringatan untuk tidak mengganggu wilayah suci.

Bupati Pujangga Itu Bernama Kusumahningrat
Berbeda dengan bangsawan pribumi lain yang doyan foya-foya, menyengsarakan rakyat jelata, R.A.A. Kusumahningat memanfaatkan privilesenya dan jadi pujangga.
Masuk tirto.id








