Menuju konten utama

Asal Mula Black Friday, Pesta Belanja yang Jatuh pada 29 November

Black Friday umumnya diselenggarakan sehari setelah Thanksgiving

Asal Mula Black Friday, Pesta Belanja yang Jatuh pada 29 November
Ilustrasi Black Friday. FOTO/iStock

tirto.id - Black Friday, salah satu pesta belanja online, jatuh pada Jumat, tanggal 29 November 2019.Pesta belanja ini biasanya diramaikan dengan promo dan diskon dari sejumlah e-commerce dan toko-toko offline.

Black Friday bukan hal yang asing bagi para pemburu diskon. Inilah hari ketika barang impian diburu karena diskon gila-gilaan. Namun, tak semua orang hari itu ceria menyambut diskon.

Menurut sebuah mitos, istilah Black Friday berasal dari perubahan pembukuan perusahaan dari merugi (biasanya berwarna merah) menjadi untung (berwarna hitam).

Black Friday umumnya diselenggarakan sehari setelah Thanksgiving, sebuah hari raya khas Amerika Serikat yang jatuh pada Kamis minggu keempat November. Jumatnya, sejumlah perusahaan biasanya menggelar diskon besar-besaran dan promo belanja baik secara online maupun offline.

Di Amerika, mall dan toko-toko besar biasanya penuh dengan orang yang mengantri untuk membeli barang sejak Kamis sore.

Di Indonesia, minat penelusuranBlack Friday di mesin pencarian Google pada 2017 meningkat 16 persen dibandingkan pada 2016. Peningkatan ini menandakan masyarakat Indonesia mulai tertarik dengan promosi-promosi pada Black Friday.

Ben Zimmer, kolumnis The Wall Street Journal, mengungkapkan orang-orang AS sering salah mengerti asal-usul istilah Black Friday.

Dalam The Origins of "Black Friday", Zimmer mengungkapkan banyak orang mengira istilah "black" (dalam Bahasa Indonesia lebih tepat diartikan "suram") merujuk turunnya angka pendapatan gerai karena banyak barang yang dijual dengan harga diskon.

Pada Nike Bazaar, Black Friday, dan Kericuhan Saat Pesta Diskon ditulis, bukan itu alasan yang sebenarnya. Istilah tersebut pertama kali digunakan pada 1960-an oleh polisi Philadelphia untuk menggambarkan fenomena kemacetan panjang yang terjadi di sepanjang kota. Kemacetan disebabkan sangat banyak orang yang berbondong-bondong antre di sekitar gerai.

Suramnya Black Friday tidak hanya dialami para polisi. Sudah jelas para pengunjung dan apalagi pegawai gerai merasakannya langsung.

Karena kehebohannya, setiap Black Friday, ribuan orang rela mengantre di depan gerai. Alhasil, saat pintu gerbang gerai dibuka, terjadi dorong-dorongan, saling himpit, dan akhirnya terinjak-injak. Saling sikut dan pukul tidak lagi terhindarkan. Di dalam gerai, mereka juga kerap (dan bahkan harus) berkelahi demi mendapat barang yang mereka mau. Pesta diskon besar-besaran ini tidak jarang menimbulkan korban jiwa.

Baca juga artikel terkait BLACK FRIDAY atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH