Menuju konten utama

Sejarah Black Friday Sebelum Menjadi Pesta Diskon Akhir Tahun

Penggunaan istilah Black Friday pertama kali berkaitan dengan krisis keuangan di AS pada 1869 silam.

Sejarah Black Friday Sebelum Menjadi Pesta Diskon Akhir Tahun
Black Friday. foto/IStockphoto

tirto.id - Istilah Black Friday identik dengan pesta diskon besar-besaran yang dilakukan sejumlah brand selama akhir tahun. Dalam sejarahnya, Black Friday merupakan sebuah perayaan setelah Thanksgiving.

Pada hari Jumat keempat bulan November, sejumlah merek dagangan kerap memberikan diskon besar-besaran untuk menarik minat pembeli.

Bahkan, banyak dari mereka yang menawarkan potongan harga hingga mencapai 50 persen dalam menawarkan dagangan. Tujuannya agar para konsumen tertarik untuk membeli produknya.

Pesta diskon besar-besaran biasa dimulai pada masa Black Friday atau Jumat keempat bulan November hingga berjalan selama akhir tahun.

Kendati sudah identik dengan pesta diskon besar-besaran, Black Friday sebenarnya memiliki sejarah tersendiri.

Sejarah Black Friday

Laman History menyebutkan penggunaan istilah Black Friday pertama kali berkaitan dengan krisis keuangan di AS pada 1869 silam.

Jay Gould dan Jim Fisk, 2 pemodal Wall Street, bekerja sama untuk menimbun emas sebanyak mungkin.

Mereka mempunyai agenda tersembunyi agar harga emas bisa naik setinggi langit, yakni dijual kembali demi memperoleh keuntungan yang jauh lebih besar.

Pada hari Jumat, 24 September 1869, taktik licik Jay Gould dan Jim Fisk terbongkar. Menurut Britannica, Presiden Ulysses S. Grant akhirnya melakukan intervensi yang membuat rencananya gagal.

Alhasil, tindakan kedua pria tadi menyebabkan harga saham terjun bebas dan membuat ribuan orang Amerika menjadi bangkrut total.

Meskipun demikian, sejarah Black Friday lambat laun mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perayaan Thanksgiving di AS.

Thanksgiving adalah perayaan panen raya di wilayah Amerika Serikat ketika masih menjadi koloni Inggris.

Sehari setelah Thanksgiving, masyarakat biasa berbondong-bondong untuk menikmati pesta belanja usai menjalankan masa liburan hari raya.

Para peritel yang merasa rugi setelah setahun beroperasi, kini mulai diuntungkan. Mereka lantas memanfaatkan hari setelah Thanksgiving itu untuk meraup keuntungan.

Masyarakat lalu membelanjakan uangnya untuk membeli barang-barang diskon hingga mampu menutupi kerugian yang dialami peritel.

Cerita lain mengenai Black Friday terjadi pada 1950. Polisi Philadelphia memakai istilah tersebut untuk menggambarkan kekacauan yang terjadi pada hari setelah Thanksgiving.

Konsumen dan turis dari kawasan pinggiran banyak memenuhi pusat kota jelang pertandingan sepak bola antara Angkatan Darat vs Angkatan Laut yang diselenggarakan pada hari Sabtu setiap tahun.

Akibatnya, polisi Philadelphia dipaksa bekerja keras untuk mengatur lalu lintas dan lautan manusia. Tak ayal, situasi ramai tersebut sering dimanfaatkan pencopet atau pengutil yang membawa barang dagangan di toko tanpa membayar.

Baca juga artikel terkait BLACK FRIDAY atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Politik
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Alexander Haryanto