Menuju konten utama

Arti Ambigu, Makna, Pengertian dan Contoh Bahasa Indonesia

Ambigu adalah frasa atau kalimat yang bermakna ganda, berikut penjelasan lebih lengkap. 

Arti Ambigu, Makna, Pengertian dan Contoh Bahasa Indonesia
Ilustrasi membaca buku di perpustakaan. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Anda tentu tidak asing terhadap frasa ambigu yang secara umum diartikan sebagai bermakna ganda. Biasanya, frasa ambigu ditemukan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berikut penjelasannya secara lengkap.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefiniskan ambigu bermakna lebih dari satu (sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dan sebagainya); bermakna ganda.

Kurang lebih sama dengan KBBI, Diana Nababan dalam bukuIntisari Bahasa Indonesia untuk SMA menuliskan, frasa ambigu adalah frase yang menimbulkan makna ganda atau tidak jelas. Sebagai contoh: Lukisan ayah dipajang di ruang tamu.

Bisa dibaca secara lebih detail, maka frasa lukisan ayah bisa memiliki makna ganda sebagai berikut:

1. Lukisan milik ayah;

2. Lukisan mengenai diri ayah;

3. Lukisan buatan ayah.

Contoh Kalimat Ambigu dalam Bahasa Indonesia

Paulus Tukan dalam Mahir Berbahasa Indonesia memberikan contoh kalimat yang memiliki makna ambigu sebagai berikut ini: "Warga baru sadar setelah datang longsor kedua".

Kalimat tersebut mengandung makna ambigu karena bisa ditafsirkan sebagai berikut ini:

1. Warga itu baru sadar setelah longsor yang kedua datang.

2. Warga yang baru itu sadar setelah longsor yang kedua datang.

Makna ganda bisa bisa terjadi pada kata polisemi. Kendati demikian, makna ganda dalama polisemi lebih berasal dari kata. Sedangkan makna ganda dalam ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar, yakni frasa atau kalimat. Dan itu diakibatkan oleh penafsiran struktur gramatikal yang berbeda.

Berikut adalah contoh frasa atau kalimat yang mengandung makna ambigu:

1. Orang malas lewat di sana. (Kalimat itu dapat ditafsirkan):

  • jarang ada orang yang mau lewat di sana
  • yang mau lewat di sana hanya orang yang malas

2. Buku sejarah baru terbit minggu ini. (Frasa itu dapat ditafsirkan):

  • buku sejarah itu baru terbit minggu ini
  • buku yang berisi sejarah baru (bukan sejarah yang lama) baru terbit minggu ini

Maka daripada itu, untuk menghindari kesalahan penafsiran seperti contoh di atas, dalam pengungkapannya penutur harus mengucapkannya dengan intonasi yang tepat, sementara dalam tulisan, pengguna dapat memakai tanda penghubung pada bagian-bagian yang ambigu.

Dalam contoh "buku sejarah baru terbit minggu ini" seharusnya diberi tanda hubung pada sejarah-baru (jika yang dimaksud adalah "buku yang berisi sejarah yang baru", bukan yang lama) atau buku-sejarah (jika yang dimaksud "jenis buku sejarah", bukan buku matematika).

Baca juga artikel terkait BAHASA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya