Menuju konten utama

Ari Dwipayana Jawab Sindiran Mahasiswa UGM: Kritik Menyehatkan

Ari Dwipayana mengucapkan terima kasih atas surat cinta sejumlah mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fisipol UGM.

Ari Dwipayana Jawab Sindiran Mahasiswa UGM: Kritik Menyehatkan
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menyampaikan keterangan pers di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Rabu (31/1/2024). ANTARA/Yashinta Difa

tirto.id - Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mengucapkan terima kasih atas surat cinta sejumlah mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fisipol UGM.

Ari menilai pernyataan para mahasiswa adalah kritik dan perdebatan sebagai hal yang menyehatkan. Ia justru mendorong agar kritik tersebut terus ada.

"Terima kasih atas surat cinta adik-adik mahasiswa pada saya dan Prof Pratikno. Dalam masyarakat akademik, kritik dan perdebatan adalah sesuatu yang menyehatkan," kata Ari, Selasa (13/2/2024).

"Karena itu kita harus terus menjaga budaya akademik dengan pemikiran yang kritis, terbuka, menghargai keragaman/perbedaan perspektif, disertai semangat kontribusi bagi kemaslahatan bersama," sambungnya.

Ari menegaskan, dirinya bersama Pratikno akan menjaga integritas, membangun demokrasi dan membuat untuk kepentingan bangsa.

"Saya dan Prof Pratikno memiliki komitmen yang sama untuk menjaga integritas, memperkuat demokrasi, membangun tata kelola pemerintahan yang baik dan efektif, serta mencurahkan energi dan kemampuan untuk kemajuan bangsa dan negara," kata Ari.

Sebelumnya, mahasiswa DPP Fisipol UGM menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada publik karena keterlibatan dua dosen mereka yang kini menjadi bagian dari kabinet Joko Widodo (Jokowi), yakni Mensesneg Pratikno dan Koordinator Staf Khusus Presiden RI Ari Dwipayana.

Dalam permintaan maaf yang dilangsungkan di Kampus Bulaksumur UGM pada Senin (12/2/2024) tersebut, perwakilan mahasiswa, Rubiansyah, menyatakan bahwa segenap mahasiswa DPP Fisipol UGM menyayangkan keberadaan dua dosennya tersebut dalam pemerintahan yang kini tengah ramai dikritik oleh para akademisi di sejumlah universitas.

“Di tengah perhelatan Pemilu 2024, kita menyaksikan demokrasi sedang menuju ambang kematiannya. Rakyat disuguhi serangkaian tindakan pengangkangan etik dan penghancuran pagar-pagar demokrasi yang dilakukan oleh kekuasaan,” ujar Rubiansyah mewakili mahasiswa lainnya.

Oleh karenanya, sejumlah mahasiswa DPP Fisipol UGM yang berkumpul tersebut memintakan maaf atas nama kedua dosennya tersebut.

"Kami menyadari, dua guru kami telah menjadi bagian dari persoalan bangsa. Untuk itu, izinkan kami mewakili Pak Tik dan Mas Ari menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh rakyat Indonesia atas hal itu," ujarnya.

Dalam surat terbuka yang ditulis mahasiswa DPP Fisipol UGM kepada Pratikno dan Ari Dwipayana, mereka turut meminta dua akademisi UGM tersebut untuk kembali dan mengambil sikap sebagai seorang akademisi.

"Hari ini kami berseru bersama, kembalilah pulang, kembalilah membersamai yang tertinggal, yang tertindas, yang tersingkirkan. Kembalilah ke demokrasi, dan kembalilah mengajarkannya kepada kami dengan kata dan perbuatan," ujar Rubiansyah.

Secara terpisah, Ketua DPP Fisipol UGM Abdul Gaffar Karim, yang juga turut hadir dalam permintaan maaf mahasiswa tersebut, menyatakan bahwa baginya ajakan kembali tersebut dimaksudkan agar Pratikno dan Ary kembali bersikap sebagai akademisi di tengah situasi politik Indonesia kini.

“Tadi mereka juga menyampaikan satu hal yang khas, yaitu agar kedua dosen mereka [Pratikno dan Ari Dwipayana] bisa kembali ke demokrasi,” kata Gaffar.

Baca juga artikel terkait MAHASISWA UGM atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Anggun P Situmorang