tirto.id - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey optimistis pertumbuhan penjualan di sektor ritel bakal meningkat pada bulan puasa hingga Lebaran tahun ini.
“Kami harapkan akan ada kenaikan 20-25 persen dibandingkan tahun lalu. Untuk tahun lalu memang rendah. Tapi sekarang sudah ada perbaikan harga komoditas sehingga produktivitas lebih baik,” jelas Roy di Kementerian Perdagangan, Jakarta pada Senin (9/4/2018).
Menurut Roy, perbaikan kondisi itu tak lepas dari inisiatif yang diambil pemerintah. Salah satunya seperti perbaikan dalam hal penyaluran dana desa.
Roy menyebutkan juga bahwa perbaikan penyaluran di tingkat daerah berpotensi mendorong produktivitas warga, sedangkan untuk penyaluran dari tingkat pusat menurutnya sudah baik.
Selain itu, Roy juga berharap agar pertumbuhan penjualan turut disokong oleh penyelenggaraan Pilkada 2018 di sejumlah daerah. Roy berpendapat pelaksanaan Pilkada dapat berkontribusi pada meningkatnya konsumsi masyarakat.
“Karena didukung oleh pesta demokrasi, maka mereka perlu juga makan, minum, dan untuk atribut,” ucap Roy.
Para peritel sendiri telah bersiap untuk memenuhi kebutuhan pokok para konsumennya. Menurut Roy, masyarakat akan cenderung mencari bahan-bahan yang merupakan kebutuhan pokok selama bulan puasa hingga Lebaran.
“Kami juga mendukung HET (harga eceran tertinggi) sebagaimana dikumandangkan Pak Mendag (Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita). Aprindo berupaya memenuhi empat komoditi utama, yakni beras, minyak goreng kemasan, gula, dan daging,” kata Roy lagi.
Roy pun memastikan harga bahan pokok di industri ritel menjelang puasa dan Lebaran akan relatif stabil.
Ia mengklaim pengendalian tersebut karena ritel sudah melaksanakan mekanisme distribusi yang teratur. Dengan demikian, Roy menjamin bahwa toko-toko ritel yang berada di bawah naungan Aprindo dapat berperan sebagai leader price.
Selain dari aspek pemenuhan barang, Roy juga menyebutkan bahwa para peritel sedang gencar merenovasi maupun merelokasi bisnisnya.
Strategi tersebut diambil peritel agar bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Adapun Roy melihat cara tersebut bakal ampuh untuk mendongkrak pertumbuhan penjualan ritel yang relatif melambat belakangan ini.
“Lalu kami juga berfokus pada produk-produk yang memang jadi pilihan dan harapan masyarakat. Kami mulai menginventarisasi produk-produk yang tidak dominan, atau tidak sesuai dengan harapan masyarakat,” ungkap Roy.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yulaika Ramadhani