tirto.id - Presiden AS Donald Trump terus melakukan penolakan terhadap hasil pemungutan suara Pemilu 2020.
Ia berulangkali membuat klaim tak berdasar, bahwa pemilihan presiden tahun ini telah dicurangi.
“Saya memiliki keunggulan besar di semua negara bagian hingga larut malam pemilihan, dan keunggulan itu secara ajaib menghilang seiring berlalunya waktu.” Cuit Trump di Twitter, Sabtu (7/11/2020), menyusul pengumuman kemenangan sang rival, Joe Biden, pada electoral college.
Lebih jauh, petahana asal Partai Demokrat itu bahkan melakukan gugatan hukum di tiga negara bagian, yakni Pennsylvania, Michigan dan Georgia, pada Rabu (4/11/2020) waktu setempat, karena merasa ada kecurangan dalam proses perhitungan suara di wilayah tersebut.
BBC mencatat, sepanjang 244 tahun sejarah berdirinya Amerika Serikat, belum pernah ada presiden yang menolak hengkang dari Gedung Putih setelah kalah pada pemilihan umum.
Peralihan kekuasaan secara tertib, sah, dan damai adalah salah satu keunggulan dalam demokrasi Amerika, tulis BBC.
Oleh karena itu, potensi kerusuhan, ancaman stabilitas, hingga paling ekstrim perang sipil, menjadi sesuatu yang paling ditakuti akibat sikap kolot Trump yang menolak hasil Pemilu.
Pertanyaan selanjutnya adalah, mungkinkah Trump mau mengakui kekalahannya?
Ketua DPR Nancy Pelosi, yang seorang Demokrat, sejak jauh-jauh hari telah mengingatkan bahwa Presiden Trump harus menerima hasil pemilu "layaknya seorang pria". Daripada berusaha menabur keraguan tentang hasil pemilihan jika semua surat suara tidak dihitung pada malam pemilihan.
"Pada 20 Januari 2021, Joe Biden akan dilantik menjadi presiden Amerika Serikat. Negara bagian akan menghitung suara yang mereka miliki secara tepat waktu," katanya, dikutip dari The Hill, Rabu (11/11/2020).
Selain dari sisi seberang, dari kubu Partai Republik sendiri beberapa anggotanya mengaku tidak sejalan lagi dengan sikap Trump, meskipun tak sedikit pula yang masih loyal kepadanya.
Salah satu anggota Partai Republik yang mulai tak sejalan dengan Trump adalah sekutu utamanya, Mitch McConnell.
Kepada NBC News, pemimpin mayoritas Senat, yang biasanya menghindari mengkritik presiden di depan umum itu menyampaikan keprihatinannya atas sikap kolot Trump.
“Mengklaim Anda telah memenangkan pemilihan berbeda dengan menyelesaikan penghitungan," ujarnya, Rabu (4/11/2020).
Pro dan kontra bahkan juga terjadi di lingkaran dalam presiden, yang diberitakan mulai terpecah. Jared Kushner, misalnya, menantu sekaligus penasihat senior Trump, yang telah membujuk sang presiden untuk menyerah, kata salah satu sumber kepada CNN.
Senada dengan Kushner, first lady Melania Trump, secara pribadi mengatakan sudah waktunya bagi sang suami untuk menerima kekalahan pemilu dan mengakui Presiden terpilih, Joe Biden.
Sedangkan, beda cerita dengan dua anak Trump, Donald Jr. dan Eric. Mereka, terus mendukung sikap Trump dengan cara mendesak sekutu dan mendorong Partai Republik beserta pendukungnya untuk secara terbuka menolak hasil tersebut.
Sementara itu, profesor hukum Amherst College, Lawrence Douglas percaya bahwa meski sulit, tapi ada kalanya nanti Trump akan mau mengakui kemenangan Biden.
"Saya pikir pada suatu saat, Donald Trump akan menyerah pada kekalahan,” ujar penulis buku Will He Go? itu, merujuk pada perkembangan yang kurang signifikan dari upaya gugatan hukum Trump, dilansir The Guardian.
Walaupun memiliki keyakinan yang demikian, Douglas merasa bahwa untuk saat ini Trump masih akan akan terus memberi tahu puluhan juta orang Amerika bahwa kepresidenan Biden tidak sah, dan pada dasarnya Demokrat telah melakukan kudeta.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yandri Daniel Damaledo