Menuju konten utama

Apa Warna Liturgi Minggu Palma 2024, Makna, dan Bacaannya?

Simak warna liturgi untuk Minggu Palma 2024. Warna liturgi memiliki arti si setiap perayaannya.

Apa Warna Liturgi Minggu Palma 2024, Makna, dan Bacaannya?
Umat Katolik dari Paroki Bedono Santo Thomas Rasul berjalan saat mengikuti kirab alam Minggu Palma bertema "Pahargyan Bojana Kurban Ngahad Blarak Janur" di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Minggu (9/4). Kirab tersebut dalam rangkaian menyambut Hari Paskah serta bertujuan agar masyarakat ikut menjaga kelestarian alam. ANTARA FOTO/Aji Styawan.

tirto.id - Minggu Palma atau Sunday Palm selalu dirayakan pada hari Minggu sebelum perayaan Paskah.Tahun ini, Minggu Palma jatuh pada tanggal 24 Maret 2024.

Minggu Palma merupakan awal sebelum masuk pekan suci perayaan paskah untuk mengenang Yesus memasuki Kota Yerusalem yang datang dengan damai di atas keledai. Yesus datang ke Yerusalem sebelum disalibkan.

Saat merayakan Minggu Palma, jemaat gereja akan datang atau diberikan gereja untuk membawa daun palma. Daun palma sendiri memiliki makna kemenangan Yesus Kristus yang bangkit dan lolos dari maut.

Warna Liturgi Minggu Palma

Masing-masing warna liturgi memiliki makna dan waktu pemakaian yang berbeda-beda, dikenakan pada saat-saat tertentu, dan tidak boleh dipakai sembarangan.

Saat merayakan Minggu Palma, warna liturgi yang dikenakan adalah warna merah. Warna merah sendiri melambangkan darah yakni terkait pengorbanan Kristus dan para martir-Nya. Merah juga melambangkan api kasih Allah yang menyala-nyala.

Selain digunakan pada hari Minggu Palma, warna liturgi merah juga dikenakan pada hari Jumat Agung, Minggu Pentakosta, pada Pesta Para Rasul, dan perayaan-perayaan para martir.

Contoh Bacaan Minggu Palma

Berikut ini adalah beberapa contoh bacaan Minggu Palma yang bisa diterapkan:

1. Bacaan Yesaya (50 : 4-7)

Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.

Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang.

Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.

Tetapi Tuhan Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Maka aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu.

2. Bacaan Filipi (2 : 6-11)

Saudara-saudara, walaupun dalam rupa Allah, Kristus Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya Ia telah mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan menganugerahiNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lututlah segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan di bawah bumi, dan bagi kemuliaan Allah Bapa, segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan.

Baca juga artikel terkait MINGGU PALMA atau tulisan lainnya dari Wulandari

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Wulandari
Penulis: Wulandari
Editor: Dipna Videlia Putsanra