tirto.id - Hari Kebangkitan Nasional pada tahun 2023 yang sudah menginjak usia 115 tahun ini dirayakan pada tanggal 20 Mei.
Tema dan Logo Hari Kebangkitan Nasional 2023 masih belum dirilis. Jika melihat tahun lalu, Tema Hari Kebangkitan Nasional mengusung “Ayo Bangkit Bersama”.
Tema tersebut menunjukkan kondisi Indonesia yang sedang terpapar pandemi Covid-19, seperti ekonomi, pendidikan, dan lain- lain.
Kebangkitan Nasional yang terjadi pada 115 tahu lalu juga turut mengajarkan berbagai kalangan untuk melawan kolonialisme Belanda.
Dalam konteks hari ini, kebangkitan nasional diharapkan juga dengan hal yang sama. Kesadaran untuk bergotong royong, bekerja bersama dalam pembangunan nasional serta bangkit akibat pandemi covid-19.
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional
Sejarah Kebangkitan Nasional bermula dari sebuah organisasi pemuda Indonesia bernama Budi Utomo (1908-1918) yang beranggotakan para intelektual Jawa.
Budi Utomo lahir dan berkembang di tanah Jawa, sehingga, Budi Utomo erat dengan filosofi dan kebudayaan Jawa.
Corak dari gerakan intelektual muda ini juga mengikuti garis-garis modern dari Eropa, sebab banyak dari anggotanya terinspirasi dari pemikiran Eropa.
Pada 20 Mei 1908, para pendiri Budi Utomo, Soetomo bersama Soeradji Tirtonegoro, Goenawan Mangoenkoesoemo, Gondo Soewarno, Soelaiman, dan lainnnya meresmikan organisasi ini.
Merujuk pada laman resmi Museum Pendidikan Indonesia, ada tiga alasan kenapa Budi Utomo ini lahir dan perkembang pesat di Indonesia:
- Timbulnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika seperti nasionalisme, liberalisme, dan sosialisme;
- Munculnya gerakan kebangkitan nasional di Asia seperti Turki Muda, Kongres Nasional India, dan Gandhisme;
- Kemenangan Jepang atas Rusia pada perang Jepang-Rusia yang menyadarkan negara-negara di Asia untuk melawan negara barat.
Karena mendapat pendidikan, kesadaran perihal penjajahan, ketidakadilan, dan hak-hak dasar sebagai manusia tumbuh dalam pemikiran kalangan muda di Indonesia.
Budi Utomo, sebagai organisasi muda mempunyai perbedaan yang signifikan. Gerakan dari organisasi yang digawangi oleh Soetomo ini memilih jalur yang lebih persuasif dan moderat.
Budi Utomo kemudian mendapat pengakuan dari Gubernur Jenderal Johannes Benedictus van Heutsz dan berhak berdiri di hadapan pengadilan Hindia Belanda dalam kedudukan yang sama dengan seorang sipil Eropa.
Penulis: Sulthoni
Editor: Dipna Videlia Putsanra