Menuju konten utama
Informasi Kesehatan

Apa Saja Bahaya Telur Lalat di Dalam Makanan?

Bahaya telur lalat di dalam makanan, salah satunya bisa menyebabkan penyakit Myasis.

Apa Saja Bahaya Telur Lalat di Dalam Makanan?
Ilustrasi Telur Lalat di dalam Makanan. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Untuk mencegah lalat hinggap, makanan dan minuman yang akan disantap harus selalu ditutup rapat.

Bahaya lalat kadang tidak disadari, namun sebaiknya kita melakukan pencegahan dengan menutup makanan dan minuman dari pada dihinggapi serangga patogen itu.

Lalat rumahan memiliki nama latin Musca domestica dan sangat banyak dijumpai hidup di sekitar kita.

Sebenarnya keberadaan lalat tidak selalu buruk, karena mereka juga berperan penting dalam membantu proses pembusukan serta penyerbukan tanaman.

Selain itu, lalat membantu dalam menyediakan makanan untuk predator pemakan serangga, bahkan mengobati luka yang terinfeksi, demikian dilansir laman The Conversation.

Namun kehadiran lalat rumah tidak disukai dan ia dikenal sebagai serangga pengganggu. Alasannya karena lalat terkait erat dengan sampah organik yang membusuk, bangkai, juga feses.

Jika lalat sampai bertelur di makanan, maka bahaya telur lalat itu adalah, membawa patogen sehingga berisiko menularkan beberapa jenis penyakit.

Siklus Hidup Lalat

Merujuk The Healthy Journal, lalat betina hanya kawin sekali, namun ia bisa menyimpan sperma untuk membuahi telurnya lagi.

Lalat mampu bertelur hingga 100 butir, dan meletakkannya di materi organik untuk bisa dimakan oleh telur-telur itu saat menetas.

Telur lalat rumahan berbentuk seperti butiran nasi kecil putih, biasanya tersusun rapi di atas materi organik.

Telur lalat yang menetas menjadi maggot atau belatung, lalu 2-5 hari kemudian bermetamorfosis menjadi pupa atau kepompong lalat berwarna merah, kemudian menjadi lalat dewasa.

Bahaya Telur Lalat

Lalat sendiri tidak berbahaya, namun yang menyebabkan patogen adalah asalnya. Lalat banyak menghabiskan waktu di kotoran, sampah busuk, limbah dan berbagai tempat kotor penuh parasit dan bakteri penyebab penyakit diare, disentri, kolera, thypus, kerusakan hati, gatal-gatal, flu burung, dan lainnya.

Kaki lalat yang penuh parasit dan bakteri itu jika hinggap ke makanan dan minuman, akan menyebarkan banyak penyakit. Lalat tidak saja hinggap di makanan dengan kakinya, namun juga muntah dan BAB di makanan.

Karena lalat tidak bergigi, mereka harus mengencerkan makanan dengan enzim yang berada di liurnya. Setelah memuntahkan enzim dari dalam perut, lalat lantas menyedot makanan encer yang dihasilkan.

Berbagai kegiatan lalat di atas makanan tersebut meninggalkan banyak bakteri dan parasit yang buruk bagi kesehatan tubuh.

Penyakit Myasis, diakibatkan telur lalat

Salah satu penyakit berbahaya yang ditimbulkan oleh telur dan larva lalat adalah penyakit Myasis.

Penyakit ini rentan dialami oleh ibu hamil serta menyusui, yang tidak sengaja mengonsumsi makanan atau minuman yang tercemar oleh telur lalat.

Salah satu kasus Myasis yang tercatat, dialami oleh ibu dari anak berusia 12 bulan, terjadi bulan Juni-Agustus 1984. Ia kerap mendapati ada larva bergerak di tempat anaknya. Anak itu didiagnosis mengalami infeksi cacing kremi.

Oleh dokter, ia diberi pengobatan pyrvinium pamoate, lalu piperazine. Akan tetapi penyakit itu masih belum teratasi juga bahkan ibunya melihat ada semacam larva di tinja bayi itu.

Laman CDC menuliskan, pada pemeriksaan, diidentifikasi bahwa larva itu adalah stabulans Muscina instar ketiga. Dokter lalu memeriksa apa saja makanan yang diberikan kepada bayi 12 bulan itu, dan terungkap ia sempat mengonsumsi pisang yang terlalu matang dan disimpan di keranjang.

Ditemukan banyak lalat yang berkeliaran di dapur serta buah pisang tersebut. Dokter kemudian menganjurkan untuk menutupi semua makanan termasuk buah-buahan, serta mencuci bersih sebelum dikonsumsi.

Sebulan kemudian, sudah tidak dijumpai lagi larva lalat pada tinja anaknya.

Baca juga artikel terkait TELUR LALAT atau tulisan lainnya dari Cicik Novita

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Dhita Koesno