tirto.id - Menteri Koordinator Politik Hukum Dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD membuat pernyataan yang mengejutkan banyak pihak. Ia mengatakan, hampir dapat dipastikan Indonesia akan mengalami resesi ekonomi pada bulan September.
"Bulan depan hampir dapat dipastikan 99,9 persen akan terjadi resesi ekonomi di Indonesia," kata Mahfud, Minggu (30/8) dalam pertemuan dengan seniman dan pekerja seni di Yogyakarta, seperti dilansir Antara.
Indonesia akan mengalami pertumbuhan ekonomi diangka 0,5 persen hingga minus 2,2 persen. Meski demikian, Mahfud MD mengimbau masyarakat untuk tidak panik, karena resesi berbeda dengan krisis.
Penyebab dan dampak resesi di Indonesia
Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan resesi ekonomi? Seperti dilansirBussiness Insider, resesi merupakan periode penurunan aktivitas ekonomi secara umum. Resesi biasanya didefinisikan ketika ekonomi suatu negara mengalami penurunan produk domestik bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut.
Selain itu, menurut Forbes, resesi ekonomi terjadi ketika meningkatnya pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan kontraksi pendapatan dan manufaktur untuk jangka waktu yang lama.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I (Q1) 2020 hanya mencapai 2,97 persen. Nilai tersebut tidak sesuai dengan harapan, yakni kisaran 4,5 - 4,6 persen. Sementara itu, pada kuartal II (Q2) 2020 Indonesia mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen year on year (yoy).
Sedangkan kuartal III (Q3) 2020, pertumbuhan ekonomi diprediksi hanya bisa menyentuh 0 persen hingga minus 2 persen. Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi demikian, Indonesia memenuhi syarat resesi teknikal: kontraksi pertumbuhan dua kuartal berturut-turut.
Penyebab utama dari resesi yang dialami oleh Indonesia dan beberapa negara di dunia ini adalah pandemi Covid-19. Sebab, selama pandemi ini, masyarakat cenderung menunda pembelian atau menunggu harga yang lebih rendah. Hal itu menyebabkan spiral yang terus menurun sehingga aktivitas ekonomi melambat.
Dampaknya, berbagai bisnis mengalami defisit hingga bangkrut karena masyarakat mengalami penurunan konsumsi. Akhirnya, angka pengangguran semakin meningkat dan tersebar luas. Bagi masyarakat yang memiliki pekerjaan, dalam kondisi resesi mereka sulit mendapatkan kenaikan gaji.
Tidak sedikit kasus di mana para pekerja mengalami pemotongan gaji karena kondisi ini. Hal itu kembali berimbas pada daya beli masyarakat. Belum lagi lulusan muda yang akan kesulitan mencari pekerjaan sehingga menambah tinggi angka pengangguran.
Upaya pemerintah mencegah resesi
Penurunan konsumsi menjadi salah satu faktor dominan penyebab resesi Indonesia tahun 2020 ini. Sehingga cara mencegahnya adalah dengan meningkatkan konsumsi.
“Kita lihat konsumsinya anjlok. Konsumsi pemerintah masih anjlok jadi kita dorong konsumsi pemerintah agar bisa lebih tinggi sehingga tidak terjadi resesi,” kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Iskandar Simorangkir, pada Agustus lalu, dilansir Antara.
Selain peningkatan konsumsi, pemerintah juga perlu mengupayakan peningkatan investasi yang sempat menurun. Kedua indikator ini akan menjadi objek pemulihan yang utama. Berbagai instrumen mulai dari bantuan sosial (bansos) hingga strategi memulihkan kepercayaan diri investor akan digenjot.
“Kunci utamanya konsumsi dan investasi. Kalau konsumsi investasi masih negatif growth dan pemerintah mau all out masih sangat sulit untuk masuk di zona netral nol persen 2020,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Alexander Haryanto