tirto.id - Kazakhstan sedang dilanda kerusuhan setelah ribuan orang turun ke jalan. Harga bahan bakar pun meningkat tajam, hampir 100 polisi dilaporkan terluka, lebih dari 200 orang ditahan dan pemerintah mengundurkan diri.
CNN melaporkan, untuk mengusir ratusan pengunjuk rasa yang keluar dari alun-alun utama di Almaty--kota terbesar di bekas republik Soviet--polisi menggunakan gas air mata dan granat kejut pada Selasa malam.
Tapi bentrok berlanjut hingga Rabu setelah kabinet mengundurkan diri. Koresponden Reuters yang melihat kejadian mengatakan, ribuan pengunjuk rasa mendesak maju menuju pusat kota Almaty, mereka ada yang memakai truk besar dan pasukan keamanan gagal membubarkan mereka dengan gas air mata.
Kazakhstan adalah negara penghasil minyak di Asia Tengah. Selama tiga dekade kemerdekaan, negara itu dikontrol dengan ketat dengan memupuk citra stabilitas politik sehingga membantu menarik ratusan miliar dolar investasi asing di industri minyak dan logam.
Kelompok lobi bisnis, Atameken mengatakan, berdasarkan laporan anggotanya, terjadi serangan terhadap bank, toko dan restoran. Tetapi otoritas kota memberikan imbauan kepada warga untuk tetap tinggal di rumah karena operasi penegakan hukum masih berlangsung.
Situasi Kazakhstan Terkini
The Guardian memberitakan, Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev dalam pidato keudanya di televisi mengatakan, para demonstran mengambil alih gedung-gedung pemerintah dan menyerbu bandara di Almaty.
“Almaty diserang, dihancurkan, dirusak, penduduk Almaty menjadi korban serangan, oleh karena itu adalah tugas kita … untuk mengambil semua tindakan yang mungkin untuk melindungi negara kita,” kata Tokayev.
Media Kazakh mengutip pernyataan dalam negeri mengatakan, 317 polisi dan pasukan keamanan terluka dan 8 tewas akibat "massa yang mengamuk". Namun belum ada laporan pasti mengenai korban sipilnya.
Kantor walikota Almaty dibakar. Asap dan api terlihat dari beberapa lantai gedung megah. Penerbangan dialihkan atau dibatalkan usai terjadi penyerbuan bandara. Namun pihak berwenang sudah berhasil menguasai bandara usai baku tembak.
Di tengah pecahnya kerusuhan, pemerintah mengundurkan diri dan memberlakukan keadaan darurat di beberapa provinsi dalam upaya menguasai situasi. Keadaan darurat pun diperluas di seluruh negeri.
Sebagian besar kemarahan diarahkan pada Nazarbayev, mantan bos komunis era Soviet yang menjadi presiden pertama Kazakhstan dan memerintah hingga 2019 dan yang memiliki kekuatan besar di belakang layar.
“Pihak berwenang mencoba segalanya untuk menenangkan keadaan, dengan campuran janji dan ancaman, tetapi sejauh ini tidak berhasil,” kata Dosym Satpayev, seorang analis politik yang berbasis di Almaty.
“Akan ada tiruan dialog tetapi pada dasarnya rezim akan merespons dengan kekuatan, karena mereka tidak memiliki alat lain.”
Internet seluler dimatikan dan akses ke aplikasi perpesanan diblokir. Pada hari Rabu, internet terputus di sebagian besar Kazakhstan. Pihak berwenang mengatakan tentara telah dibawa ke Almaty untuk memulihkan ketertiban.
Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, mengatakan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) - aliansi Rusia, Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan - akan mengirim pasukan untuk "menstabilkan" negara Asia Tengah itu.
Penyebab Kerusuhan di Kazakhstan
Penyebab munculnya protes di Kazakhstan setelah terjadi kenaikan tajam harga bahan bakar. Pemerintah mencabut kontrol harga pada bahan bakar gas cair di awal tahun. Hal itu membuat orang-orang mengubah mobil mereka menggunakan LPG karena biayanya lebih rendah.
Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev sudah memerintahkan pejabat anggota kabinet dan gubernur provinsi untuk mengembalikan kontrol harga pada LPG dan memperluasnya ke bensin, solar dan barang-barang penting lainnya untuk masyarakat.
Tokayev mengatakan, situasi di kota-kota yang dilanda protes sudah mulai membaik, termasuk di Almaty dan provinsi sekitarnya, yang sebelumya diumumkan keadaan darurat dan pembatasan pergerakan.
Kementerian dalam negeri mengatakan, selain Almaty, gedung-gedung pemerintah juga tak luput dari serangan, terutama di kota-kota selatan Shymkent dan Taraz. 95 polisi dilaporkan terluka dalam bentrok, tetapi polisi menahan lebih dari 200 orang.
Editor: Iswara N Raditya