Menuju konten utama

Situasi Demo Besar di China: Kok Bisa Bikin Rupiah Melemah?

Situasi demonstrasi di China turut berdampak pada melemahnya nilai tukar rupiah.

Situasi Demo Besar di China: Kok Bisa Bikin Rupiah Melemah?
Para pengunjuk rasa bentrok dengan polisi selama protes di Beijing, Minggu, 27 November 2022. (Foto AP/Andy Wong)

tirto.id - Pemerintah China sedang menghadapi demonstrasi dan protes besar-besaran. Mereka menuntut kelonggaran aturan lockdown Covid-19 dan sensor ketat dari pemerintah untuk segala aspek kehidupan.

Seperti dilaporkan CNN hari ini, Selasa, 29 November 2022, setidaknya ada 20 demonstrasi yang terjadi di China, tepatnya di 15 kota, termasuk Beijing dan Shanghai. Protes itu digelar di universitas dan di jalan-jalan kota besar.

Pemerintah Presiden Xi Jinping sedang menghadapi gelombang demonstrasi atas kebijakan “nol Covid” yang telah menutup akses ke berbagai wilayah di seluruh China. Aturan ini menyebabkan tingkat infeksi di China lebih rendah daripada Amerika Serikat dan negara lain.

Akan tetapi, warga mengeluh tentang biaya ekonomi, bisnis yang tutup dan keluarga diisolasi selama berminggu-minggu, akses makanan dan obat-obatan yang terbatas.

Protes pun meletus ketika kematian 10 orang dalam kebakaran apartemen pekan lalu di Urumqi wilayah Xinjiang. Kematian itu memicu pertanyaan tentang apakah petugas pemadam kebakaran dihalangi oleh pintu yang terkunci.

Pihak berwenang membantahnya, tetapi peristiwa itu telah memicu kemarahan publik. Selain masalah Covid, kini beberapa peserta aksi massa berteriak tentang kebebasan berbicara, demokrasi, supremasi hukum, hak asasi manusia dan tuntutan lainnya.

Mengapa Demo di China Berdampak pada Melemahnya Rupiah?

Seperti diberitakan Antara News, situasi demonstrasi yang bergejolak di China turut berdampak pada melemahnya nilai tukar rupiah pada Selasa pagi.

Pada pagi ini, rupiah melemah 0,05 persen ke posisi Rp15.730 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.722 per dolar AS.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan melemahnya rupiah, salah satunya demonstrasi besar-besaran di China.

Sebab, kata dia, demo tersebut mengganggu perekonomian di China sehingga berdampak negatif terhadap negara-negara yang punya kaitan dengan ekonomi China.

"Selain itu kebijakan suku bunga tinggi The Fed untuk menekan turun inflasi AS, memicu penguatan dolar AS," ujar Ariston.

Ariston memperkirakan, hari Selasa ini rupiah berpeluang melemah ke angka Rp15.750-Rp15.780 per dolar AS dengan potensi penguatan di kisaran Rp15.680-Rp15.700 per dolar AS.

CNN melaporkan, protes di beberapa wilayah China sebagian besar telah bubar dengan damai. Pada Senin malam, polisi masih berjaga-jaga di Beijing setelah protes. Kendaraan polisi masih berjejer di jalanan sepi.

Terkait penggambaran situasi mencekam di China karena gelombang demo, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Zha Lijian mengatakan, apa yang disampaikan banyak orang tidak sama dengan yang sebenarnya terjadi.

Menurut dia, pihak berwenang telah "menyesuaikan" kebijakan Covid “nol persen” berdasarkan "kenyataan di lapangan".

“Kami yakin dengan kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok dan rakyat Tiongkok, perjuangan kami melawan Covid-19 akan berhasil,” katanya.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya