tirto.id - Teks cerita sejarah adalah teks cerita yang bertema atau menggunakan latar peristiwa masa lampau. Teks cerita sejarah dapat berupa teks fiksi maupun non-fiksi. Dinukil dari Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia, teks cerita sejarah memiliki struktur sebagai berikut:
- Pengenalan Situasi Cerita (Orientasi)
Pada bagian ini, penulis membuka cerita dengan menampilkan latar belakang cerita, baik itu latar tempat, waktu, maupun suasana, dari peristiwa yang digambarkan. Pengenalan tokoh-tokoh dan interaksi antartokoh mulai dimunculkan dengan cara yang sesuai.
- Pengungkapan Peristiwa
Pada bagian ini, penulis menampilkan sebuah peristiwa yang berpotensi membuat tokoh utama (protagonis) gusar, terlibat konflik dengan tokoh lain, atau terkena masalah yang akan dijelaskan pada bagian-bagian selanjutnya.
- Konflik
Pada bagian ini, penulis menampilkan peningkatan intensitas konflik yang terjadi tengah dilanda tokoh utama. Pertentangan antartokoh juga meningkat.
- Puncak Konflik
Puncak konflik merupakan bagian yang paling mendebarkan dan menghebohkan. Konflik juga merupakan puncak dari masalah, pertikaian, atau peristiwa yang dihadapi oleh para tokoh.
- Penyelesaian
Pada bagian ini, konflik yang terjadi sampai pada akhirnya, jika tidak diikuti oleh koda, bagian ini dijadikan akhir dari cerita (ending). Penyelesaian biasanya berisi pengungkapan bagaimana tokoh utama menyelesaikan berbagai permasalahan yang menimpanya. Terkadang dapat melalui penjelasan maupun penilaian terhadap nasib dan sikap yang dialami oleh tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa.
- Koda
Pada bagian ini, penulis melakukan penyimpulan dan komentar/pandangannya terhadap peristiwa yang digambarkan. Penyimpulan biasanya dilakukan dengan melakukan perangkuman terhadap rangkaian peristiwa yang sudah dijelaskan. Koda bersifat manasuka, penulis boleh menuliskan atau tidak menuliskan bagian koda ini.
Contoh Teks Cerita Sejarah
Pada 1995, Pramoedya Ananta Toer menerbitkan satu novel tebal berjudul Arus Balik. Melalui novel ini, Pramoedya mencoba merekam perpindahan arus perdagangan nusantara pada abad 16. Dari sudut pandang seorang anak petani bernama Wiranggaleng, Pramoedya merekam peperangan orang-orang nusantara dengan Portugis dalam perebutan jalur perdagangan rempah.
Arus Balik adalah salah satu contoh cerita sejarah. Teks cerita sejarah yang berupa fiksi, merupakan karya sastra yang bertema ataupun menggunakan latar peristiwa sejarah. Arus Balik salah satu contohnya.
Seri cerita Majapahit yang ditulis Langit Kresna Hariadi juga masuk dalam daftar contoh teks fiksi sejarah. Dua kumpulan cerpen yang ditulis Iksaka Banu, Semua Untuk Hindia dan Teh dan Pengkhianat juga bisa dimasukkan dalam daftar. Atau, novel Soerabaja yang ditulis Idrus.
Sebagaimana karya sastra, teks cerita sejarah tak punya kewajiban untuk setia pada fakta. Penulisan peristiwa dalam teks fiksi sejarah berasal imajinasi penulis dan ditulis dengan metode-metode penulisan karya sastra.
Meskipun tergolong fiksi, teks cerita sejarah tetap memerlukan riset sejarah yang tak kalah mendalam. Riset diperlukan agar cerita yang ditulis dapat meyakinkan dan masuk akal.
Misalnya, cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen Semua untuk Hindia. Cerpen ini dinilai sebagai karya sastra yang bagus karena Iksaka Banu menulis cerita sejarah dengan perspektif yang tidak hitam putih. Ia juga merekam kompleksitas masyarakat Hindia-Belanda. Tak semua orang kulit putih digambarkan jahat. Tak semua orang pribumi digambarkan baik. Perspektif ini didapat Iksaka Banu dari riset yang dilakukan.
Sedangkan untuk teks cerita sejarah yang termasuk dalam karya non-fiksi, peristiwa yang ditulis merupakan cerita yang betulan terjadi. Mirip sebagaimana teks karya ilmiah sejarah yang memiliki disiplin penulisan dan metode pembuktian, namun penulisan teks sejarah non-fiksi dilakukan dengan gaya fiksi (naratif).
Teks cerita sejarah non-fiksi biasanya berbentuk teks biografi atau catatan perjalanan. Misalnya, buku Biografi Gus Dur yang ditullis Greg Barton. Dalam buku tersebut, Greg Barton menuliskan perjalanan hidup Gus Dur sebagai Presiden RI keempat. Meski ditulis dengan gaya penceritaan yang naratif, peristiwa yang dituliskan Greg Barton tetap merupakan sebuah fakta dan benar terjadi.
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Alexander Haryanto