tirto.id - Seorang ibu rumah tangga berusia 43 tahun dilaporkan enggan bangun di pagi hari dan hanya ingin tidur di ranjangnya.
Perempuan asal India tersebut bersama suaminya datang ke klinik rawat jalan psikiatrik dengan gejala hipersomnolensi, nyeri tubuh, kelelahan, dan suasana hati yang buruk. Perempuan tersebut juga menjadi objek penelitian yang dimuat dalam jurnal NCBI.
Meskipun ia tetap bergairah, ia mudah tersinggung dan cenderung agresif setiap kali dicegah tidur.
Menurut keterangan suaminya, keinginan tidur istrinya tersebut sangat kuat sehingga suatu kali ia pernah ditemukan tidur di lantai dekat kamar mandi. Ia juga pernah tidur 20-22 jam.
Kondisi yang diderita perempuan itulah yang dinamakan sindrom Kleine-Levin (KLS) atau disebut juga dengan sindrom sleeping beauty.
Mengutip Healthline, sindrom sleeping beauty adalah gangguan langka yang menyebabkan kantuk berulang bahkan hingga 20 jam sehari.
Perempuan yang tidak disebutkan identitasnya tersebut melaporkan bahwa ia tampak apatis, sedih, dan berinteraksi secara minimal dengan orang rumah ketika terjaga.
Bicaranya juga tidak jelas dengan nada dan volume rendah, atau kadang-kadang tidak dimengerti.
Perubahan perilaku dan kebingungan memang kerap terjadi pada orang yang menderita sindrom ini.
Gangguan ini dapat terjadi pada siapa saja. Namun, remaja laki-laki mengalami kondisi ini lebih sering dari pada kelompok lainnya. Sekitar 70 persen penderita gangguan ini adalah laki-laki.
Melansir Healthline, gejala yang mungkin muncul pada penderita sleeping beauty Syndrome antara lain
- Halusinasi
- Disorientasi
- Sensitif
- Kekanak-kanakan
- Kenaikan nafsu makan
- Lebih bergairah dalam kehidupan seks
Di sisi lain, kondisi ini tidak dapat diprediksi, dan dapat muncul kapan saja.
Tidak ada yang pasti mengenai penyebab gangguan tidur ini. Namun, beberapa ahli percaya bahwa faktor kesehatan tertentu dapat menyebabkan sindrom sleeping beauty semakin parah.
Contohnya, kondisi ini dapat diperparah dengan adanya cedera pada hipotalamus. Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang mengontrol tidur, nafsu makan, dan suhu tubuh.
Tak hanya itu, orang juga dapat mengalami sindrom ini setelah terserang infeksi salah satunya flu. Hal ini dipercaya oleh para peneliti bahwa sindrom sleeping beauty mungkin dipengaruhi oleh gangguan autoimun, kondisi ketika imun tubuh menyerang tubuh sendiri.
Cara Mengatasi sleeping beauty
Tidak ada pengobatan spesifik untuk menyembuhkan atau mengendalikan gangguan ini. Namun, beberapa aspek penyakit ini dapat dikelola dengan obat-obatan seperti stimulan untuk mencegah keparahan dilansir Stanford Health.
Dalam beberapa kasus, dokter menggunakan lithium dan carbamazepine yang biasanya digunakan untuk mengobati bipolar untuk mencegah keparahan sindrom sleeping beauty.
Melansir Time, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Science Translational Medicine menunjukkan kemungkinan penyebab dan pengobatan potensial untuk kondisi ini pada akhirnya mengarah pada perawatan untuk gangguan tidur lainnya.
Sindrom sleeping beauty juga dapat terjadi dengan durasi 10 tahun atau lebih. Hidup dengan kondisi ini dapat memiliki dampak luar biasa pada kehidupan penderitanya.
Tak hanya itu, gangguan tersebut juga dapat mengganggu kemampuan Anda untuk bekerja, sekolah, dan membina hubungan dengan teman dan keluarga.
Healthline menyarankan Anda untuk berkonsultasi dengan dokter cara terbaik mengantisipasi kondisi ini.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari