tirto.id - Hipotonia atau tonus otot yang buruk, biasanya terdeteksi saat lahir atau selama masa bayi. Tonus otot terkadang disebut juga dengan sindrom otot floppy.
Gejala sindrom otot floppy yang dialami oleh bayi adalah tubuh bayi lemas sejak lahir, serta lutut dan siku bayi sulit untuk ditekuk. Namun begitu, masih banyak gejala yang dialami oleh bayi dengan penyakit sindrom otot floppy.
Penyakit hipotonia biasanya menyerang kekuatan otot, saraf motorik, dan otak. Seorang anak yang mengalami hipotonia akan memiliki kesulitan makan, dan keterampilan motorik terganggu saat mereka tumbuh.
Apa itu Sindrom Floppy Baby pada Bayi Baru Lahir?
Menurut laman Webmd, Sindrom Floppy Baby atau sindrom otot floppy pada bayi adalah keadaan kita bayi yang baru baru lahir keadaan tubuhnya sangat lemas.
Keadaan tubuh yang sangat lemas ini dianalogikan dengan boneka kain, sehingga sindrom tersebut dinamakan sindrom bayi floppy.
Setelah lahir, dokter akan memeriksa keadaan bayi selama 1 hingga 5 menit. Tapi tidak jarang, sindrom ini dapat muncul sewaktu bayi berusia 6 bulan.
Masalah dengan otak, sumsum tulang belakang, saraf, atau otot cenderung menandakan tonus otot yang buruk.
Meski demikian, terapi fisik dan perawatan lain dapat mebangun otot yang lebih kuat, serta koordinasi yang lebih baik.
Ciri-ciri Sindrom Otot Floppy
Sindrom otot floppy atau hipotonia dapat menyerang semua usia. Ciri-ciri sindrom hipotonia umumnya meliputi;
1. Penurunan tonus otot.
2. penurunan kekuatan.
3. Refleks yang buruk.
4. Hiperfleksibilitas atau kelenturan sendi yang berlebihan.
5. Kesulitan bicara.
6. Penurunan daya tahan aktivitas.
7. Gangguan postur tubuh.
Ciri-ciri hipotonia pada anak di antaranya;
1. Tidak ada kontrol atau pengendalian pada kepala.
2. Perkembangan motorik kasar yang terhambat, seperti merangkak.
3. Perkembangan motorik lembut yang terhambat, seperti menggenggam krayon.
Penyebab Hipotonia
Penyebab penyakit hipotonia sulit untuk diidentifikasi. Beberapa diantaranya disebabkan oleh, cedera, atau keturunan.
Tips untuk anak yang mengalami hipotonia adalah terapi fisik, gerak, dan berbicara. Beberapa anak dengan hipotonia kongenital jinak mengalami keterlambatan perkembangan ringan, seperti kesulitan untuk belajar.
Kelainan tubuh ini dapat berlanjut dari usia bayi hingga usia anak-anak. Kondisi hipotonia dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu;
1. Cerebral palsy
Dilansir dari Mayo Clinic, cerebral palsy adalah bagian dari kelainan tubuh yang mempengaruhi gerakan tonus otot atau postur tubuh. Kondisi ini seringkali dialami oleh bayi, karena adanya kerusakan pada otak.
2. Kerusakan otak
Kerusakan otak dapat disebabkan oleh kekurangan oksigen sejak lahir. Tidak hanya itu, kerusakan otak juga dapat disebabkan oleh cedera traumatis yang disebabkan oleh kecelakaan mobil atau motor.
Kemudian, cedera nontraumatis seperti stroke.
3. Distrofi otot
Distofi otot adalah bagian dari penyakit keturunan yang menyebabkan kerusakan atau kelemahan pada otot dari waktu ke waktu.
Kerusakan tersebut dipicu oleh kekurangan protein yang disebut distrofin, yang berguna untuk fungsi otot normal.
Tidak sedikit ada kasus dengan kondisi kronis ini yang membutuhkan perawatan, dan pengobatan seumur hidup.
Perawatan Hipotonia
Dikutip dari Healthline, perawatan hipotonia tergantung seberapa parah anak terinfeksi oleh penyakit tersebut. Anak dengan kondisi yang parah akan membutuhkan kursi roda agar lebih mudah untuk bergerak.
Karena dampak dari penyakit hipotonia adalah kelenturan tubuh yang berlebihan, tidak jarang terjadi dislokasi sendi atau cedera ketika sendi dipaksa keluar dari posisi normal.
Namun begitu, kawat gigi dan gips dapat membantu mencegah bahkan memperbaiki kondisi ini.
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Yandri Daniel Damaledo