Menuju konten utama

Apa Itu Quite Quitting di Dunia Kerja & Bagaimana Cara Mencegah

Mengenal apa itu quite quitting dalam dunia kerja dan bagaimana cara mencegahnya? 

Apa Itu Quite Quitting di Dunia Kerja & Bagaimana Cara Mencegah
Ilustrasi lelah bekerja. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Quit quitting merupakan sebuah konsep di mana karyawan lebih memilih untuk bekerja secara cukup, atau seperlunya sesuai cakupan tanggung jawab dan tingkatan gaji yang mereka terima.

Secara harfiah, quit quitting berarti berhenti diam-diam. Dalam hal ini pekerja melakukan pekerjaan sesuai dengan upah dan menolak pekerjaan tambahan tanpa bayaran yang pantas.

Para karyawan umumnya mulai sadar akan pentingnya menghindari burnout (stres akibat kerja) dengan bekerja secara seimbang.

Selain itu, quit quitting juga timbul akibat kekecewaan karyawan karena minimnya penghargaan yang diberikan perusahaan terhadap kerja keras yang telah mereka lakukan.

Oleh karenanya, para pekerja atau karyawan mulai melakukan penyesuain kerja sendiri untuk mengurangi volume kerja yang menumpuk. Mereka kemudian melakukan pekerjaan sesuai dengan deskripsi pekerjaan yang diberikan.

Hal itu pun menimbulkan masalah bagi perusahaan, terutama yang memiliki jumlah karyawan terbatas.

Cara Mencegah Quit Quitting di Dunia Kerja

Untuk menghindari terjadinya quit quitting di dunia kerja, berikut ini adalah cara untuk mencegahnya, seperti dilansir dari laman Antara.

1. Temukan akar ketidakpuasan

Langkah pertama untuk membuat karyawan tidak melakukan quit quitting adalah menemukan akar ketidakpuasan karyawan.

Maksudnya, perusahaan harus mengetahui hal yang membuat karyawan enggan bekerja lebih dari deskripsi pekerjaan yang diberikan.

Beberapa hal yang bisa menjadi sumber masalah tersebut antara lain kenaikan karir yang sulit, apresiasi terhadap performa kerja yang tidak sesuai dan atau hal lainnya.

Mengetahui akar ketidakpuasan bisa membantu perusahaan untuk merancang program yang tepat untuk membuat karyawan kembali antusias dalam bekerja.

2. Target transparan

Langkah selanjutnya adalah menetapkan key performance indicator (KPI) yang tepat. Indikator kerja utama menjadi dasar dari penilaian karyawan, sehingga kedua belah pihak memiliki pemahaman yang selaras mengenai target pekerjaan.

Transparansi KPI secara digital memungkinkan perusahaan untuk mematok, dan memantau pencapaian kerja karyawannya. Dengan demikian perusahaan dan karyawan dapat mengetahui perkembangan pekerjaan yang dilakukan.

3. Penilaian menyeluruh

Selain transparan, perusahaan juga dapat melakukan penilaian secara menyeluruh terhadap kinerja karyawannya. Salah satunya dengan metode 360-degree feedback.

Dengan metode 360-degree feedback kinerja karyawan dapat diukur oleh perusahaan melalui berbagai sudut pandang.

Karenanya, penggunaan alat digital untuk mengukur kinerja karyawan secara transparan, reguler, dan menyeluruh.

4. Penghargaan terhadap pencapaian karyawan

Setelah melakukan penilaian secara transparan dan menyeluruh, lankah selanjutnya untuk membuat karyawan tidak melakukan quit quitting adalah memberi penghargaan yang sesuai dengan pencapaian karyawan.

Mengutip laman Business, salah satu sebab terjadinya quit quitting adalah rendahnya apresiasi terhadap kinerja karyawan.

Oleh karenanya, perusahaan dapat memberikan apresiasi nyata kepada karyawannya, seperti bonus performa.

5. Program pengembangan karier

Selain apresiasi pencapaian kerja secara langsung, perusahaan juga dapat memberikan pengembangan karir untuk karyawan yang memiliki kinerja bagus. Hal itu pun akan memacu pekerja untuk bekerja lebih giat agar memiliki posisi yang diinginkan.

Tidak hanya jabatan, beberapa karyawan juga ingin meningkatkan kemampuan unik yang dimilikinya. Karenanya, perusahaan dapat membuat berbagai posisi yang beragam untuk jenjang karir karyawannya.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Permadi Suntama

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Permadi Suntama
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Yandri Daniel Damaledo