tirto.id - Geografi merupakan salah satu bidang ilmu yang memiliki sejarah panjang di peradaban manusia. Telah dipelajari sejak abad-abad sebelum masehi oleh para pemikir Yunani kuno, geografi tumbuh menjadi ilmu yang semakin kompleks dari masa ke masa hingga mencakup objek kajian luas pada era kekinian.
Dalam sejarah perkembangannya, geografi tumbuh menjadi ilmu empiris sekaligus terapan yang membawa resonansi luas. Ketika masih terbatas pada kajian letak lokasi dan batas wilayah, ilmu geografi telah menjelma sebagai kajian dengan basis data faktual yang akurat, dan menghasilkan produk akhir yang memberi banyak manfaat bagi manusia, yakni peta.
Mengingat awalnya ia dikembangkan untuk keperluan inventarisasi data wilayah, geografi memberi banyak pengetahuan soal permukaan bumi, sesuatu yang sangat penting bagi peradaban manusia. Di sisi lain, sebagai imbas dari kajian permukaan bumi, geografi juga berkembang menjadi bidang ilmu yang memakai metode komparasi guna memahami perbandingan antarwilayah.
John A. Matthews dan David T. Herbert dalam buku mereka, Geography: A Very Short Introduction (2008:106) menjelaskan karakteristik khas dari geografi tersebut mengantarkan ilmu ini menjadi sumber pengetahuan untuk pengelolaan ruang, wilayah, dan lingkungan.
Pemetaan bentang alam, iklim, biota, dan kondisi tanah, yang merupakan salah satu bagian dalam ilmu geografi, tidak hanya menyediakan pemahaman ilmiah akan perubahan lingkungan dan efek aktivitas manusia di suatu wilayah. Lebih luas lagi, ia memberikan basis bagi lahirnya ilmu terapan yang membantu manusia dalam kegiatan eksploitasi maupun konservasi sumber daya alam.
Sebagai contoh, kembali menukil penjelasan Matthews dan Herbert (2018), pemanfaatan metode survei lahan di Inggris menunjukkan sumbangan besar para ahli geografi terhadap perkembangan awal kebijakan perencanaan wilayah di kota maupun desa. Hal yang sama membantu pemerintah kolonial lebih cepat mengeksploitasi sumber daya alam di berbagai negara jajahan pada masa saat imperialisme mendunia.
Tradisi eksplorasi alam yang melekat dalam ilmu geografi membuat para ahli bidang ini (geograf) berperan sebagai 'guru' yang memberi tahu banyak orang mengenai sifat dan tatanan lingkungan tempat mereka tinggal. Sifat dan tatanan itu tidak hanya berkaitan dengan kondisi alam melainkan juga budaya manusianya.
Bisa diambil kesimpulan, sebagai ilmu yang mengkaji berbagai faktor yang kompleks terkait suatu tempat di permukaan bumi, kajian geografi bisa mencakup 2 unsur sekaligus: aspek fisik (alam) dan aspek sosial (manusia).
Mengutip artikel bertajuk "Geografi dalam Perspektif Filsafat Ilmu" dalam jurnal Majalah Geografi Indonesia (Vol 33, No. 1, 2019), keberadaan 2 aspek tadi menuntut kajian geografi menyediakan analisis sintesis yang komprehensif mengenai suatu fenomena geosfer.
Karena itu, masih merujuk ulasan yang sama, kajian geografi perlu menggunakan tiga pendekatan utama. Adapun ketiganya adalah Pendekatan Keruangan, Pendekatan Kelingkungan (Ekologis), dan Pendekatan Kompleks Wilayah.
Tiga pendekatan di atas menjadi ciri khas geografi yang tidak terdapat dalam ilmu lain. Lalu, apa yang dimaksud dengan Pendekatan Kompleks Wilayah, Pendekatan Keruangan, dan Pendekatan Ekologis dalam ilmu geografi?
Pengertian Pendekatan Kompleks Wilayah, Keruangan, & Ekologis
Ketika ilmu pengetahuan memasuki abad modern, berkembang arus pemahaman bahwa geografi perlu menyediakan kajian yang komprehensif mengenai permukaan bumi. Maka, lahirlah apa yang disebut geografi terpadu (Integrated Geography). Dalam penerapan geografi terpadu, peran dari 3 pendekatan di atas menjadi penting.
Menurut Matthews dan Herbert (2018: 82-83), istilah 'geografi terpadu' muncul ketika kebutuhan agar bidang studi ini mencakup aspek fisik sekaligus aspek manusia (sosial) semakin besar. Sebab, ada banyak penelitian tentang kewilayahan yang memerlukan kombinasi antara kajian aspek fisik dan sosial.
Sebagai contohnya, penelitian mengenai dampak eksplorasi sumber daya alam, bencana, hingga perubahan lingkungan tidak dapat hanya berkutat pada aspek fisik (kondisi alam), melainkan juga musti memperhatikan unsur peran manusianya.
Cakupan kajian dalam 'geografi terpadu' tersebut tidak hanya memperluas objek kajian dalam ilmu ini. Ia pun memperbanyak jenis pendekatan dalam geografi. Manfaat dari perkembangan ini adalah geografi terus mampu menjawab berbagai isu mutakhir sekaligus menjembatani disiplin sains dan ilmu-ilmu sosial.
Sebagaimana dikutip dari Modul Geografi (2020) terbitan Kemdikbud serta sejumlah sumber yang lain, berikut penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan pendekatan Keruangan, Pendekatan Ekologi dan Pendekatan Kompleks Wilayah.
1. Pengertian Pendekatan Keruangan
Pendekatan Keruangan adalah pendekatan dalam bidang geografi yang menganalisis gejala-gejala atau fenomena geografis berdasarkan penyebarannya dalam ruang.
Jadi, pendekatan keruangan berfokus kepada analisa sintesis tentang variasi perbedaan lokasi di permukaan bumi, dan faktor-faktor dominan yang memengaruhi perbedaan tersebut.
Titik berat pendekatan ini terletak di aspek terkait ruang. Adapun ruang merupakan keseluruhan ataupun sebagian dari permukaan bumi yang menjadi tempat hidup tumbuhan, hewan, dan juga manusia. Kondisi ruang itu kemudian dikaji dari segi perbedaan lokasi, sifat, struktur, pola, serta proses perkembangannya.
Perbedaan lokasi dan sifat ruang berhubungan dengan kedudukan suatu wilayah. Sedangkan aspek struktur keruangan terkait dengan elemen pembentuk ruang, yakni titik, garis, dan area.
Sementara pola keruangan menunjukkan distribusi tiga elemen di atas. Distribusi elemen-elemen itu bisa membentuk pola memanjang, radial, dan lain sebagainya. Jika elemen-elemen itu berubah maka berarti terjadi proses keruangan.
Saat menggunakan pendekatan keruangan, ahli geografi akan berusaha mencari faktor-faktor yang menentukan pola penyebaran gejala alam. Tujuan memahami faktor-faktor itu adalah menemukan cara untuk mengubah pola sehingga bisa menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan.
Oleh karena itu, analisis dengan pendekatan keruangan tertuju pada perbedaan karakteristik suatu wilayah, baik yang menyangkut kondisi alam maupun manusianya.
2. Pengertian Pendekatan Ekologis (Kelingkungan)
Disebut juga dengan istilah Pendekatan Kelingkungan, Pendekatan Ekologis adalah pendekatan di kajian geografi yang menganalisis keterkaitan antara fenomena geosfer tertentu dengan variabel lingkungan yang ada.
Fokus kajian dalam pendekatan ekologis terletak pada interaksi antara manusia dengan lingkungan (alam). Itulah kenapa, dipakai istilah pendekatan ekologis. Sebab, istilah ekologis merujuk kepada ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme hidup dan lingkungannya.
Dalam kaca mata ilmu geografi, lingkungan mencakup dua aspek, yakni perilaku organisme serta fenomena alam. Sisi perilaku manusia itu menyentuh unsur perkembangan gagasan dan kesadaran lingkungan. Pengamatan terhadap interelasi keduanya menjadi ciri khas pendekatan ekologis.
Analisis dalam kajian yang menggunakan pendekatan ekologis bisa diarahkan untuk menjawab 6 pertanyaan khas dalam geografi, yakni 5W + 1H.
Keenam pertanyaan geografi itu adalah sebagai berikut:
- What (apa): untuk mengetahui jenis fenomena alam yang terjadi
- When (kapan): untuk mengetahui waktu terjadinya fenomena alam
- Where (di mana): untuk mengetahui tempat fenomena alam berlangsung
- Why (mengapa): untuk mengetahui penyebab terjadinya fenomena alam
- Who (siapa): untuk mengetahui pelaku yang menyebabkan terjadinya fenomena alam.
- How (bagaimana): untuk mengetahui proses terjadinya fenomena alam.
3. Pengertian Pendekatan Kompleks Wilayah
Pendekatan kompleks wilayah adalah perpaduan dari pendekatan keruangan dan ekologis. Dalam pendekatan kompleks wilayah, analisis tertuju pada kajian komprehensif terhadap suatu wilayah yang meliputi aspek fisik dan aspek sosial (manusia).
Analisis dalam pendekatan ini menitikberatkan pada areal differentiation. Maksud dari istilah areal differentiation adalah adanya perbedaan karakteristik tiap-tiap wilayah.
Perbedaan karakteristik itu mendorong suatu wilayah berinteraksi dengan wilayah lain. Proses yang dikenal sebagai "interaksi antar-ruang" itu terjadi seiring dengan adanya permintaan (kebutuhan) dan penawaran (ketersediaan).
Contoh Pendekatan Kompleks Wilayah, Keruangan, serta Ekologis
Untuk lebih memahami 3 pendekatan geografi di atas, perlu untuk melihat bagaimana contoh dari penggunaan ketiganya dalam analisis di bidang ini.
Sesungguhnya, ada banyak contoh objek kajian geografi dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dianalisis dengan pendekatan keruangan, ekologis maupun kompleks wilayah.
Contoh-contoh di bawah ini merupakan gambaran sederhana tentang penggunaan tiga pendekatan geografi itu untuk menganalisis berbagai fenomena geosfer dalam kehidupan.
1. Contoh Pendekatan Keruangan
Dalam pendekatan keruangan, terdapat 2 fokus analisis. Pertama, penyebaran penggunaan ruang yang telah ada. Kedua, penyebaran ruang yang akan dipakai untuk berbagai kegunaan yang sudah direncanakan.
Pendekatan keruangan dapat digunakan untuk menganalisis fenomena alam yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu yang bisa dianalisis adalah bencana alam.
Contohnya mengapa Pulau Sumatra dan Pulau Jawa mempunyai indeks risiko gempa bumi sangat tinggi dibandingkan dengan Pulau Kalimantan.
Analisis dengan pendekatan keruangan akan menunjukkan faktor-faktor dominan yang memberi pengaruh besar terhadap perbedaan risiko gempa bumi di 3 pulau tersebut.
Faktor penyebab perbedaan risiko gempa itu bisa dari kondisi geologis yang berbeda antara Pulau Sumatra dan Jawa dengan Pulau Kalimantan. Faktor risiko gempa lainnya, bisa juga dipengaruhi oleh kepadatan bangunan dan populasi di tiga pulau itu yang tidak sama.
2. Contoh Pendekatan Ekologis
Contoh pendekatan ekologis bisa diterapkan untuk menganalisis fenomena bencana banjir yang kerap melanda sejumlah wilayah di Indonesia saban musim hujan datang. Banjir rutin biasanya terjadi di Jakarta, kawasan pantura Jawa, sebagian wilayah Kalimantan dan Sumatra serta masih banyak lagi.
Untuk menganalisis fenomena bencana banjir di suatu wilayah, implementasi pendekatan ekologis bisa bermula dengan pengumpulan data sebagai berikut:
- Kondisi fisik yang memicu banjir, seperti jenis tanah, topografi, vegetasi di lokasi bencana.
- Sikap dan perilaku masyarakat dalam mengelola lingkungan alam di lokasi tersebut.
- Kegiatan budi daya yang ada kaitannya dengan alih fungsi lahan.
- Hubungan antara budi daya dan dampak yang ditimbulkannya hingga menyebabkan banjir.
Hasil analisis terhadap data-data di atas kemudian digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah, yakni mencegah bencana banjir terulang.
3. Contoh Pendekatan Kompleks Wilayah
Analisis dengan pendekatan kompleks wilayah bisa diterapkan dalam perancangan/perencanaan kawasan permukiman. Sebagai contoh, pendekatan kompleks wilayah bisa dipakai untuk analisis terhadap kelayakan wilayah di Pulau Kalimantan untuk lokasi transmigrasi. Ada dua langkah yang bisa dilakukan dalam analisis dengan pendekatan kompleks wilayah itu.
Pertama, melakukan identifikasi wilayah potensial di Pulau Kalimantan yang memenuhi persyaratan minimum untuk menjadi wilayah permukiman baru bagi transmigran. Syarat minimum itu seperti kesuburan tanah, tingkat kemiringan lereng, kondisi sumber air, dan lain sebagainya.
Kedua, melakukan identifikasi aksesibilitas wilayah. Dari hasil identifikasi ini dirumuskan rancangan untuk jangka panjang dan jangka pendek dalam pengembangan kawasan transmigrasi tersebut.
Contoh pendekatan kompleks wilayah yang lainnya adalah analisis soal bencana banjir di kawasan DKI Jakarta. Dengan pendekatan kompleksitas wilayah, kajian soal banjir Jakarta bisa dilakukan dengan pengumpulan data sebagai berikut:
- Peta kawasan di Jakarta yang sering dilanda banjir saat musim hujan
- Kondisi geologis dan topografi wilayah-wilayah yang kerap dilanda banjir
- Tingkat kepadatan bangunan dan penduduk di lokasi rawan banjir
- Aktivitas manusia yang memicu banjir (alih fungsi lahan, pembuangan sampah ke sungai)
- Kualitas sistem sanitasi atau saluran air di wilayah rawan banjir dan sekitarnya
- Keterkaitan banjir Jakarta dengan kondisi di kawasan hulu, seperti Bogor
- Tingkat rata-rata curah hujan di Jakarta dan area hulu saat terjadi banjir
- Alih fungsi lahan dan pengurangan vegetasi di kawasan hulu.
Dari analisis terhadap hasil pendataan di atas, kemudian bisa disimpulkan kompleksitas penyebab banjir di Jakarta. Dari hasil analisis itu, lalu bisa diketahui pula tingkat risiko banjir di Jakarta.
Lebih penting lagi, analisis itu musti berujung pada perumusan konsep perencanaan wilayah yang berfungsi untuk mengurangi risiko banjir dan mencegah bencana ini terus berulang saban tahun di Jakarta.
Editor: Yantina Debora