tirto.id - Pada debat capres putaran kedua yang berlangsung Minggu (17/2/2019) kemarin malam, salah satu topik yang menarik perhatian adalah soal proyek Palapa Ring yang saat ini sedang digarap pemerintah.
Palapa Ring kemudian menjadi ramai diperbincangkan dan dibahas di berbagai media sosial.
Berdasarkan penelusuran Tirto, hari ini ada sebanyak 5000 penelusuran di mesin pencarian google, dengan kata kunci "Palapa Ring". Lalu, sebenarnya apa itu Palapa Ring?
Palapa Ring adalah proyek infrastruktur telekomunikasi yang menggunakan teknologi serat optik yang akan dibentangkan hampir ke seluruh wilayah Indonesia, yaitu sepanjang 36.000 kilometer.
Proyek ini bertujuan membangun jaringan yang lebih efisien dan mencakup wilayah seluruh Indonesia sampai ke pelosok daerah.
Terdapat 7 ring serat optik yang akan mengelilingi pulau-pulau utama serta 1 ring nasional yang menghubungkan seluruh ring. Salah satu ring yang sudah dibangun sejak 2008 adalah ring Pulau Jawa.
Menurut David Suyono F Panggabean dari Universitas Telkom, topologi ring memiliki kelebihan pada sistem proteksinya.
“Ring dapat mengalihkan trafik pada jalur yang mengalami gangguan ke jalur alternatif yang tidak terganggu, dan sistem komunikasi menggunakan serat optik karena dapat memenuhi kebutuhan akan kapasitas yang tinggi,” tulis Suryono dalam penelitiannya.
Proyek Palapa Ring akan meliputi wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku.
Ring-ring ini akan memiliki satu backhaul untuk menghubungkan semuanya. Rencananya, pembangunan proyek ini akan menjangkau 440 kota atau kabupaten di seluruh Indonesia.
“Proyek Palapa Ring ini akan mengintegrasikan jaringan yang sudah ada (existing network) dengan jaringan baru (new network) pada wilayah timur Indonesia (Palapa Ring-Timur). Palapa Ring-Timur akan dibangun sejauh 4.450 km yang terdiri dari sub marine cable sejauh 3.850 km dan land cable sepanjang 600 km dengan landing point sejumlah lima belas titik pada 21 kota/kabupaten,” tulis Kominfo di laman resminya.
Kapasitas yang ditawarkan oleh proyek ini sebesar 100 GB (Upgradeable 160 GB). Karena penggunaan kabel serat optik ini bisa menampung kapasitas lebih tinggi.
Jumlah bandwidth (kecepatan bit/detik) jaringan yang dapat dibawa kabel serat dengan mudah melebihi kabel tembaga dengan ketebalan yang sama. Kabel serat dinilai berada pada 10 Gbps, 40 Gbps, dan bahkan 100 Gbps.
Strategi yang diusung oleh pemerintah dalam pembangunan proyek ini menggunakan konsororium, di mana anggota konsororium akan merupakan penyelenggara telekomunikasi di tanah air.
Harapannya, jaringan ini nanti akan menjadi tumpuan semua penyelenggara telekomunikasi dan pengguna jasa telekomunikasi di Indonesia.
Selain itu, melalui jaringan ini pemerintah berharap bisa mewujudkan cita-cita perekonomian bangsa tentang pertumbuhan dan pemerataan pembangunan sosial ekonomi.
Karena dengan proyek ini jaminan kualitas internet dan komunikasi yang tinggi, aman, dan murah akan terwujud.
Pada 2 Januari 2019 lalu, Menteri Kominfo Rudiantara bersama jajarannya juga telah mencoba kecepatan internet jaringan Palapa Ring Tengah di Desa Muhajirin Baru, Morotai, Maluku Utara.
Menurut Direktur Infrastruktur Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Bambang Noegroho, kecepatan internet tembus 40 Mbps.
"Kecepatan internet pada saat [diuji menggunakan] Speedtest bisa mencapai 40 Mbps untuk unduh, sedangkan untuk unggah mencapai 7 Mbps," katanya dalam rilis Kominfo dikutip Kamis (3/1).
Dalam uji coba tersebut, Menteri Kominfo juga melakukan video call dengan Menteri Desa Pemberdayaan, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo di Jakarta.
Rudiantara mengatakan, sinergi antar Kementerian/Lembaga akan semakin optimal dengan pemanfaatan Palapa Ring Tengah.
Bahkan, ke depannya Pemerintah segera menghubungkan seluruh desa dengan internet.
Saat ini pemerintah sudah mulai membangun untuk wilayah Indonesia bagian Timur tahap 1, yaitu di jalur Mataram-Kupang, sepanjang 1.800 km.
Editor: Yandri Daniel Damaledo