tirto.id - Mengasuh anak mempunyai berbagai metode, salah satu metodenya adalah hostile parenting.
Metode tersebut merupakan metode dalam mengasuh anak dengan cara otoriter alias dengan perlakuan yang agresif, disiplin secara fisik dan lebih sering memakai hukuman.
Pengasuhan hostile parenting merupakan pengasuhan yang agresif, baik itu secara fisik maupun verbal.
"Seringkali, pengasuhan ini terjadi karena ketidaktahuan, pengalaman, stres, atau keputusasaan, yang mungkin disebabkan oleh situasi mereka sendiri,” kata direktur The Journey Counseling Services Kadesha Adelakun seperti dikutip laman Parents.
Lebih lanjut, Kadesha Adelakun menerangkan, bahwa orang tua yang memperlakukan anaknya dengan metode hostile parenting karena merasa tidak ada yang berhasil dalam mengubah anak dari perilaku negatif.
Sehingga, dengan tujuan mengubah perilaku negatif tersebut. Orang tua menggunakan metode yang tidak sehat. Misalnya, dengan memberikan hukuman yang keras, berteriak dan lain sebagainya.
Masih menurut laman Parents, bahwa metode hostile parenting memberikan sedikit ruang bagi anak untuk berdiskusi dengan orang tua. Ketika ada kesalahan, sering kali berujung pada hukuman.
Dampak Hostile Parenting pada Mental Anak
Ada beberapa dampak negatif terhadap pola mengasuh hostile parenting. Merujuk pada laman NDTV, dijelaskan bahwa dampak dari mengasuh anak dengan metode hostile parenting bagi anak yang berusia 9 hingga 9 tahun.
Berikut ini dampak mengasuh dengan metode hostile parenting terhadap kesehatan mental anak:
- Gejala Gangguan Kesehatan Mental
Anak-anak yang diasuh dengan metode hostile parenting biasanya akan mendapatkan pengasuhan disiplin fisik atau perilaku yang terlalu ketat, sehingga ini bisa menimbulkan gejala gangguan kesehatan mental.
Dalam jurnal medis yang diterbitkan oleh Epidemiology and Psychiatric Sciences di University of Cambridge mengungkapkan, sebanyak 7.500 anak yang diteliti di Irlandia dengan pola asuh yang begitu ketat. Kemungkinan dua kali lipat terkena kesehatan mental.
"Temuan kami menunjukkan bahwa pola asuh yang tidak sehat harus dihindari. Hal itu untuk mencegah anak-anak dari gejala kesehatan mental," kata Ioannis Katsantonis, seorang peneliti doktoral di University of Cambridge dikutip dari laman NDTV.
- Membuat Anak Sering Cemas
Dampak selanjutnya atas perilaku metode hostile parenting adalah anak-anak mudah cemas. Pasalnya, dengan pola asuh yang melibatkan teriakan pada anak-anak secara teratur, hukuman fisik rutin, hingga mengisolasi anak-anak.
Sehingga dengan perilaku tersebut, seorang anak merasa harga diri mereka hancur. Menciptakan trauma yang membuat anak sering mengalami kecemasan dan rasa tidak nyaman.
"Kami menemukan bahwa anak-anak di kelas berisiko tinggi memiliki orang tua dengan stres yang lebih besar dan kemungkinan lebih besar untuk mengalami masalah kesehatan fisik dan mental yang berkelanjutan,” ungkap Katsantonis.
- Perilaku Anak Semakin Agresif
Pola asuh hostile parenting berupa perlakuan dan disiplin yang keras dan bisa bersifat fisik atau psikologis. Menyebabkan seorang anak berperilaku agresif.
Sebab, dengan memberikan contoh membentak, melakukan kekerasan fisik maupun psikologis. Anak akan menirunya dan berperilaku agresif.
"Hal itu dapat menyebabkan anak menjadi agresif, dengan mencontoh perilaku dan perlakuan yang diberikan kepada mereka. Mereka juga dapat bertindak dan/atau mengalami depresi, karena lingkungan dan perlakuan yang mereka terima,” tutur Ioannis Katsantonis.