tirto.id - FOMO merupakan istilah slang internet yang sering digunakan di berbagai media sosial. Belakangan istilah FOMO menjadi trending topic setelah momen konser BLACKPINK di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sebagian warganet menggunakan kata FOMO untuk menunjuk orang-orang yang nonton konser BLACKPINK meskipun bukan penggemar grup asal Korea tersebut. Mereka dituduh FOMO karena takut ketinggalan tren terkini atau fenomena yang sedang populer.
Salah satu publik figur yang dituduh FOMO adalah selebgram Rachel Venya. Ia memperoleh banyak komentar jahat karena dituduh tidak mengenal BLACKPINK namun datang ke konsernya.
"Ga di TikTok ga di Instagram isinya negative komen semua, beneran karena aku nonton Blackpink yah, makanya kalian kesel? Atau emang kalian sebenci itu aja ma aku?" tulis Rachel melalui Instagram Story pribadinya @Rachelvennya, Senin (13/3/2023).
Lalu, apa sebenarnya FOMO itu dan apa dampaknya pada diri sendiri dari segi kesehatan mental?
Mengenal Apa Itu FOMO
Kata FOMO diambil dari singkatan dalam bahasa Inggris, yaitu Fear of Missing Out. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, maka FOMO artinya takut ketinggalan.
Dikutip dari MMGuardian, FOMO merujuk pada fenomena muda mudi yang khawatir tidak bisa berpartisipasi dalam suatu tren tertentu.
Meskipun sering terjadi pada remaja atau muda-mudi, nyatanya FOMO bisa terjadi pada setiap kalangan. FOMO biasanya berkaitan dengan harga diri seseorang dan secara tidak langsung berkaitan dengan kondisi mental.
Istilah FOMO diketahui sudah ada sejak tahun 1990-an. Ini dibuktikan dari sebuah literatur yang ditulis oleh seorang ahli strategi pemasaran bernama Dr. Dan Herman pada 1996.
Melalui makalahnya itu ia menuliskan soal "Fear of Missing Out." Selanjutnya, memasuki tahun 2000-an, para psikolog mulai menggunakan istilah FOMO untuk menggambarkan fenomena terkait penggunaan media sosial.
Bahkan menurut pendiri Priority Wellness Group dan instruktur psikologi di Harvard, Natalie Christine Dattilo, media sosial adalah salah satu pemicu utama orang-orang mengalami FOMO.
"Ini telah mendapatkan perhatian yang lebih besar selama bertahun-tahun karena kehadiran media sosial kami telah meningkat," katanya seperti yang dikutip dari Forbes Health.
Penyebab Seseorang Mengalami FOMO
Tidak ada penyebab khusus terkait fenomena FOMO. Meskipun sering dikaitkan dengan aktivitas media sosial, nyatanya media sosial bukan satu-satunya pemicu.
Menurut psikolog sosial sekaligus profesor di Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Oklahoma, Erin Vogel, ada banyak hal lain di dunia nyata yang juga menyebabkan FOMO.
Ini bisa berkaitan dengan pergaulan yang ada di lingkungan tempat tinggal hingga kondisi sosial masyarakat.
"Media sosial memfasilitasi FOMO, tetapi orang selalu mengalaminya,” jelas Vogel. Dengan kata lain FOMO adalah bagian dari kebutuhan dasar manusia.
Pernyataan Vogel didukung dengan sebuah studi yang dirilis di Technological Forecasting and Social Change (2021). Melalui studi tersebut disebutkan bahwa FOMO adalah bentuk dari 'kelaparan sosial' yang dialami para remaja.
Faktanya, manusia memang memiliki jenis 'kelaparan sosial' yang memengaruhi cara ia bersikap. Pada kasus FOMO, manusia cenderung merasa tersisih apabila tidak dapat menyetarakan dirinya dengan orang lain.
Penyetaraan ini bisa dalam berbagai aspek, mulai dari gaya berpakaian, aktivitas, pekerjaan, informasi, gaya berbicara, dan sebagainya.
Dampak FOMO Bagi Kesehatan Mental Menurut Ahli
FOMO bukanlah fenomena yang buruk, tetapi bukan juga hal baik. Bahkan, dalam kasus tertentu FOMO dapat memengaruhi kondisi kesehatan mental individu secara intens.
Masih berdasarkan studi di Technological Forecasting and Social Change, setidaknya ada dampak psikologis yang dapat dialami seseorang mengalami FOMO, termasuk:
- Memeriksa media sosial secara obsesif untuk melihat apa yang dilakukan orang lain.
- Mengalami perasaan negatif saat membandingkan kehidupan seseorang dengan apa yang tampaknya dilakukan orang lain di media sosial.
- Merasa lelah secara mental dari media sosial.
- Mencoba untuk berada di mana-mana setiap saat.
- Cemas, sedih, dan atau tertekan.
- Kesulitan berkonsentrasi.
- Kesulitan tidur.
- Menarik diri dari orang lain.
Cara Mengatasi FOMO Menurut Ahli
Kabar baiknya, kondisi FOMO sendiri dapat dihilangkan dengan upaya pendisiplinan waktu bersosial media hingga meningkatkan harga diri.
Menurut penuturan Vogel dan Dattilo ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi FOMO yang terjadi karena media sosial:
1. Percaya bahwa media sosial tidak lengkap
Momen gemerlap yang dibagikan di media sosial nyatanya hanya separuh dari kondisi nyata.
"Penting untuk mengingatkan diri kita sendiri bahwa kehidupan orang lain tidak semenarik atau sesempurna kelihatannya," kata Vogel.
2. Alihkan waktu bermedia sosial dengan kegiatan lain
Kurangi waktu bermedia sosial dan alihkan waktu tersebut untuk kegiatan lain. Fokuskan waktu untuk menciptakan kepuasan diri yang nyata dari pada mengikuti tren yang tidak ada habisnya.
3. Jauhi pemicu FOMO
Ada banyak pemicu FOMO di media sosial, bisa berupa akun-akun selebritis atau konten-konten tertentu. Jika sudah menemukan pemicunya, segera blokir konten tersebut dan jauhi dari aktivitas di media sosial.
4. Minta bantuan profesional
Ada kalanya kondisi FOMO bisa sangat merugikan hingga mengganggu produktivitas sehari-hari. Jika ini terjadi maka cara terbaik adalah menemui profesional, seperti psikolog atau konselor.
Editor: Yantina Debora