Menuju konten utama
Bahasa Indonesia

Apa itu Diftong, Pemenggalan Kata & Contohnya dalam PUEBI?

Berikut adalah penjelasan mengenai diftong dan cara menuliskan pemenggalan kata dalam Bahasa Indonesia. 

Apa itu Diftong, Pemenggalan Kata & Contohnya dalam PUEBI?
Ilustrasi Buku. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah merilis panduan penulisan bahasa Indonesia edisi keempat berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tanggal 26 November 2016.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) disusun untuk menyempurnakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD). Harapannya, pedoman ini mampu mengakomodasi perkembangan bahasa Indonesia yang makin pesat.

Salah satu, panduan yang termuat di dalam PUEBI adalah pemenggalan kata dalam bahasa Indonesia dan huruf diftong. Lalu, bagaimana cara pemenggalan kata dan apa itu huruf diftong menurut PUEBI ?

Cara Pemenggalan kata menurut PUEBI

Dikutip dari buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) oleh Kemdikbud (2016:20-24), pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:

a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.

Misalnya:

  • bu-ah
  • ma-in
  • ni-at
  • sa-at

b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.

Misalnya:

  • pan-dai
  • au-la
  • sau-da-ra
  • sur-vei
  • am-boi

c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.

Misalnya:

  • ba-pak
  • la-wan
  • de-ngan
  • ke-nyang
  • mu-ta-khir
  • mu-sya-wa-rah

d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.

Misalnya:

  • Ap-ril
  • cap-lok
  • makh-luk
  • man-di
  • sang-gup
  • som-bong
  • swas-ta

e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.

Misalnya:

  • ul-tra
  • in-fra
  • ben-trok
  • in-stru-men

Catatan: Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.

Misalnya:

  • bang-krut
  • bang-sa
  • ba-nyak
  • ikh-las
  • kong-res
  • makh-luk
  • masy-hur
  • sang-gup

Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya.

Misalnya:

  • ber-jalan
  • mem-pertanggungjawabkan
  • mem-bantu
  • memper-tanggungjawabkan
  • di-ambil
  • mempertanggung-jawabkan
  • ter-bawa
  • mempertanggungjawab-kan
  • per-buat
  • me-rasakan
  • makan-an
  • merasa-kan
  • letak-kan
  • per-buatan
  • pergi-lah
  • perbuat-an
  • apa-kah
  • ke-kuatan
  • kekuat-an

Catatan:

(1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata dasar.

Misalnya:

  • me-nu-tup
  • me-ma-kai
  • me-nya-pu
  • me-nge-cat
  • pe-mi-kir
  • pe-no-long
  • pe-nga-rang
  • pe-nge-tik
  • pe-nye-but

(2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.

Misalnya:

  • ge-lem-bung
  • ge-mu-ruh
  • ge-ri-gi
  • si-nam-bung
  • te-lun-juk

(3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris tidak dilakukan.

Misalnya:

  • Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ....
  • Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau mengambil makanan itu.

Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.

Misalnya:

  • biografi, bio-grafi, bi-o-gra-fi
  • biodata, bio-data, bi-o-da-ta
  • fotografi, foto-grafi, fo-to-gra-fi
  • fotokopi, foto-kopi, fo-to-ko-pi
  • introspeksi, intro-speksi, in-tro-spek-si
  • introjeksi, intro-jeksi, in-tro-jek-si
  • kilogram, kilo-gram, ki-lo-gram
  • kilometer, kilo-meter, ki-lo-me-ter
  • pascapanen, pasca-panen, pas-ca-pa-nen
  • pascasarjana, pasca-sarjana, pas-ca-sar-ja-na

Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara unsur-unsurnya.

Misalnya:

  • Lagu "Indonesia Raya" digubah oleh Wage Rudolf Supratman.
  • Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir Alisjahbana.

Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.

Misalnya:

Ia bekerja di DLLAJR. Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.

Catatan: Penulisan berikut dihindari.

  • Ia bekerja di DLL- AJR.
  • Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R. Ng. Rangga Warsita.

Huruf Diftong menurut PUEBI

Huruf diftong adalah kedua huruf yang tidak dapat dipisahkan ketika memenggal kata. Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.

Pada PUEBI 2015, menambahkan diftong ei. Pedoman ejaan sebelumnya hanya mencantumkan tiga diftong: ai, au, dan oi. Adapun pendoman penulisan huruf diftong menurut PUEBI sebagai berikut:

Huruf Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai aileron balairung pandai
au autodidak taufik harimau
ei eigendom geiser survei
oi - boikot amboi

Baca juga artikel terkait DIFTONG atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Alexander Haryanto

Artikel Terkait