Menuju konten utama

Apa itu Comedogenic pada Skincare? Ini Penjelasan dan Efeknya

Pada skincare/makeup terdapat kandungan bahan yang menyebabkan komedo dan biasanya disebut sebagai comedogenic. Berikut ini penjelasannya.

Apa itu Comedogenic pada Skincare? Ini Penjelasan dan Efeknya
Ilustrasi comedogenic pada skincare. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Istilah comedogenic sering digunakan dalam dunia kecantikan, terutama dalam hal skincare maupun makeup. Lalu, apa itu comedogenic dan zat apa saja yang termasuk di dalamnya?

Saat ini ada banyak produk skincare dan kosmetik dengan kelebihannya masing-masing. Salah satu klaim yang pastinya sering Anda dengar adalah non-comedogenic.

Comedogenic berkaitan dengan bahan yang bisa menyumbat pori. Jadi, produk non-comedogenic memiliki risiko penyumbatan pori yang terbilang minim dan sering direkomendasikan bagi mereka yang memiliki kulit berminyak maupun acne prone.

Meski identik sebagai hal yang negatif, bahan comedogenic sebenarnya tidak selalu buruk dan belum tentu menimbulkan masalah kulit. Untuk memahami lebih jauh mengenai apa itu comedogenic, efeknya pada kulit, dan bahan apa saja yang tergolong di dalamnya, simak penjelasannya di bawah ini.

Apa itu Comedogenic pada Skincare?

Comedogenic berasal dari dua kata, yaitu comedo atau komedo dan juga genic yang bermakna menghasilkan atau menyebabkan. Komedo sendiri termasuk masalah kulit yang biasa terjadi ketika pori-pori kulit tersumbat (comedone).

Jadi, comedogenic adalah istilah yang mengacu pada produk atau bahan skincare yang berpotensi menyumbat pori sehingga dapat menyebabkan timbulnya komedo. Pada sebagian orang, khususnya pemilik kulit berminyak dan acne prone, penyumbatan pori ini juga bisa memicu terjadinya jerawat.

Dilansir dari laman Acne, penemuan bahan comedogenic berawal di tahun 1972 ketika para peneliti mengetahui adanya sejumlah wanita yang mengalami komedo setelah menggunakan kosmetik tertentu. Sejak saat itu penelitian terus dilakukan hingga akhirnya ditemukan bahan-bahan apa saja yang bisa menyumbat pori atau comedogenic.

Dari sini pula muncul istilah non-comedogenic yang banyak dipakai oleh sejumlah produk skincare. Klaim ini menandakan bahwa produk tersebut tidak memiliki kandungan comedogenic atau bahan penyumbat pori sehingga dianggap lebih aman digunakan.

Efek Menggunakan Skincare dengan Kandungan Comedogenic

Setelah mengetahui apa itu comedogenic, Anda juga perlu mengetahui dampaknya pada kulit. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, efek utama dari penggunaan skincare dengan kandungan comedogenic adalah terjadinya penyumbatan pori.

Penyumbatan pori inilah yang bisa menimbulkan beberapa masalah pada kulit, yaitu:

1. Komedo

Pori-pori yang tersumbat bisa menimbulkan komedo. Komedo yang ditimbulkan oleh bahan comedogenic biasanya berbentuk kecil dan berwarna putih atau yang biasa disebut dengan whitehead.

Namun, produk comedogenic juga bisa menyebabkan komedo berwarna hitam atau blackhead. Blackhead terjadi ketika penyumbatan membuat pori semakin terbuka lebar. Warna hitam pada blackhead timbul akibat reaksi kimia antara penyumbat pori dan oksigen.

2. Jerawat

Tak hanya komedo, pori yang tersumbat juga bisa memicu timbulnya jerawat. Pori yang tersumbat tentunya juga akan menjebak kotoran, minyak, hingga bakteri. Hal ini bisa menyebabkan iritasi maupun peradangan yang berujung pada munculnya jerawat, baik itu jerawat pustula, nodul, hingga jerawat kistik.

3. Wajah kusam

Penyumbatan pori yang tidak segera diatasi bisa membuat kulit semakin tidak sehat. Hasilnya, wajah pun akan terlihat kusam, tidak bercahaya, dan bisa mengganggu penampilan.

Efek skincare dengan kandungan comedogenic memang identik dengan hal-hal negatif. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa tidak semua bahan comedogenic buruk bagi kulit.

Label comedogenic maupun non-comedogenic digunakan hanya untuk membedakan bahan mana yang berpotensi menyumbat pori dan yang tidak. Label ini bukan untuk menentukan bahwa produk comedogenic adalah produk yang buruk.

Jadi, bahan comedogenic tidak selamanya negatif. Sebagai contoh, minyak kelapa termasuk dalam daftar kandungan skincare yang comedogenic atau berisiko tinggi menimbulkan komedo. Namun, minyak kelapa sangat bagus digunakan untuk menyehatkan kulit, khususnya bagi pemilik kulit kering.

Sementara jika digunakan pada kulit berminyak atau acne prone, minyak kelapa bisa memicu timbulnya komedo dan jerawat. Oleh karena itu, Anda perlu bijak memilih bahan skincare berdasarkan jenis kulit Anda.

Daftar Kandungan Comedogenic

Kandungan skincare yang menyebabkan komedo sangatlah beragam, baik itu bahan alami maupun yang tidak. Bahan-bahan ini bisa Anda temukan di berbagai macam skincare, baik itu sunscreen maupun moisturizer.

Dilansir dari laman Skin Nutritious, terdapat lebih dari 100 bahan yang tergolong comedogenic. Berikut daftar kandungan yang menyebabkan komedo yang sebaiknya dihindari oleh pemilik kulit berminyak dan acne prone:

  • A & D Additive
  • Acetylated lanolin alcohol
  • Almond oil
  • Apricot kernel oil
  • Ascorbyl palmitate
  • Avocado oil
  • Beeswax
  • Capric acid
  • Cera alba (beeswax)
  • Cetearyl alcohol + ceteareth 20
  • Ceteareth-20
  • Cetearyl alcohol
  • Cetyl acetate
  • Cetyl alcohol
  • Cocoa butter
  • Coconut alkanes (minyak kelapa)
  • Coconut butter
  • Minyak kelapa
  • Cocos nucifera (minyak kelapa)
  • Corn oil
  • Cotton seed oil
  • D&C red (pigmen)
  • Decyl oleate
  • Di (2 ethylhexyl) succinate
  • Dioctyl maleate
  • Dioctyl succinate
  • Eicosanoic acid
  • Ethylhexyl palmitate
  • Ethylhexyl pelargonate
  • Evening primrose oil
  • Flaxseed oil
  • Glyceryl stearate SE
  • Glyceryl-3-diisostearate
  • Glycine soya oil
  • Grapeseed oil
  • Hexylene glycol
  • Hydrogenated vegetable oil
  • Isocetyl alcohol
  • Isodecyl oleate
  • Isopropyl isostearate
  • Isopropyl lanolate
  • Isopropyl myristate
  • Isopropyl neopentanoate
  • Isopropyl palmitate
  • Isostearic acid
  • Isostearyl alcohol
  • Isostearyl isostearate
  • Isostearyl neopentanoate
  • Laneth-10
  • Lanolic acid
  • Lanolin alcohol
  • Laureth-23
  • Laureth-4
  • Lauric acid
  • Linoleic acid
  • Linolenic acid
  • Linseed oil
  • Mineral oil
  • Mink oil
  • Myreth-3 myristate
  • Myristic acid
  • Myristyl alcohol
  • Myristyl lactate
  • Myristyl myristate
  • Octyl palmitate
  • Octyl stearate
  • Octyldodecanol
  • Olea europaea fruit oil
  • Oleic acid
  • Oleth-10
  • Oleth-3
  • Oleth-3 phosphate
  • Oleth-5
  • Oleyl alcohol
  • Olive oil
  • Palm oil
  • Palmitic acid
  • Peach kernel oil
  • Peanut oil
  • PEG 100 stearate
  • PEG 150 distearate
  • PEG 16 lanolin
  • PEG 200 dilaurate
  • PEG 8 stearate
  • PG caprylate/caprate
  • Pentaerythrityl tetraisostearate
  • PG dipelargonate
  • PG monostearate
  • Phytantriol
  • Polyglyceryl-3-diisostearate
  • PEG 16 lanolin
  • PPG 10 cetyl ether
  • PPG 12 PEG 65 lanolin oil
  • PPG 2 myristyl propionate
  • PPG 5 Ceteth 10 phosphate
  • Prunus amygdalus dulcis oil
  • Prunus dulcis oil (almond)
  • Sandalwood seed oil
  • Sesame oil
  • Shark liver oil
  • Sorbitan isostearate
  • Sorbitan laurate
  • Sorbitan oleate
  • Soy oil
  • Soybean oil
  • Steareth-10
  • Steareth-20
  • Stearic acid
  • Stearic acid: TEA
  • Stearyl alcohol
  • Stearyl heptanoate
  • Sulfated jojoba oil
  • Sweet almond oil
  • Tocopherol

  • Triethanolamine
  • Vitamin A palmitate
  • Vitamin E oil
  • Vitis vinifera (grapeseed) oil
  • Water-soluble sulfur
  • Wheat germ glyceride
  • Wheat germ oil
  • Xylene
Selain daftar di atas, ada juga beberapa minyak yang belum teruji, tapi sebaiknya dihindari, yaitu:
  • Argan oil
  • Avocado butter
  • Borage oil
  • Hemp oil
  • Kukui nut Oil
  • Macadamia oil
  • Maracuja oil
  • Marula oil
  • Pumpkin seed oil
  • Rosehip oil
  • Tamanu oil
  • Walnut oil

Baca juga artikel terkait SKINCARE atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dhita Koesno