Menuju konten utama

Apa Arti Doom Spending Gen Z, Milenial, dan Cara Mencegahnya?

Berikut ini penjelasan mengenai doom spending yang kerap dialami oleh Gen Z dan millenial. Simak penjelasan mengenai hal ini.

Apa Arti Doom Spending Gen Z, Milenial, dan Cara Mencegahnya?
Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja secara daring di salah satu situs belanja di Depok, Jawa Barat, Kamis (4/1/2024). Indonesia E-Commerce Association (idEA) menyatakan optimis terhadap peningkatan transaksi di platform e-commerce di tahun 2024, tren positif belanja online diyakini masih terus berlanjut didukung oleh konsumen yang semakin terbiasa dan nyaman dengan belanja menggunakan platform digital. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya.

tirto.id - Istilah doom spending atau "pembelanjaan malapetaka" saat ini sedang tren di media sosial, umumnya terjadi pada individu kalangan Gen Z maupun generasi Millenial. Lantas, doom spending adalah fenomena apa?

Dikutip dari Psychology Today, doom spending adalah aktivitas belanja impulsif yang tidak pikir panjang untuk menenangkan diri atas keadaan ekonomi maupun masa depan. Bukannya menabung, anak muda zaman sekarang lebih suka membeli barang mewah ataupun jalan-jalan.

Ylva Baeckstrom, Dosen Keuangan di King’s Business School, mendeskripsikan pengeluaran malapetaka sebagai kegiatan yang tak sehat. Penyebabnya doom spending yakni generasi muda selalu online serta memperoleh berita buruk.

“Itu membuat mereka merasa seperti armageddon (situasi akhir zaman, bencana, atau apokaliptik dahsyat),” ujar Baeckstrom, seperti dilansir CNBC.

Berawal dari perasaan buruk akibat media sosial pun berubah menjadi kebiasaan negatif. Bahkan, survei Intuit Credit Karma untuk 1.000 warga Amerika Serikat (AS) pada November 2023 silam, menyebutkan ada kekhawatiran 96 persen responden.

Sementara seperempat lebih dari jumlah persenan tersebut jatuh ke dalam lubang doom spending. Situasi ini bukan hanya terjadi di Amerika Serikat, namun kerap muncul juga di berbagai wilayah negara lain.

Sebut misalnya Kolombia, ada seorang bernama Stefania Troncoso Fernandes, seorang pegawai hubungan masyarakat. Ia menjabarkan kepada CNBC Make It bahwa, dirinya dahulu seorang doom spending.

Mengaca terhadap situasi politik beserta tingkatan inflasi yang kian melonjak, Fernandez tak mampu mengupayakan penghematan. Selain itu, budaya ini diungkapkan olehnya terjadi di kalangan masyarakat sekitar.

Cara Mencegah Doom Spending

Dinukil dari Charles SCHWAB Corporation, belanja impulsifdoom spending kerap dilakukan untuk melepaskan diri dari stres sejenak. Sesuai Survei Indeks Kemakmuran Intuit, tercatat ada 73 persen Gen Z yang ragu untuk menetapkan proyeksi keuangan jangka panjang.

1. Memasang Penghalang Pembelian

Seperti yang kita ketahui, masyarakat zaman sekarang dapat berbelanja dengan cukup mudah dengan kehadiran platform e-commerce. Tujuan pengusaha memang baik lantaran menyederhanakan, namun para pembeli juga harus punya takaran apakah benar-benar butuh atau tidaknya.

Memasang penghalang pembelian pada poin ini bukan menutup agenda Anda untuk membeli kebutuhan. Namun, lebih merujuk kepada cara terbaik supaya Anda bisa berpikir dua sampai beberapa kali sebelum membuat keputusan.

Sebut misalnya lebih memilih penggunaan uang kertas dibanding e-money. Dengan begitu, Anda hanya bisa membeli barang sesuai kebutuhan di toko dan tidak tertarik untuk belanja impulsif hanya karena kepanikan sementara.

2. Batasi Penggunaan Media Sosial

Sudah disebutkan sebelumnya bahwa media sosial punya pengaruh dalam memberikan kesan buruk terhadap masa depan, termasuk kecanduan yang berpotensi muncul. Istilah doom scrolling juga ada sekarang, di mana seseorang menggulir media sosial dan menyaksikan sejumlah informasi berat secara daring.

Anda bisa mencoba hal-hal offline lain di rumah, di lingkungan sekitar, dan masih banyak lagi. Agar bisa menyelesaikan permasalahan ini, Anda hanya perlu membatasi penggunaan supaya tidak terjerumus ke dalam kekhawatiran semu dan lebih fokus ke kegiatan real.

Baca juga artikel terkait GEN Z atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dipna Videlia Putsanra