tirto.id - Istilah impulsif sepertinya sudah tak asing lagi di telinga masyarakat. Tetapi tahukah Anda arti sebenarnya dari kata impulsif?
Menurut laman Healthline, perilaku impulsif merupakan saat di mana seseorang bertindak secara cepat tanpa memikirkan dampaknya.
Momen ketika individu benar-benar tidak melakukan pertimbangan atas hal yang mungkin saja memengaruhi orang lain.
Perilaku impulsif seringkali dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan mental tertentu. Namun, pada dasarnya impulsif bukanlah suatu kelainan, siapapun dapat secara mendadak mengalaminya.
Berikut adalah beberapa contoh tindakan impulsif yang mungkin Anda alami menurut Healthline dan Very Well Mind:
- Berlebihan dalam kegiatan belanja, judi, makan, minum.
- Merusak barang pribadi atau milik orang lain ketika emosi.
- Berbicara tanpa berpikir dan membagikan informasi terlalu dalam.
- Melukai diri sendiri.
- Perubahan rencana mendadak.
- Meminta maaf secara berlebih.
- Mengancam akan membahayakan diri sendiri bahkan orang lain.
Umumnya hal ini seringkali menjadi kebiasaan bagi para muda-mudi, tetapi tanpa disadari anak-anak juga mengalami.
Contohnya ketika mereka mengabaikan bahaya dengan berlari ke arah jalan tanpa memperhatikan kondisi lalu lintas, memaksa menyela pembicaraan, melakukan kekerasan fisik, mengambil secara paksa benda yang diinginkan, juga berbicara keras atau berteriak.
Penyebab dari perilaku impulsif tidak selalu jelas tapi biasanya dikarenakan oleh lemahnya kontrol diri.
National Center for Biotechnology Information menunjukkan bahwa perilaku impulsif berhubungan dengan kondisi lobus prefrontal.
Penelitian lain turut membuktikan hal serupa bahwa memang terjalin relasi antara impulsif dengan konektivitas otak.
Seseorang yang terlalu sering bertindak impulsif bisa jadi dilatar belakangi faktor keturunan, lingkungan, trauma, atau hambatan pada fungsi otak.
ketika perilaku impulsif telah menjadi rutinitas, dikhawatirkan individu tersebut akan berubah menjadi lebih mudah terganggu, gelisah, berperilaku agresif bahkan menganggu orang lain.
Untuk mengetahui seberapa parah tingkat impulsifitas seseorang, Scott Dickman telah merancang instrument yang dapat digunakan untuk mengukur dysfunctional impulsivity.
Hasil dari menjawab sejumlah pertanyaan pada alat uji milik Scott Dickman tidak sepenuhnya paten, sebab banyak indikator yang dapat mempengaruhi jawaban seseorang pada saat itu.
Maka diperlukan serangkaian tes lanjutan oleh pihak profesional untuk mengetahui lebih dalam sekaligus solusinya.
Tak jarang individu yang terlalu sering menunjukkan tanda-tanda perilaku impulsif ternyata memiliki kondisi khusus, berikut pemaparan contoh menurut Web MD:
- Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Contoh impulsif di sini termasuk mengganggu orang lain yang berbicara, mengalami kesulitan menunggu giliran saat mengantre.
- Bipolar Disorder. Gangguan otak yang mempengaruhi suasana hati, hingga seringkali melakukan pengeluaran yang ekstrem sampai penyalahgunaan obat-obatan.
- Antisocial Personality Disorder. Kecenderungan memperlakukan seseorang tanpa berpikir konsekuensinya, tak jarang kesulitan menjalin relasi.
- Intermittent Explosive Disorder. Tingkat kesabaran yang sangat rendah hingga masalah sepele dapat menyulut amarah.
- Trichotillomania. Kebiasaan untuk menarik-narik rambut pada tubuh bagian atas seperti rambut, alis, bulu mata.
Maka untuk menghindari kondisi yang lebih parah, kebiasaan ini dapat Anda kurangi dengan melakukan hal-hal seperti:
- Mempraktikan cara berhenti sejenak dan berpikir sebelum mengambil tindakan.
- Menemukan kegiatan alternatif sebagai pengalihan ketika impulsif menyerang.
- Menghindari situasi yang dapat memicu perilaku impulsif.
- Tidur cukup.
- Apabila sudah pada tahap yang mengkhawatirkan sebaiknya segera meminta pertolongan pada profesional.
Penulis: Farizqa Ayuluqyana Putri
Editor: Yandri Daniel Damaledo