tirto.id - Angka kematian ibu (AKI) tinggi, toleransi anak soal HIV/AIDS atau informasi seksual masih sangat rendah, dan cakupan program Keluarga Berencana (KB) mundur. Setidaknya itulah masalah kesehatan reproduksi yang terangkum di Indonesia.
Seluruh masalah tersebut akan dibahas dan dicari jalan keluarnya dalam Konferensi Internasional Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (ICIFPRH) di Indonesia. Sejumlah pakar dari dalam dan luar negeri bergabung dalam acara yang berlangsung dari Senin (30/9/2019) hingga Rabu (2/9/2019) di Hotel Sahid, Yogyakarta.
"Hingga tahun 2018/2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi di 305 per 1000 kelahiran hidup," ungkap Meiwita Budhiharsana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Ketua Komite Ilmiah ICIFPRH.
Dalam kesempatan yang sama, Siswanto Agus Wilopo dari Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gajah Mada menambahkan, akar masalah tingginya angka kematian ibu bermula dari rendahnya pendidikan seks kepada anak. Akibatnya, mereka tidak paham bahwa aktivitas seksual dan reproduksi pun butuh perencanaan matang.
Menurut Siswanto, AKI tinggi dapat disebabkan oleh perencanaan kehamilan yang kurang matang, sehingga perempuan melahirkan terlalu banyak, terlalu dekat, terlalu muda, atau terlalu tua.
"Sekarang, program KB kita ini mundur seperti tahun 1991," kata dia.
Program KB Indonesia pernah mengalami masa keemasan dari dekade 70-an hingga tahun 2001. Tapi saat sistem desentralisasi diterapkan di tahun 2001, program ini mengalami kemunduran.
Pengguna kontrasepsi (CPR) pernah mencapai persentase hingga 60 persen, angka kelahiran total (TFR) juga pernah turun dari 5,2 menjadi 2,6 per perempuan. Tapi jumlah tersebut menjadi stagnan hingga hampir dua dekade.
ICIFPRH digagas oleh Konsorsium Juara Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia yang terdiri dari UNFPA, Rutgers Indonesia, Johns Hopkins Center for Communication Program (JHCCP), Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pusat Kesehatan Reproduksi UGM, ThinkWell, Yayasan Cipta, Yayasan Kesehatan Perempuan, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), dan Lembaga Demografi UI.
Konferensi yang dihadiri lebih dari 800 pertisipan ini diselenggarakan sebagai kemitraan dengan Kementerian Kesehatan serta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Sebelum konferensi dimulai, terlebih dulu sudah digelar diskusi pra-konferensi media pada Sabtu-Minggu, 28-29 September 2019.
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Gilang Ramadhan