Menuju konten utama
Kekeringan

Anggaran Distribusi Air Menipis, Gunung Kidul Manfaatkan Bantuan

Meski kondisi kekeringan semakin parah dan anggaran distribusi air bersih menipis, BPBD Gunung Kidul belum akan mengeluarkan status darurat kekeringan.

Anggaran Distribusi Air Menipis, Gunung Kidul Manfaatkan Bantuan
Warga mengambil air dari lubang Telaga Banteng di Desa Melikan, Rongkop, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (18/7). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

tirto.id - Anggaran distribusi air bersih ke masyarakat di lima kecamatan terdampak kekeringan di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang meliputi Kecamatan Tepus, Tanjungsari, Purwosari, Patuk, dan Paliyan mulai menipis sehingga kini mereka mengandalkan bantuan dari swasta.

Kepala Pelakasana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul Edy Basuki di Gunung Kidul, mengatakan pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan seluruh kecamatan.

"Berdasarkan rapat koordinasi, pihak ke tiga banyak yang memberikan bantuan, sehingga bantuan tersebut sedikit bisa membantu warga yang kekurangan air bersih," kata Edy, Sabtu (26/10/2019).

Meski kondisi kekeringan semakin parah dan anggaran distribusi air bersih menipis, BPBD Gunung Kidul belum akan mengeluarkan status darurat kekeringan. Hal ini dikarenakan banyaknya bantuan dari pihak ketiga untuk distribusi air kepada warga.

Selain pihak ketiga yang memberikan bantuan dropping air, Provinsi DIY juga memberikan bantuan dropping air.

Ia mengungkapkan hingga pertengahan Oktober ini, anggaran BPBD Gunung Kidul tinggal Rp164 juta.

"Kecamatan yang masih memiliki tangki air masih bisa melakukan dropping air hingga awal November," katanya.

Sementara itu, Sekretaris Kecamatan Girisubo Arif Yahya mengatakan krisis air di wilayahnya semakin parah. Hal ini dikarenakan air makin sulit dicari sehingga sumber-sumber ada diserbu oleh truk tangki pengangkut air.

Sopir tangki mengambil inisiatif mengambil air di lokasi lain, namun kondisi sama sehingga mengakibatkan penyaluran air ke masyarakat menjadi tersendat.

"Debit sumbernya makin mengecil saat kemarau, sehingga tangki yang ambil air harus antre panjang, bahkan untuk pengambilan air tidak saja mengambil sumber air dari Desa Songbanyu tetapi hingga Pracimantoro, Wonogiri,” katanya.

Baca juga artikel terkait BENCANA KEKERINGAN

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Maya Saputri